Mungkinkah Militer AS Kalah Perang di Eropa?


Perencana militer AS yakin bahwa mereka mungkin harus bertempur “hadap-hadapan” dengan musuh dalam lima tahun lagi. Hadap-hadapan dalam hal ini berarti militer Rusia yang telah dimodernisasi mencari cara untuk mendapatkan kembali tanah yang hilang di sepanjang perbatasan Rusia dengan Eropa.

Ada banyak bukti bahwa militer Rusia sedang bergerak di wilayah Baltik, dekat Ukraina, dan di tempat lain. Beberapa pengamat telah salah menyimpulkan bahwa Angkatan Darat AS “hanya” memiliki lima tahun untuk mempersiapkan konflik seperti itu. Bahkan pada kenyataanya mereka tidak memiliki waktu hingga lima tahun.

Merupakan hal umum bagi agresor untuk menantang presiden AS yang baru di awal masa jabatan mereka.

Dalam foto yang diambil Rabu, 17 Agustus 2016, calon tentara AS mendengarkan dengan cermat sersan pelatih selama pelatihan menembak di Fort Jackson. Sementara beberapa calon tentara baru Angkatan Darat mungkin telah tumbuh dengan menggunakan senapan untuk berburu atau latihan sasaran, sersan pelatih ditugaskan untuk mengubah 45.000 warga sipil menjadi prajurit setiap tahun yang mana lebih dari setengahnya tidak pernah menyentuh pistol. (AP Photo/Gerry Broome)
Jika sampai perang itu terjadi, maka pertempuran Angkatan Darat akan menjadi pertunjukan utama. Pertarungan akan lebih fokus kepada menguasai daratan yang luas dengan beberapa hambatan geografis untuk pergerakan pasukan. Sebagian besar tentara AS kemungkinan akan melakukan pertempuran darat untuk NATO, karena Amerika menyumbang lebih 2/3 dari sumberdaya aliansi itu.

Kekalahan dalam perang tersebut akan secara drastis membentuk keseimbangan geopolitik baru di Eropa, dan mengurangi pengaruh AS di sana hingga pada titik terendah sejak sebelum Perang Dunia II. Namun berusaha untuk tidak kalah merupakan hal yang sedang dilakukan oleh Angkatan Darat AS pada saat ini.

Prospek suram ini muncul terutama karena nasionalisme agresif yang ditunjukkan oleh pemimpin Rusia Vladimir Putin, tetapi juga karena kesalahan penilaian strategis oleh dua presiden terakhir AS.

George W. Bush mengeluarkan dua brigade lapis baja berat dari Eropa selama hari-hari terakhir masa jabatannya, dan kemudian Barack Obama mengusulkan strategi “Poros Pasifik” yang lebih lanjut mengurangi kehadiran militer Amerika di darat. Putin mendapat sinyal bahwa Washington fokus di tempat lain, dan mulai mencaplok Krimea yang menjadi bagian dari Ukraina pada tahun 2014.

Pembuat kebijakan AS saat ini memiliki pandangan yang lebih suram dari niat pemimpin Rusia. Tapi masih ada sedikit bukti bahwa mereka bersedia untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk mencegah agresi Rusia di wilayah tersebut.

Tentara yang kekurangan sumber daya, hanya mendapatkan dua hari dari dana federal setiap tahun – sekitar US $22 miliar – untuk peralatan baru. Pada tahun 2010, Rusia memulai program sepuluh tahun, untuk membeli senjata baru senilai US $700 miliar, yang sebagian besar dana dialokasikan pada persenjataan Angkatan Darat dan Angkatan Udara.
Jadi tentara Amerika harus bersiap untuk kalah dalam perang Eropa. Berikut adalah lima alasan terbesar mengapa hal ini terjadi.

Peta Eropa Timur ini menggambarkan kesulitan yang akan dihadapi pasukan AS dalam mencoba untuk memenangkan perang. Daerah yang dikelilingi laut di mana Rusia sering melakukan latihan dominasi udara dan angkatan laut, sedangkan daratan berdekatan dengan konsentrasi terbesar kekuatan militer Rusia serta memiliki beberapa hambatan alam untuk memperlambat pergerakan pasukan.
Letak Geografis Menguntungkan Musuh

Pertempuran di Eropa Timur tidak seperti melancarkan perang di Hutan Ardennes atau Fulda. Itu lebih jauh dari titik masuk utama dimana pasukan darat AS akan mencapai Eropa, dan akan ada berminggu-minggu keterlambatan logistik untuk mendapatkan alat berat ke garis depan.

Peta yang disertakan dalam artikel ini menunjukkan, wilayah ini dikurung oleh lautan yang hanya bisa masuk melalui celah sempit, dan Rusia bisa dengan mudah menjalankan dominasi militer atas kedua wilayah melalui pangkalan Angkatan Laut di dekatnya.

Karena konsentrasi terbesar dari kekuatan militer Rusia berada dekat dengan perbatasan dan dengan demikian dapat bergerak dengan hambatan minimal, Moskow kemungkinan akan mencapai tujuan sebelum pasukan AS tiba.

Tentara AS Sangat Tidak Siap

Tentara AS hanya memiliki dua brigade yang ditempatkan secara permanen di Eropa, pertama adalah unit udara ringan dan kedua adalah unit yang berpusat pada pengangkut pasukan Stryker. Jika Strykers tidak dilengkapi senjata dan perlindungan secepatnya, pasukan Rusia dipastikan akan menggulung mereka.

Pemerintahan Obama baru-baru ini memutuskan menambahkan brigade “rotasi” ketiga dan bersama dengan sekutu lainnya menyebarkan pertahanan “tripwire” (ranjau) dari dimana masing-masing sekitar 1.000 tentara dari tiga negara Baltik dan Polandia.

Namun, akibat pertempuran dengan musuh seperti Taliban selama 15 tahun terakhir, Angkatan Darat AS mengalami banyak kekurangan pertahanan udara, peperangan elektronik, senjata presisi dan kendaraan lapis baja. Semua itu tidak bisa dibandingkan dengan apa yang dimiliki Rusia saat ini.

Sebagian Besar Pasukan Koalisi Akan Absen

Letak geografi yang luas dan sebagian besar adalah daratan tidak memungkinkan Angkatan Laut AS untuk ikut dalam pertempuran. Pangkalan Rusia di Kaliningrad yang ada didaerah kantong Baltik dan pelabuhan Laut Hitam Sevastopol akan sangat berbahaya bagi kapal perang AS apabila berdekatan.

Sementara itu, Angkatan Udara AS – sebagai teman dekat Angkatan Darat AS dalam pertempuran apapun – bisa diusir dari langit dengan pertahanan udara Rusia yang tersebar diseluruh negara Baltik, sebagian Polandia dan terutama Ukraina. Dengan cepat, sistem rudal anti-pesawat mobile (lebih dari 150 peluncur telah disebarkan) yang memiliki jangkauan 250 mil dan radarnya mampu menanggulangi serta mencegah jamming.

Pesawat tempur F-35 mampu bertahan dalam kondisi seperti itu namun pemerintahan Obama telah berulang kali melakukan pemangkasan anggaran sehingga memperlambat program pengadaannya.

Sekutu NATO Tidak Memiliki Komitmen

Perbandingan antara jumlah militer NATO dan jumlah militer Rusia biasanya mencerminkan keunggulan bagi aliansi dalam hal personil maupun peralatan.

Namun semuanya sangat tidak jelas apakah sebagian besar pasukan sekutu akan muncul untuk bertempur di negara-negara Baltik atau Ukraina (yang bukan anggota NATO). Selain dari tantangan logistik untuk bisa sampai ke sana, kesediaan masyarakat Eropa Barat untuk membela tetangga timur mereka terlihat sangat lemah dalam sebuah jajak pendapat.

Tentang komitmen menyediakan dan menyiapkan anggota aliansi sebagai pertahanan kolektif, tidak benar-benar memberi mandat untuk melakukan agresi.

Dengan pemungutan suara yang dilakukan Inggris baru-baru ini untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit), akan sangat sulit untuk mengatakan apakah pertempuran nyata akan sama seperti latihan perang yang baru-baru ini dilaksanakan.

Sumber: Forbes

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait