Pindad Segera "Pensiunkan" Mesin Produksi Tua yang Dipesan Ahmad Yani

Jenis-jenis munisi kaliber kecil buatan PT Pindad (Persero), Jakarta, Jumat (4/10/2013). Munisi terbesar kaliber 12,7 mm, bisa menembus panser dan dinding.
Mesin-mesin tua alat produksi senjata dan munisi (amunisi) PT Pindad (Persero) dipastikan segera 'pensiun' setelah mesin baru dalam program revitalisasi permesinan BUMN strategis itu tiba.

"Mesin-mesin tua itu ada yang buatan tahun 1930, mesin itu dipesan oleh (mendiang) Jenderal Ahmad Yani. Bayangkan sampai saat ini mesin itu masih bisa dipertahankan, namun nanti setelah mesin baru tiba akan segeda dipensiunkan," kata Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim di sela-sela lomba menembak antar-wartawan di Bandung, Rabu (18/3/2015).

Mesin tua itu, menurut dia selama ini menjadi tulang punggung di pabrik senjata api, amunisi maupun di pabrik amunisi kaliber besar. Mesin-mesin itu hingga saat ini masih terpelihara dan memenuhi standar produksi setelah dilakukan up grade.

Silmy menyebutkan, Penanaman Modal Negara (PMN) yang diterima Pindad 2015 ini senilai Rp 700 miliar. Sebagian besar akan digunakan untuk peremajaan mesin-mesin produksi itu.

"Kebutuhan anggaran revitalisasi sebenarnya Rp5 triliun, namun tahun ini direalisasikan Rp 700 miliar. Sebagian besar akan dilakukan untuk revitalisasi mesin yang sudah tua itu," katanya.

Ia menyebutkan, senjata SS-1 awalnya merupakan jenis senjata dengan lisensi dari Fabrique Nationale (FN) Belgia. Kemudian dikembangkan dan saat ini sudah bervarian SS-2 yang telah memiliki kualifikasi dan sertifikasi sebagai senapan organik militer. Senjata itu merupakan salah satu produk yang menembus ekspor, termasuk jenis senjata genggam.

"Pindad tengah mengikuti tender pengadaan senjata di Filipina, untuk jenis SS-2 maupun senjata genggam," kata Silmy.

Terkait kapan program revitalisasi permesinan Pindad itu akan rampung, menurut Silmy akan dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan anggaran yang ada.

"Revitalisasi dilakukan di sektor yang telah mendesak untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi maupun kualitas produknya, yang jelas mesin-mesin yang sudah sangat tua itu akan segera diganti," kata Silmy Karim.

Selain itu, Pindad juga menyatakan kesiapannya untuk memproduksi amunisi kaliber besar 105 milimeter untuk memenuhi kebutuhan TNI.

"Kami sudah produksi amunisi kaliber besar 105mm, sudah diuji coba dan sudah sesuai dengan kebutuhan TNI. Tahun ini akan segera dilakukan penjualan produk amunisi besar itu untuk TNI, tapi kami akan menunggu kontraknya," katanya.

Ia menyebutkan kebutuhan amunisi kaliber besar 105mm sejumlah 281.429 unit baik itu amunisi tempur maupun amunisi latihan.(KOMPAS)

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait