Citra satelit komersial baru menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menghidupkan kembali aktivitas nuklir, termasuk kemungkinan memproduksi plutonium untuk senjata atom di reaktor nuklir Yongbyon, website 38 North memperingatkan pada tanggal 28 Januari.
Keesokan harinya di Seoul, kementerian pertahanan Korea Selatan mengatakan Korea Utara telah mencapai titik di mana ia dapat melakukan satu putaran uji coba nuklir lainnya setiap saat.
"Persiapan terakhir diperlukan untuk melakukan uji coba bawah tanah, namun tidak ada tanda-tanda yang terdeteksi sejauh ini," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Kim Min-seok dalam briefing rutin, menurut kantor berita Korea Selatan Yonhap.
"Citra satelit komersial terbaru mulai 24 Desember 2014, hingga 11 Januari 2015, menunjukkan adanya aktivitas baru diReaktor 5 MWe yang mungkin terkait dengan proses untuk mencoba menghidupkan kembali reaktor produksi plutonium setelah berhenti hampir lima bulan," tulis analis 38 North, Nick Hansen. 38 North dioperasikan oleh US Korea Institute [USKI] dari Perguruan tinggi Studi Internasional Tingkat Lanjut [SAIS] di Washington, DC
"Reaktor moderasi grafit telah menjadi sumber plutonium mutu senjata untuk negara komunis itu. Reaktor kecil ini mampu menghasilkan batang bahan bakar bekas yang, jika diolah, bisa memberikan cukup plutonium kepada rezim tersebut untuk membuat satu bom setiap tahun," kata Yonhap.
Citra satelit menunjukkan adanya uap di lokasi
Pada tanggal 24 Desember uap terpantau keluar dari pipa uap sebelum memasuki bangunan turbin. Air mengalir keluar dari tengah atap bangunan turbin dan salju mencair dari atap reaktor akibat alat penukar panas bagian selatan, menurut 38 North.
Seminggu kemudian salju mencair dari atap reaktor yang disebabkan oleh alat penukar panas utara. Uap tampaknya berasal dari alat penukar panas itu melalui pipa yang mencuat dari gedung reaktor. "Walaupun tidak mungkin bisa menduga berapa banyak air yang dilbuang ke sungai, toh kolam-kolam itu masih bebas es," 38 North melaporkan.
"Sepuluh hari kemudian pada tanggal 11 Januari, sekali lagi ada perubahan kecil pada penampakan Reaktor 5MWe dan bangunan sekitar yang terhubung. Ada beberapa perlebaran daerah salju yang meleleh di atap bangunan reaktor dan turbin, dan sejumlah kecil uap berasal dari katup pengaman pada pipa uap sebelum memasuki bangunan turbin. "
38 North melaporkan tidak jelas apa yang terjadi di lokasi Yongbyon.
"Salah satu kemungkinan adalah bahwa Korea Utara berada dalam tahap awal dari upaya untuk menghidupkan kembali reaktor setelah hampir lima bulan berhenti beroperasi. Karena upaya ini telah diamati selama dua minggu, dengan melanjutkan pemantauan lokasi reaktor seharusnya dapat dihasilkan informasi lebih lanjut di masa depan," 38 North melaporkan.
Korea Utara mungkin akan mengalami masalah dengan reaktor air ringan eksperimental [ELWR] yang baru di Yongbyon, tambah 38 North.
Reaktor air ringan di Yongbyon direncanakan lebih besar dari Reaktor 5MWe di sana.
Yonhap melaporkan para ahli mengatakan reaktor baru di Yongbyon bisa memberi Korea Utara cukup plutonium untuk membuat sekitar lima atau enam senjata setahun. Korea Utara melakukanuji coba nuklir bawah tanah pada tahun 2006, 2009 dan 2013.
Korea Utara ingin latihan militer dihentikan
Pada tanggal 10 Januari, yang dikelola negara Kantor Berita Pusat Korea Utara [KCNA] mengumumkan, "Pemerintah kami menyarankan agar AS dapat memberikan kontribusi untuk meredakan ketegangan di semenanjung Korea dengan menundalatihan militer gabungan tahun ini di dan sekitar Korea Selatan. Jika AS dan Korea Selatan menangguhkan latihan militer, kita akan menghentikan uji coba nuklir sebagai imbalannya."
Seorang juru bicara AS menjawab bahwa Pyongyang tampaknya mengeluarkan ancaman nuklir baru.
"Pernyataan DPRK [Republik Demokratik Rakyat Korea atau Korea Utara] yang tidak tepat menghubungkan latihan rutin dengan kemungkinan uji coba nuklir oleh Korea Utara merupakan ancaman implisit. Sebuah uji coba nuklir baru jelas melanggar kewajiban Korea Utara berdasarkan beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB berlapis," tangkis juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki.
Pemerintah Korea Selatan dengan cepat memberikan pernyataan publik bahwa negara itu telah mencapai kesimpulan yang sama seperti Washington, dengan menunjukkan bahwa uji coba nuklir adalah pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Berjanji untuk tidak melakukan sesuatu yang seharusnya tidak Anda lakukan tidak bisa menjadi syarat untuk dialog, The Hankyoreh melaporkan.
Ralph Winnie, wakil presiden Eurasiaan Business Coalition di Washington, DC, mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum bahwa laporan baru tentang Yongbyon bisa menciptakan masalah bagi Tiongkok, sama halnya bagi Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat.
“Kim Jong-un masih merupakan faktor tak terduga," katanya. "Tiongkok memiliki komunikasi dengan dia yang jauh lebih buruk daripada yang mereka lakukan dengan ayahnya [Kim Jong-il] dan kakeknya [Kim Il-sung]. Namun, Tiongkok membutuhkan perdamaian dan keamanan di kawasan itu untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang besar dan meningkatkan standar hidup bagi rakyatnya secara berkesinambungan.
"Korea Utara yang berpotensi memiliki senjata nuklir mengancam iklim investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut," kata Winnie.
Setelah 38 North menerbitkan analisis tentang Yongbyon," Para utusan utamai nuklir dari Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang bertemu di Tokyo pada 28 Januari untuk membahas cara-cara melanjutkan pembicaraan multilateral yang telah lama terhenti yang bertujuan untuk mengakhiri program nuklir Korea Utara," Yonhap melaporkan pada tanggal 29 Januari.
"Pertemuan itu dihadiri oleh tokoh negosiator nuklir Seoul Hwang Joon-kook, dan Sung Kim, perwakilan khusus AS untuk kebijakan Korea Utara serta utusan utama Jepang Junichi Ihara, menurut kementerian luar negeri," kata kantor berita Korea Selatan.