Menlu Jerman: Rusia Harus Hormati Hukum Internasional


Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas pada Selasa, 27-11-2018 mendesak Moskow mematuhi lagi hukum internasional dan menghormati kedaulatan wilayah negara tetangga setelah Rusia menyita kapal Ukraina.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko memperingatkan ancaman “sangat serius” dari serbuan lewat darat setelah Rusia menyita 3 kapal Angkatan Laut Ukraina dan menawan awak kapal itu pada akhir pekan lalu, dirilis Antara, pada Selasa 27-11-2018.

“Rusia harus menghormati hukum internasional lagi dan tidak melanggar kedaulatan wilayah negara tetangganya,” kata Maas dalam pidato di Berlin. Untuk mencapai itu, Jerman dan sekutunya di Eropa memerlukan prinsip jelas dan “dialog sejati” mengenai keamanan di Eropa, kata Maas.

Dari Kiev, Reuters melaporkan seorang perwira kontra-intelijen militer Ukraina menderita luka berat setelah pesawat Rusia menembakkan peluru kendali ke arah kapal Ukraina pada Minggu 25-11-2018, kata kepala dinas keamanan negara (SBU) Ukraina.

Ukraina dan Rusia terlibat saling tuduh setelah Rusia menembak 3 kapal Ukraina kemudian menguasai kapal-kapal tersebut. Konfrontasi itu mendorong Ukraina memberlakukan darurat militer di beberapa kawasan, dengan mengutip ancaman serbuan darat oleh Rusia.

“Menurut informasi SBU, yang sudah terkonfirmasi, salah satu pesawat tempur Rusia menggunakan 2 peluru kendali terhadap kapal-kapal Ukraina. Akibatnya, salah seorang perwira SBU menderita cedera parah,” kata Vasyl Hrytsak dalam pernyataan pada Selasa.

Rusia mengatakan perwira SBU termasuk di antara yang ditangkap. Hrytsak membenarkan hal tersebut dan mengatakan bahwa perwira keamanan tersebut mendukung militer di sana.

“Yang mengagetkan ialah terhadap 2 kapal dan kapal tunda kecil Ukraina itu, pihak Rusia menggunakan enam “FSB” (Dinas Keamanan Federal Rusia) dan 4 kapal Angkatan Laut, dan juga helikopter-helikopter serbu serta pesawat-pesawat tempur Angkatan Udara Federasi Rusia,” kata dia.

Dia menambahkan dewan keamanan Ukraina mengambil semua langkah yang perlu untuk menjamin pembebasan mereka yang ditangkap. Konfrontasi tersebut menimbulkan ketegangan lagi setelah Rusia mencaplok Krimea pada 2014 dan mendukung pemberontakan pro-Moskow di Ukraina Timur.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait