Gelombang Laut (Zeynel Cebeci / commons.wikimedia.org) |
Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Belanda akan mulai mengembangkan potensi energi listrik arus laut Selat Gonsalu di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dengan tahap awal sebesar 30 MW.
“Belanda untuk pembangkit listrik tenaga arus atau ‘tidal wave’ di daerah NTT, itu sudah finalisasi. Ada potensi 300 MW, tapi mungkin akan kita kerjakan tahap awal 30 MW,” kata Luhut dalam rapat bersama Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, dilansir ANTARA, 14/6/2017.
Luhut menuturkan, pemanfaatan energi arus laut menjadi salah satu langkah pemerintah untuk mengembangkan potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia.
Ia bahkan mengaku baru tahu Indonesia memiliki potensi energi arus laut yang besar, mencapai hingga 300 MW hanya di satu kawasan di NTT.
“Memang harganya awalnya masih sedikit mahal, tapi saya kira dalam perjalanan waktu, biayanya sekitar 6 sen dolar AS per kWh. Kalau bisa 6-7 sen dolar AS per kWh saya kira sudah cukup baik, sekarang masih sekitar 9-10 sen dolar AS per kWh,” jelasnya.
Oleh karena itu, pengembangan tahap awal sebesar 30 MW diharapkan dapat memberikan gambaran pemanfaatan energi baru dan terbarukan tersebut.
“Kita akan tes dulu 30 MW ini. Teknologinya dari Belanda dan Jerman dengan kerja sama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi),” tuturnya.
Sebelumnya, konsorsium Belanda telah menyatakan minat berinvestasi di bidang pengembangan potensi energi listrik arus laut Selat Gonsalu di Kabupaten Flores Timur, NTT, sejak akhir 2015 lalu.
Dari 12 titik arus laut yang ada di Indonesia, Selat Gonsalu yang memisahkan Flores Timur daratan dengan Pulau Adonara dianggap sebagai lokasi terbaik untuk menghimpun potensi energi listrik yang besar.
Berdasarkan hasil survei awal diketahui arus Selat Gonsalu memiliki kekuatan 2,5 meter perdetik pada bulan gelap dan 3,5 meter pada detik pada bulan terang (purnama). Pengaruh gravitasi bulan “menarik” permukaan laut di bumi.