Cerita menegangkan F-16 TNI AU cegat pesawat AS di Bawean (Lanjutan)

pesawat jet tempur F-16. ©walls.com
Merdeka.com - Tanpa lama setelah lepas landas. Dua pesawat TNI AU disambut bak musuh oleh dua pesawat Hornet milik AS. Kedua Hornet tersebut langsung menebar provokasi terhadap penerbang Indonesia. Selain melancarkan jamming yang kemudian berhasil diantisipasi, mereka ternyata telah membidik F-16 TNI AU.

Keempat penerbang sadar posisi mereka antara hidup dan mati, namun tugas tetap lah tugas. Mereka tetap berusaha mengetahui siapa yang melintasi perbatasan Indonesia.

Ternyata, kelima pesawat yang terdeteksi sebelumnya berasal dari USS Carl Vinson, yakni super-carrier kelas Nimitz yang sedang berlayar dari arah barat ke timur bersama dua fregat dan sebuah kapal perusak Angkatan Laut AS. Kapal ini mengangkut 100 pesawat tempur, 16 pesawat pengintai, dan enam helikopter, diawaki oleh 3.184 kelasi dan perwira, 2.800 pilot, serta 70 personel lainnya.

Ketegangan tak hanya dilakukan kedua Hornet, bahkan USS Carl Vinson juga menerbangkan tiga pesawat serupa, hal itu diketahui saat kedua F-16 TNI AU menyadari pesawat mereka telah terkunci. Namun, keduanya masih kesempatan untuk membalas dengan melepas Sidewinder-nya ke sasaran Hornet, tapi pilihan ini urung dilakukan.

"Menegangkan sekali. Mereka sudah lock (kunci) pesawat kami, tinggal menembak saja. Itu dapat dilihat pada layar (display) ada tanda bahwa kami sudah di-lock," ujar Kapten Ian bersama Kapten Fajar di Pangkalan Udara Iswahjudi, Madiun, Sabtu (5/7/2003) lalu.


Berbagai manuver dilakukan penerbang TNI AU agar terlepas dari penguncian. Mulai manuver penghindar seperti hard break ke kiri dan ke kanan, atau zig-zagging yang bisa menyebabkan awaknya terkena efek 9G, atau sembilan kali gravitasi tarikan Bumi. Manuver ini adalah gerakan yang bisa melepaskan diri dari lock peluru kendali.

"Namun, selama itu posisi kami (Falcon 1 maupun Falcon 2) berada pada posisi menguntungkan, bisa pula menembak mereka," tambahnya. Meski begitu, mereka tetap berupaya untuk tidak memprovokasi.


Setelah melakukan berbagai manuver, akhirnya Kapten Tonny dan Kapten Satriyo memberikan isyarat berupa rocking the wing (menggerak-gerakan sayap), isyarat ini dilakukan untuk menunjukkan mereka bukan ancaman bagi F/A 18 Hornet milik AS. Sekitar satu menit kemudian, kedua F-16 berhasil berkomunikasi dengan kedua Hornet yang mencegat mereka.

Dari komunikasi singkat itu akhirnya diketahui bahwa mereka mengklaim sedang terbang di wilayah perairan internasional. "We are F-18 Hornets from US Navy Fleet, our position on international water, stay away from our warship (Kami F-18 Hornet dari Armada Laut AS, posisi kami di perairan internasional, menjauhlah dari kapal perang kami)," ancam pilot AS tersebut.

Di saat bersamaan, ternyata F/A 18 Hornet kembali membidik kedua F-16 TNI AU dan siap menembakkan rudal kapan saja, sedangkan rekannya mengamankan dari belakang. Beberapa kali keempat pilot berusaha menghindar dengan melakukan hard break dengan kemiringan hampir 90 derajat.

Sementara, posisi Falcon 2 yang diawaki Kapten Tonny-Kapten Satriyo juga menguntungkan terhadap Hornet 2, namun dia enggan membalas dengan mengunci pesawat tersebut. Mengingat misinya bukan bertempur, melainkan identifikasi.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait