Pasukan khusus akan diberangkatkan untuk memburu Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok itu telah membunuh satu keluarga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Menko Polhukam Mahfud MD, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pihak Kapolri, BIN, hingga kejaksaan telah menggelar rapat guna membahas kelanjutan terkait situasi di Kabupaten Sigi tersebut.
Tepatnya Selasa (1/12) kemarin, pasukan berangkat dari Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur menuju Poso. Ingin tahu potret pesawat TNI AU yang membawa pasukan khusus untuk memburu kelompok MIT? Berikut ulasannya.
Tindak Tegas
Peristiwa berdarah di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah itu telah meninggalkan ketakutan warga Desa Lemba Tongoa. Tentu saja hal ini menjadi polemik harus segera ditindak tegas.
Menko Polhukam Mahfud MdD, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, pihak Kapolri, BIN, dan kejaksaan menggelar rapat terkait tindakan kelompok MIT.
"TNI akan menindak tegas atas pelaku yang dilaksanakan MIT, besok pagi akan diberangkatkan pasukan khusus dari Halim menuju ke Palu dan ditugaskan ke Poso, untuk memperkuat yang sudah ada sebelumnya di Poso," kata Hadi
Mohon Doa Masyarakat Indonesia
Panglima TNI Hadi, yakin dengan adanya dukungan doa dan operasi tersebut kelompok MIT segera tertangkap. Sehingga yang diharapkan bersama bisa lekas tercapai.
"Kelompok MIT harus dikejar dan sampai dapat akan kami laksanakan. Kami mohon doa akan operasi ini akan berjalan dengan lancar. Dengan dukungan operasi tersebut kelompok MIT yang melakukan kejahatan atas penduduk tidak berdosa segera tertangkap," ungkap Hadi.
Kasus Terakhir yang Mencuat
Sebelumnya diketahui satu keluarga di Desa Lemba Tongoa dibunuh oleh orang tak dikenal. Belakangan disebut termasuk Anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Peristiwa sadis itu terjadi pada Jumat (27/11) pukul 09.00 WITA. Berdasar keterangan Sekretaris Desa Lemba Tongoa, Rifai, korban berjumlah empat orang.
Kapolda Sulawesi Tengah, Irjen Pol Abdul Rakhman Baso, menyampaikan kronologinya. Salah satu rumah didatangi sekitar delapan OTK, yang masuk lewat belakang, mengambil beras sekitar 40 kilogram.
"Setelah itu melakukan penganiayaan tanpa ada pernyataan apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban," kata Baso di Palu, seperti dikutip dari Antara, Minggu (29/11).