Bagaimana Pembelian Jet Tempur dari Rusia Akan Perkuat Militer Indonesia


Kerja sama pertahanan baru-baru ini antara Indonesia dan Rusia bukan hanya soal pembelian senjata dan jet tempur, tetapi juga wilayah yang lebih ambisius seperti transfer teknologi dan pengembangan bersama dan produksi meskipun ada tantangan di dalamnya.

Pada 15 Februari lalu, laporan media mulai muncul bahwa sebuah kontrak dari Indonesia membeli jet tempur asal Rusia telah ditandatangani. Finalisasi kesepakatan tersebut, yang telah dibicarakan selama bertahun-tahun antara dua mitra pertahanan tersebut, akan menjadi dorongan bagi kemampuan angkatan udara Indonesia, bahkan di tengah tantangan signifikan yang ada.

Seperti yang telah saya catat sebelumnya, Rusia dan Indonesia telah lama memiliki hubungan pertahanan, dan Moskow saat ini masih tetap menjadi pemasok militer terbesar di Jakarta. Kedua belah pihak juga telah mempertimbangkan beberapa kesepakatan serta kemajuan yang lebih luas dalam kerja sama pertahanan baru-baru ini bukan hanya soal pembelian senjata, tetapi juga wilayah yang lebih ambisius seperti transfer teknologi dan pengembangan bersama dan produksi meskipun ada tantangan di dalamnya.

Salah satu kesepakatan yang telah dilakukan selama bertahun-tahun adalah penjualan jet tempur Sukhoi Su-35 milik Rusia ke Indonesia. Meskipun Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu telah secara resmi mengumumkan bahwa Indonesia telah membuat keputusan untuk membeli pesawat Rusia tersebut kembali pada tahun 2015, sejak saat itu, rincian kesepakatan yang diduga akan terjadi telah berulang kali berubah, dan tidak ada konfirmasi resmi mengenai kemajuannya di tahun 2018.

Bulan ini, kami melihat beberapa kemajuan. Pertama, pekan lalu, Mikhail Petukhov, wakil direktur Layanan Federal Rusia untuk Kerjasama Militer dan Teknik yang telah memimpin delegasi Rusia ke Singapore Airshow 2018, mengatakan kepada TASS bahwa Rusia dan Indonesia akan segera menyetujui rincian teknis kontrak untuk pengiriman jet tempur ke indonesi

Kemudian, minggu ini, pada 15 Februari, laporan media lokal mengkonfirmasi bahwa kedua negara akhirnya sampai pada sebuah kontrak. Beberapa media outlet Indonesia menyebutkan Totok Sugiharto, kepala komunikasi publik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (TNI) yang mengkonfirmasikan bahwa penandatanganan tersebut telah dilakukan pada 14 Februari, meskipun tidak ada siaran pers resmi yang dikeluarkan.

Sedikit rincian kontrak terungkap dalam laporan. Namun, laporan tersebut menyebutkan bahwa kontrak tersebut untuk total 11 pesawat jet tempur Sukhoi Su-35, dan rencananya jet tersebut mulai masuk mulai Oktober tahun ini.

Jika kesepakatan tersebut berjalan sesuai rencana, ini akan menjadi dorongan yang sangat dibutuhkan bagi kemampuan Indonesia. Seperti yang telah saya catat sebelumnya, Indonesia telah lama berupaya mengganti beberapa pesawat tua dan pesawat yang tidak berfungsi sebagai bagian dari modernisasi militer yang lebih luas.

Ini juga akan sejalan dengan upaya baru-baru ini untuk mempercepat proses pengadaan militer di Indonesia, yang juga telah menjadi isu lama. Sebagaimana yang dikatakan Kepala Staf Angkatan Udara Yuyu Sutisna kepada wartawan, tinta kontrak akan menjadi demonstrasi nyata dari upaya yang sedang dilakukan oleh Indonesia untuk mencapai hal ini.

Sumber : matamatapolitik

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait