Analisis: “Bagaimana Jika F-22 AS dan T-50 PAK FA Rusia Tarung di Udara?”


Manakah yang akan menang?

Banyak pakar yang skeptis bahwa PAK FA menawarkan avionik generasi kelima dan teknologi jaringan seperti yang digunakan dalam jet tempur terbaru AS, sebagaimana dilansir dari Scout Warrior.

Menariknya, jaringan dengan radar AESA pita rendah cukup kuat, sama seperti yang terdapat pada pesawat E-2D AWACS, yang bisa jadi memungkinkan rudal dipandu radar untuk menembak pesawat tempur siluman! Bagaimanapun datalink yang terdapat pada F-22 saat ini telah usang dan baru belakangan ini dijadwalkan untuk di upgrade.

Sekarang kita akan mempertimbangkan pesawat mana yang akan memiliki keunggulan dalam melakukan serangan jarak pendek dan jarak jauh yang memungkinkan.

Pertempuran Within Visual Range (WVR)

Teknologi rudal telah sejak lama menjanjikan untuk membuat pertempuran udara dari jarak lebih dari 100 kilometer atau bahkan 200 kilometer. Akan tetapi jika kedua pesawat tempur menggunakan teknologi siluman, pada jarak berapakah mereka dapat menargetkan satu sama lain secara akurat dengan senjata dipandu radar yang secara drastis akan diperpendek. Yang secara teori bisa membawa kembali pertempuran jarak dekat seperti dogfight.

Pertama-tama mari kita akui bahwa F-22 AS dan T-50 Rusia memiliki banyak karakteristik yang sangat baik, keduanya dapat melakukan perjalanan supercruise (terbang dengan kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner).


F-22 Raptor mampu meluncur dengan kecepatan 1,8 mach sedangkan PAK FA pada kecepatan 1,6 mach. Keduanya dapat beroperasi pada ketinggian hingga 65.000 kaki tinggi, yang mana jauh lebih tinggi dari jet tempur siluman JSF F-35 Lightning buatan Lockheed Martin.

Jadi manakah yang akan unggul dari kedua pesawat tempur siluman diatas bila melakukan tarian kematian jarak dekat?

F-22 Raptor adalah pesawat tempur paling bermanuver yang pernah dibuat AS, namun sayangnya PAK FA T-50 Rusia ternyata lebih unggul dalam bermanuver.

PAK FA menggunakan nozzle mesin jet dengan 3D thrust-vector yang secara harfiahyang dapat bergerak secara independen sehingga memungkinkan untuk berbelok kearam dan membantu dalam melakukan manuver yang tidak akan bisa dilakukan oleh pesawat tempur biasa.

Sementara itu F-22 Raptor menggunakan mesin dengan 2D thrust-vector  yang hanya bisa naik dan turun secara serempak, hanya mempengaruhi dorongan saja. Lumayan mengagumkan karena Raptor adalah satu-satunya pesawat tempur AS yang supermaneuverable. Namun itu belum bisa mengimbangi kelincahan PAK FA.

Apa yang bisa dilakukan manuver dalam pertempuran jarak dekat?

Hal ini dapat membantu pesawat menghindari rudal (berguna dalam setiap skenario) dan mengarahkan pesawat dalam posisi menembak yang menguntungkan bagi pertempuran WVR tempur.

Namun, manuver paling ekstrim juga membutuhkan banyak energi dari pesawat tersebut dan F-22 tampaknya memiliki mesin yang lebih lambat dari Rusia.

Persenjataan F-22 vs PAK FA

Bagaimanapun F-22 memiliki tanda tangan panas yang lebih kecil, intinya adalah bahwa dalam pertempuran jarak dekat, jet tempur siluman masih rentan terhadap rudal inframerah. Masing-masing pesawat termpur siluman tersbeut mampu membawa hingga 2 rudal inframerah. Sudah sejak lama, pesawat tempur Rusia memiliki keuntungan superior pada rudal pencari panas jarak pendek R-73 yang dapat mengunci target melalui helm, pilot hanya perlu melihat pesawat musuh yang akan ditembak tersebut. Dan pesawat tempur yang menembak tidak harus diarahkan kepada target.

Namun, Amerika Serikat akhirnya dapat mengerahkan rudal yang setara dengan R-73, yaitu AIM-9X pada tahun 2004, dan jet tempur siluman F-22 Raptor akhirnya direncanakan untuk memiliki kemampuan menggunakan rudal AIM-9X pada tahun 2017. Helm tersebut direncanakan datang di tahun 2020.

Pada saat PAK FA sudah berada dalam unit operasional, maka kedua pesawat tempur siluman tersebut diperkirakan akan memiliki kemampuan rudal jarak pendek yang setara.

Kesimpulan: Keunggulan tipis dimenangkan oleh PAK FA. Kedua pesawat mampu melakukan dogfight namun PAK FA lebih lincah dari F-22. Sebagai catatan dalam pertempuran WVR adalah bahwa pertempuran itu dapat terjadi bila mampu lolos dari pertempuran awal yaitu pertempuran BVR

Pertempuran Beyond Visual Range (BVR)

F-22 diyakini sebagai jet tempur paling siluman yang ada saat ini, memiliki radar cross section (RCS) yang cuma 0,0001 meter. PAK-FA jet tempur siluman dengan RCS terkecil 0,1 meter dari depan. Dengan RCS maksimum adalah 1 meter, dengan mengutamakan keunggulan teknologi mesin jet 3D thrust-vectoring.

Ini mungkin tidak menjadi batasan luar biasa bagi PAK-FA untuk keterlibatan defensif di mana lawan-lawannya berada dalam batas jangkauan radar mereka. Namun, itu jauh lebih ideal untuk menembus jauh ke dalam cakupan radar bermusuhan. Yang mungkin kurang menjadi perhatian bagi Rusia, tetapi bukan berarti bahwa PAK-FA akan lebih mudah terdeteksi daripada F-22 dalam berbagai situasi.

Dalam hal kemampuan BVR lainnya, kedua desain pesawat tersebut sepertinya lebih berimbang.

Jet tempur siluman F-22 dan PAK FA sama-sama memiliki radar AESA. Sukhoi T-50 PAK FA dilengkapi dengan radar AESA N036 Byelka yang lebih siluman, lebih tahan terhadap jamming dan meningkatkan akurasi yang lebih tinggi. F-22 dan PAK FA akan dapat mendeteksi satu sama lain pada jarak 50 kilometer meskipun untuk pesawat yang pertama masih menjadi subjek perdebatan.

Sukhoi T-50 PAK FA telah meningkatkan kemampuan pelacakan inframerah modern dengan sistem Infra-Red Search and Track (IRST) yang memiliki jangkauan deteksi hingga 50 kilometer, sementara F-22 hingga saat ini belum memilikinya.

Meskipun telah dijadwalkan untuk menerima sistem seperti itu pada tahun 2020. Namun, nozel mesin F-22 dirancang untuk mengurangi tanda tangan panas, mengurangi jangkauan deteksi, sementara mesin PAK-FA adalah indiscrete. Oleh karena itu masih belum jelas siapa yang akan mendeteksi untuk ang pertama kali, mengingat bahwa mungkin radar PAK FA mengamati dalam jangkauan tersebut.

Dalam hal apapun, IRST tidak menawarkan cara untuk menargetkan pesawat lain, itu hanya akan memberikan gambaran umum mengenai posisi mereka.

Sukhoi T-50 PAK FA memiliki radar L-Band tersendiri yang terpasang pada bagian sayap yang secara teoritis akan efektif dalam menentukan posisi umum jet tempur siluman. Namun, jangkauan mereka cukup terbatas dan mereka tidak cukup tepat untuk mengunci senjata.

Berbeda dengan IRST, radar L-Band tersebut memiliki kelemahan yang membuat Sukhoi T-50 PAK FA akan sangat mudah diamati pada radar ketika diaktifkan. Jika latihan Angkatan Udara AS yang mengadu F-22 Raptor melawan F-15 dan F-16, rudal jarak jauh mampu merusak jet tempur generasi keempat karena F-15 dan F-16 hanya memiliki sedikit atau tidak ada kemampuan sama sekali untuk mendeteksi dan menembak balik jet tempur siluman.

Akan tetapi ketika 2 buah jet tempur siluman bertarung, jangkauan maksimum yang berlaku sudah pasti akan jauh lebih pendek, Kedua pesawat mengusung rudal dipandu radar jarak jauh mematikan yang efektivitasnya sebanding. Rusia memiliki rudal mutakhir K-77M dengan jangkauan yang dilaporkan sekitar 200 km sementara Amerika Serikat memiliki rudal AIM-120D Scorpion dengan jangkauan sekitar 160 km.

Jangkauan yang lebih jauh dari rudal K-77M mungkin menjadi keuntungan, tapi tidak terhadap pesawat tempur siluman low-observable. Rudal superior bertenaga ramjet, seperti Meteor dan PL-15, sudah mulai diterjunkan, meskipun belum jelas apakah F-22 atau PAK FA akan menerima mereka.

Jet tempur siluman F-22 dapat membawa 6 buah rudal AIM-120 dalam bay internal, sedangkan PAK-FA terbatas hanya mampu membawa 4 rudal. Hal ini memberikan batasan yang sederhana, sementara pertempuran udara masa depan cenderung saling melibatkan banyak rudal yang beterbangan, dan kemungkinan musuh akan meluncurkan lebih dari satu memastikan dapat menjatuhkan lawannya.

Secara operasional, F-22 akan bekerja dalam konser dengan dukungan sensor jaringan yang luas dan platform peperangan elektronik, baik di laut maupun di udara. Bahkan ada yang menyebutkan penggunaan jet tempur siluman untuk memberi isyarat sasaran potensial yang mampu dipukul dengan rudal super jauh yang diluncurkan dari pesawat B-52.

Sebaliknya, para analis Rusia bersikeras bahwa radar berbasis darat dengan bandwidth rendah dan rudal permukaan-ke-udara (SAM) jarak jauh seperti S-400 menjadi solusi yang meyakinkan terhadap jet tempur siluman. Hal ini mengikat agar Sukhoi T-50 PAK FA untuk beroperasi lebih dekat dengan posisi radar berbasis darat, yang mungkin dapat diterima mengingat postur keamanan Rusia saat ini.

Kesimpulan: Keunggulan ada pada F-22. Sejarah menunjukkan bahwa siapa yang pertama kali menembakkan senjata dari kendaraan tempur biasanya menang, dan F-22 yang lebih siluman tampaknya lebih mungkin untuk melakukan hal tersebut.

Kinerja Industri Pertahanan

Sukhoi T-50 PAK-FA saat ini merupakan satu-satunya lawan yang signifikan terhadap Lockheed F-22 Raptor apabila diproduksi dalam jumlah yang berarti. Hal ini merujuk pada penyataan bahwa saat ini Rusia telah memesan lebih dari 12 unit jet tempur siluman PAK FA yang akan dikirim pada tahun 2020.

Ini bukan sekedar karena F-22 sangat banyak, dimana ada 178 unit pesawat yang operasional, yang mana memungkinkan bagi Amerika Serikat untuk beristirahat hingga 20 tahun kedepan tanpa perlu mengkhawatirkan superioritas udaranya.

Namun, karena PAK-FA dan Raptor cukup dekat dalam hal kemampuan, sejumlah kecil Sukhoi T-50 tidak akan cukup untuk secara radikal menantang dominasi F-22 Raptor atau bahkan F-35 Lightning II.

Jadi mengapa pesanan PAK-FA telah begitu radikal dirampingkan? Itu karena terbukti sangat sulit untuk memenuhi semua spesifikasi desain, terutama mesin. Termasuk biaya pengembangan yang terus meningkat, sementara perekonomian Rusia telah berada dalam resesi selama beberapa tahun terakhir, menyebabkan penurunan nafsu makan untuk mampu mempersembahkan persenjataan yang mahal.

Hal ini menjadi peringatan penting lainnya mengenai Sukhoi T-50 karena masih lebih banyak kemampuan direncanakan ketimbang yang telah ada saat ini. Radar AESA yang masih menjalani pengujian. Mesin PAK FA yang saat ini masih menggunakan mesin turbofan AL-41F1 yang tidak efisien dalam hal bahan bakar untuk dapat menghasilkan daya dorong yang cukup, sehingga direncanakanakan diganti dengan mesin turbofan Izdeliye 30 yang lebih unggul setelah mereka menyelesaikan pengembangannya yang mungkin memakan waktu hingga 2027.

Singkatnya, pengerjaan PAK FA saat ini masih dilakukan, kemampuan akhirnya masih belum jelas. Dan itu adalah pekerjaan yang sangat mahal, meninggalkan tanda tanya besar pada berapa banyak T-50 PAK FA yang akan benar-benar diproduksi nantinya.

Hal ini menyebabkan masalah besar lain, India yang turut serta dalam program PAK FA, mengeluhkan kepada publik tentang biaya dan kualitas dalam program tersebut, kegagalan kualitas kontrol seperti kesalahan alignment berpotensi meningkatkan radar cross section (RCS) pada PAK FA.

FGFAs India akan berpotensi menjadi lebih canggih dari versi Rusia apabila India mengalihkan pesanan ratusan pesawat, proyek yang mungkin terbukti jauh lebih sulit untuk dibiayai.

Meskipun demikian, kebijakan pertahanan Rusia dan kekayaan ekonomi mungkin berubah di masa depan dan pesanan tambahan kemungkinan akan datang suatu hari apabila sistem tempur siluman ini bisa diperhalus. Sulit untuk dibayangkan apabila proyek harus berakhir dengan hanya 12 unit yang diproduksi setelah begitu banyak biaya yang telah dikeluarkan.

Bagaimanapun, saat ini bukti-bukti menunjukkan bahwa hanya sejumlah kecil PAK FA akan memasuki layanan Rusia pada dekade ini, tentu saja terlalu sedikit untuk bisa mengubah keseimbangan kekuatan udara dalam waktu dekat.

Kesimpulan: “Kuantitas memiliki kualitasnya sendiri”

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait