UMY Kembangkan Kapal Cepat Tanpa Awak Siluman

Ilustrasi : Bonefish – Lundin Industry Invest (North Sea Boats)

Yogyakarta – Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Karya Cipta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta membuat Pendeteksi Siluman yang berfungsi untuk mengawasi wilayah perairan Indonesia.

“Pendeteksi Siluman ini merupakan sebuah prototipe kapal cepat tanpa awak yang berfungsi sebagai pendeteksi kegiatan ‘illegal fishing’ di perairan Indonesia,” ujar Ketua Tim PKM-KC UMY Iwan Tri Sujoko di Yogyakarta.

Menurutnya, wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau itu dapat menjadi celah bagi pelaku “illegal fishing” untuk masuk.

Pendeteksi Siluman ini dapat menjadi sebuah alternatif andalan untuk memberikan pengawasan bagi wilayah-wilayah tersebut.

“Pendeteksi Siluman tersebut dapat memberikan informasi bagi pihak yang berwajib ketika ada kapal asing yang masuk ke wilayah perairan Indonesia,” kata Iwan.

Cara kerja Pendeteksi Siluman menggunakan sensor kamera yang mengunci objek benda dengan warna-warna cerah dan kemudian mengambil nilai RGB dari benda yang sudah dilacak.

Selanjutnya kamera akan memberi serial informasi gambar seperti massa x, massa y, dan pixel.

Pendeteksi Siluman itu menggunakan modul kamera yang berfungsi untuk mengolah data citra menjadi informasi dengan metode “tracking colour” sehingga objek yang sudah terkunci akan mampu terus diikuti oleh kamera.

“Data informasi itu kemudian dikirim ke ‘base station’ yang juga dapat memantau secara ‘real time’ melalui webcam yang terpasang di badan kapal,” katanya.

Pendeteksi Siluman tersebut, memiliki dua mode pengoperasian, yakni manual dan autonomous.

Pendeteksi itu menggunakan “System of Recognition Intelligent” yang mampu mengelola dan mengontrol sistem elektronik dari kapal.

Sistem itu merupakan “user interface” yang cukup maju dan mampu menggunakan “input” suara untuk pengoperasiannya. Misalnya dalam mode manual kapal dapat dikendalikan melalui “handphone” Android dan diaktifkan dengan perintah suara, ketika sudah diaktifkan maka kapal akan melakukan “scanning” wilayah dengan kontrol pengguna.

“Dalam mode autonomous kapal akan melakukan “scanning” wilayah secara otomatis sesuai dengan sistem yang sudah diprogram untuk kapal,” katanya.

Pendeteksi siluman itu merupakan kapal hibrid yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dan sel surya sebagai bahan bakarnya.

Selain BBM, kapal itu juga menggunakan sel surya yang bermanfaat untuk mengisi baterai sebagai bahan bakar tambahan, agar kapal tetap bisa bergerak meskipun BBM sudah habis digunakan.

“Meskipun dalam uji ketahanan yang kami lakukan pendeteksi siluman belum dapat bertahan selama 24 jam, namun kami yakin kapal tersebut dapat beroperasi selama 24 jam ketika sudah disempurnakan,” katanya.

Kapal cepat tanpa awak ini juga dilengkapi dengan “Global Positioning System” (GPS) sebagai sistem navigasinya sehingga posisi dari pendeteksi itu dapat menyediakan koordinat posisi kapal secara instan di belahan wilayah mana pun dalam kondisi cuaca apa pun.

“Dalam uji coba Pendeteksi Siluman terbukti dapat melakukan tugasnya dengan baik, seperti melakukan manuver pelayaran dan melakukan ‘scanning’. Prototipe Pendeteksi Siluman itu ke depan dapat dikembangkan dan disempurnakan,” kata Iwan.

Anggota Tim PKM-KC UMY itu antara lain Wicaksono Aji Wibowo, Vendy Dwi Hendra Nugraha, dan Faiz Evan Saputra.

Sumber : ANTARA

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait