Pembangunan Kembali F-22, Apakah Berarti F-35 Telah Gagal?

Jet tempur siluman F-22. © Greg Baker

Seperti dilansir dari situs Washington Examiner, Angkatan Udara Amerika Serikat atau US Air Force telah menyediakan sebuah “laporan rahasia” kepada Kongres AS tentang memulai kembali program jet tempur F-22 Raptor.

Komite Angkatan Bersenjata Senat menerima laporan tersebut 2 (dua) hari yang lalu, namun staf tersebut mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih memeriksa laporan itu.

Anggota parlemen telah meminta laporan tersebut tahun lalu, untuk menentukan apa yang akan dilakukan serta berapa biaya untuk mulai memproduksi kembali jet tempur generasi kelima berteknologi tinggi itu.

Program jet tempur siluman F-22 Raptor Angkatan Udara AS tersebut telah dihentikan oleh malahnya harga pesawat tersebut. Lockheed hanya memproduksi 187 unit pesawat dari 381 unit yang telah dipesan oleh US Air Force.

F-22 Raptor, membawa sejumlah persenjataan yang kuat dan sangat bermanuver, memiliki kemampuan untuk melakukan super-jelajah jarak jauh. Pertama kali masuk layanan dengan Angkatan Udara AS pada tahun 2005 setelah hampir 20 tahun dalam pengembangan.

Meskipun memiliki fase pengembangan yang panjang, F-22 Raptor dengan cepat mendapat reputasi yang baik di kalangan militer dan penerbangan di seluruh dunia karena kecepatan, kemampuan manuver, kesadaran situasional dan kemampuan tempurnya yang superior.

Namun avionik Raptor telah ketinggalan jaman, bahkan sebelum jet tempur siluman itu di tugaskan pada bulan Desember 2005. Hingga saat ini, Raptor adalah salah satu jet tempur paling maju yang dioperasikan oleh US Air Force, dan masih mempergunakan arsitektur komputer era 1990-an.

Apakah laporan rahasia yang diserahkan oleh Angkatan Udara AS kepada Senat tersebut berhubungan dengan sejumlah permasalahan yang hingga saat ini masih dialami oleh F-35?

Jet Tempur Siluman F-35 Terus Ditimpa Masalah

Pada pertengahan Juni lalu, Angkatan Udara AS terpaksa mengkandangkan setidaknya 48 unit jet tempur siluman F-35 Lightning II,  akibat di dera oleh permasalahan hipoksia yang dialami oleh para penerbangnya.

Masalah lain F-35 adalah dalam kemampuannya memberikan dukungan tempur jarak dekat (CAS) kepada pasukan darat. Staf Angkatan Udara AS bahkan menyebutkan bahwa kemampuan pesawat A-10 Warthog dalam memberikan dukungan tempur ternyata jauh lebih baik dibandingkan jet tempur siluman F-35.

F-35 juga tidak efektif sebagai pembom interdiksi, mengingat F-35 dirancang untuk memiliki kemampuan multi peran. Perangkat lunak Blok 2B (Korps Marinir AS) dan Blok 3I (US Air Force) membatasi radar dari mendeteksi berbagai jenis ancaman dan target serta membatasi jenis persenjataan yang mampu dibawanya. Misalnya, hingga saat ini F-35 hanya dapat membawa beberapa model bom serangan langsung (JDAM).


Bukan hanya tidak efektif sebagai pesawat pembom, ternyata F-35 juga tidak efektif sebagai jet tempur. F-35 telah mengurangi kemampuan dalam pertarungan jarak dekat.

Sebagai contoh, F-35 telah kalah berulang kali dalam manuver pertempuran udara-ke-udara melawan jet tempur F-16 yang diberi muatan penuh dan penambahan bahan bakar eksternal yang seharusnya menghalangi F-16 untuk bermanuver dengan lincah menghadapi F-35.

Sebagai petarung udara, kemampuan tempur F-35 sangat terbatas karena versi software saat ini hanya memungkinkan F-35 untuk membawa 2 (dua) rudal AMRAAM, dan dimasa depan F-35 pun hanya mampu membawa 4 (empat) rudal jika ingin mempertahankan kemampuan silumannya.

Helm tempur seharga $ 600 ribu itu gagal menghidupkan sensasinya. Ketika helm tersebut dicoba untuk menembakan rudal jarak pendek AIM-9X, pilot penguji melaporkan bahwa pandangan mereka terhadap target terhalang oleh simbol-simbol yang ditampilkan oleh helm visor mereka.

Sumber : Washington Examiner

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait