Ini Informasi Intelijen yang Dibocorkan Trump kepada Rusia

Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov 

WASHINGTON - Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan informasi rahasia yang disampaikan Presiden Donald Trump kepada pejabat Rusia di bulan Mei terkait serangan siber Israel terhadap ISIS. Berbicara kepada New York Times, pejabat itu mengatakan Trump memberitahu jika Israel berhasil meretas sel induk pembuat bom ISIS..

Pejabat tersebut mengatakan bahwa pada minggu-minggu pertama tahun 2017, "cyberoperator" Israel membobol sel kecil ISIS yang ahli dalam pembuatan bom. Mereka menemukan bahwa tim tersebut bermaksud membuat bahan peledak kecil yang sangat mirip dengan baterai komputer. "Baterai" kemudian akan ditempatkan di dalam laptop dan diselundupkan ke bandara, di mana ia bisa menipu detektor sinar-X.

Diduga, Presiden Trump berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Sergey Kislyak tentang intelijen rahasia ini selama pertemuan 10 Mei dengan kedua pejabat tersebut.

Pada saat itu, sumber mengklaim bahwa "sekutu Timur Tengah" yang mengumpulkan intelijen telah meminta agar tidak dibagikan. Pada tanggal 15 Mei, penasihat keamanan nasional Herbert McMaster mengatakan bahwa Trump tidak dapat mengidentifikasi orang Israel sebagai sumbernya, karena Trump sendiri tidak diberi tahu.

Laporan lain dari pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa Tel Aviv marah karena menganggap Trump mungkin telah membahayakan sumber informasi penting di ISIS. Laporan tersebut menuduh bahwa Israel berbagi intel dengan ketentuan bahwa hal itu tidak diteruskan ke orang lain, bahkan sekutu. Laporan anonim lainnya mengklaim bahwa Israel telah memasukkan aset ke dalam kelompok teroris, dan kebocoran Trump mungkin telah membahayakan kehidupan mata-mata.

Selama kesaksian 23 Mei di hadapan Komite Intelijen DPR, mantan direktur CIA John Brennan mengatakan bahwa Trump yang berbagi intel merupakan pelanggaran protokol. Ia membagikan informasi tersebut secara pribadi alih-alih memberi informasi melalui saluran intelijen. Trump juga tidak mengirimkan laporan yang telah dimodifikasi untuk melindungi sumber intelijen sebelum membagikannya.

Intelijen Amerika begitu yakin dengan apa yang Israel temukan bahwa mereka melarang laptop dan perangkat elektronik besar lainnya dari bandara di beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim. Informasi tersebut merupakan "kesuksesan langka" dalam peperangan online melawan ISIS, yang telah secara konsisten menunjukkan kemampuan yang canggih dengan media baru dan perang siber.

"Intelijen itu begitu indah sehingga memungkinkan AS untuk memahami bagaimana senjata bisa diledakkan, menurut dua pejabat Amerika yang mengetahui operasi tersebut," tulis laporan Times.

Pada bulan April 2016, mantan Presiden Barack Obama mengarahkan Komando Siber 

Sumber : Sindonews

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait