Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersama para pejabat militernya. Foto/KCNA/REUTERS |
NEW DELHI - Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara (Korut) memberi isyarat bersedia melakukan moratorium tes rudal nuklir dan balistik dengan syarat Amerika Serikat (AS) penuhi tuntutan Pyongyang. Isyarat itu disampaikan Duta Besar Korut untuk India, Kye Chun Yong.
”Dalam keadaan tertentu, kami bersedia berbicara dalam hal pembekuan uji coba nuklir dan pengujian rudal,” kata Kye dalam program Gravitas di stasiun televisi India, WION.
”Misalnya, jika pihak Amerika benar-benar menghentikan latihan militer besar-besaran untuk sementara atau selamanya, maka kita juga akan berhenti sementara,” ujar Kye, yang dikutip Kamis (22/6/2017). ”Mari kita bicara tentang bagaimana memecahkan masalah Korea secara damai.”
Ketegangan antara AS dan Korut semakin memanas setelah mahasiswa Universitas Virginia, Otto Warmbier, meninggal tak lama setelah dibebaskan Korut dalam keadaan koma.
Warmbier koma saat menjalani hukuman kerja paksa. Dia dihukum kerja paksa 15 tahun atas tuduhan mencuri materi propaganda pemerintah Korut di Pyongyang.
Kematian warga AS itu membuat rencana Presiden Donald Trump untuk berbicara dengan pemimpin Korut Kim Jong-un akan semakin sulit terwujud.
“Jelas, kami bergerak lebih jauh, tidak lebih dekat, dengan kondisi yang sedang diberlakukan,” kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer, kepada wartawan hari Selasa lalu. ”Saya tidak menyarankan agar kami bergerak mendekat.”
Trump telah mengutuk Korea Utara atas kematian warganya. Dia menyebut rezim Pyongyang sebagai “rezim brutal”.
Presiden Trump juga mengakui kewalahan dalam upayanya untuk mengekang program senjata Korea Utara.
”Sementara saya sangat menghargai usaha Presiden (China) Xi (Jinping) dan China untuk membantu soal Korea Utara, namun hal tersebut tidak berjalan baik,” tulis Trump di Twitter. ”Setidaknya saya tahu China sudah mencoba!"
Sumber : Sindonews