Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Mata Pengembang Kawasan Industri

Presiden Joko Widodo bersama rombongan melihat maket kereta cepat saat peletakan batu pertama megaproyek transportasi massal itu, Kamis (21/1/2016), di perkebunan teh Mandalawangi Bagian Maswati di Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Dalam kesempatan itu, sekaligus dicanangkan pengembangan sentra ekonomi koridor Jakarta-Bandung.
KOMPAS.com - Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri (HKI) Sanny Iskandar menyambut antusias megaproyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dimulai pembangunannya pada Kamis (21/1/2016). 

Menurut Sanny, kehadiran kereta cepat ini akan berdampak pada kemudahan transportasi yang lebih ekonomis dan cepat bagi karyawan yang bekerja di kawasan-kawasan industri di sepanjang 142,3 kilometer rute Jakarta-Bandung.

"Kehadiran kereta cepat juga diharapkan dapat mengurangi beban biaya dan meningkatkan produktivitas kerja," ujar Sanny kepada Kompas.com, di Jakarta, Jumat (22/1/2016). 

Lebih lanjut Sanny menuturkan, dampak lainnya adalah memberikan kepercayaan diri kepada para pengembang kawasan industri.

Pengembang kawasan industri akan dapat lebih meyakinkan investor untuk mendirikan dan membuka pabriknya di kawasan-kawasan industri yang dekat dengan stasiun-stasiun perhentian kereta cepat.

Beberapa anggota HKI, kata Sanny, sedang melakukan studi-studi kelayakan dan evaluasi bisnis terkait kehadiran kereta cepat Jakarta-Bandung.

Megaproyek infrastruktur transportasi ini dikembangkan oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC), yang terdiri dari China Railway International Co Ltd (CRI) dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

PSBI merupakan gabungan dari empat perusahaan pelat merah, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membutuhkan dana 5,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 70 triliun.

Dari total nilai proyek tersebut, 75 persen pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank.

Sebesar 25 persen sisanya merupakan patungan PSBI senilai 825 juta dolar AS atau setara dengan 60 saham konsorsium dan CRI 50 juta dolar AS atau 40 persen saham.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait