PENCARIAN korban dan pesawat AirAsia QZ8510 yang jatuh di perairan Pangkalanbun, Kalimantan Tengah dilakukan secara besar-besaran. Semua kekuatan dikerahkan dari Basarnas, TNI AU, dan TNI AL.
Dalam upaya pencarian dan evakuasi tak ketinggalan Komando Pasukan Katak atau lebih dikenal dengan sebutan Kopaska. Pasukan elite TNI AL itu dimaksimalkan dalam pencarian dan evakuasi AirAsia.
Kemampuan Kopaska tentu diharapkan mampu mempercepat pencarian dan evakuasi. Mereka yang sudah terlatih tentu memiliki kehebatan di atas rata-rata. Terutama untuk aksi-aksi bawah laut.
Aksi yang dilakukan tim Kopaska dimulai menyelam untuk mencari jenazah korban. Kopaska melakukan penyelaman dari KRI Bung Tomo untuk mengevakuasi jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang sejak Minggu, 28 Desember 2014. Kapten Kopaska TNI AL, Edi Tirtayasa mengatakan, pihaknya menyiapkan 6 tim Kopaska untuk membantu proses evakuasi.
Menurut Edi, hanya kapal perang berjenis KRI Bung Tomo yang bisa mendeteksi bawah laut lantaran dilengkapi Sonar. “Setelah penyapu ranjau sudah tahu posisi AirAsia kita menyelam. Yang bisa mendeteksi itu kapal perang kayak KRI Bung Tomo,” ujarnya.
Kehebatan lain yang dipraktikkan tim Kopaska adalah melakukan penyelaman ke dasar laut yang berlumpur. “Lokasi jelek karena berlumpur dan menyelamnya pasti seperti Superman karena akan terus terseret ombak,” kata Kapten Edi sebagaimana dilansir merdeka.com. Dia menambahkan, untuk mengangkat jenazah harus dipeluk lantaran jenazah sudah lama berada di laut.
Tim Kopaska juga diminta untuk membantu proses identifikasi bayangan pesawat yang sebelumnya ditemukan dalam upaya pencarian AirAsia QZ8501.
“Penyelam akan kita manfaatkan untuk menemukan bodi pesawat. Jika memungkinkan sekaligus untuk menemukan tubuh korban yang terjebak di dalam bodi pesawat,” kata Kepala Basarnas, Soelistyo dalam jumpa pers di Kantor Basarnas.
Banyak tantangan berat yang dihadapi Kopaska untuk menyelam ke dasar laut. Pertama, secara kontur, dasar laut di wilayah Kalimantan ini berlumpur karena banyak muara sungai. Akibat kondisi dasar laut yang berlumpur, visibility atau jarak pandang di dalam air sangat buruk. Kondisi cuaca di pengujung Desember 2014 (musim hujan) membuat laut semakin keruh. Arus di bawah permukaan dan gelombang di atasnya sangat kuat.