Proses Seleksi Petembak AASAM TNI AD

Narsis Dulu. Diego menembak dengan MP5 di Piala Danjen Kopassus 2015
Preambule:
Beberapa waktu ke belakang, saya mengikuti lomba menembak Piala Panglima TNI. Kali ini menembak menggunakan pistol G2 Pindad. Terus terang, saya belum pernah menembak menggunakan pistol. Dulu pernah nembak pakai senapan angin 😀 , dan menggunakan senjata laras panjang MP5. Itu pun laras senjata saya tempel di meja, untuk menahan getaran.

Tibalah giliran saya untuk menembak 10 peluru. Berbekal ilmu belajar mendadak dengan seorang perwira, yang ada di situ, saya pun mulai ambil ancang-ancang, mempraktekan apa yang telah dia ajarkan.

Kaki saya buka selebar bahu, posisi rileks dan kepala sedikit masuk di antara kedua tangan yang menghunus pistol. Saya turunkan pistol secara perlahan dari atas ke bawah. Saya sejajarkan titik putih pistol G2 yang ada di pisir dan pajera, sambil membuang 1/4 napas. Tahan napas. Remas pelatuk, pelan pelan sampai secara tidak sadar, peluru meletus sendiri. Dor…dor. Ketika konsentrasi terganggu, saya turunkan pistol dan mengulang cara tadi lalu menembak. Dor…dor. Saya manfaatkan waktu 3 menit yang diberikan panitia. Selesai sudah. 10 peluru saya tembakkan.

Tak lama kemudian, keluarlah penilaian. Saya mendapatkan poin 36 dari angka maksimal 100.

Tak lama kemudian, bertemulah saya dengan seorang perwira TNI AL yang bertugas di Mabes TNI. Saya sudah cukup akrab dengannya. “…xxx…(memanggil nama saya), bagaimana hasil tembakanmu ?”.

Saya jawab : “Dapat poin 36. Bagaimana ?”. Saya berharap dia akan menjawab, ya lumayan untuk pemula. Ternyata bukan itu jawaban yang saya dapatkan. Dia menjawab: “Nilaimu merah. masak score 100 dapat poin 36. Kalau sekolah tuh, rapotnya merah”, ujar sahabat saya ini.

Saya pun garuk-garuk kepala, padahal tidak gatal 😀

Dia pun ajarkan saya teknik menembak pistol yang benar. Setelah berapa lama, masuklah keputaran akhir, Menembak Gembira. Nilai tidak dihitung, diberi 10 peluru.

Saya semakin PD. Wah teknik sudah diajarkan oleh perwira Angkatan Darat dan Marinir. Tembakan kali ini pasti Mak Nyos. Saya pun mulai menembak. Dor….dor…dor sampai 10 peluru.

Setelah selesai, saya dan panitia melihat hasil tembakan saya. Angkanya tidak berubah, malah turun menjadi 34 poin. Halah…susah juga menembak pistol. Padahal waktu SMP dan SMA saya hobby menembak dengan senapan angin. Yang ditembak adalah batang ke buah alpukat, sehingga alpukat jatuh dengan utuh (iyalah kena, karena menembaknya pakai teleskop punya orangtua

Tamat.


Panglima Komando Cadangan Strategis Letnan Jenderal Mulyono mengaku bangga dengan prestasi prajuri TNI Angkatan Darat yang berhasil menjadi juara pertama lomba menembak di Australia. Bahkan kemenangan tim Indonesia bisa dikatakan mutlak karena berhasil merebut 30 medali emas dari 50 medali emas yang diperebutkan dalam Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM).

Menurut Mulyono, bukan perkara mudah memilih 14 prajurit terbaik untuk dikirim ke Australia dua pekan lalu. “Proses seleksinya sangat lama dan ketat,” kata Mulyono kepada wartawan di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Jumat, 29 Mei 2015.

Mulanya beberapa bulan lalu, seluruh kesatuan di TNI AD mengirimkan perwakilan penembak jitu. Mereka berasal dari Kostrad, Komando Pasukan Khusus, hingga masing-masing Komando Daerah Militer.

Setelah seleksi, terpilihlah 80 tentara jago tembak. Seleksi lebih ketat lagi pun dilakukan hingga menghasilkan 14 penembak terbaik dari berbagai kategori, seperti penembak pistol, senapan serbu, sampai senapan runduk atau sniper. Seleksi tersebut digelar di Komando Divisi Infateri 1/ Kostrad di Cilodong, Depok, Jawa Barat.

Selain teknik menembak, tes kesehatan dan psikologi menjadi materi seleksi. Tujuannya, Mulyono ingin 14 penembak andalan TNI AD kuat secara fisik dan mental. Sebagai contoh, tim pelatih akan mencari penembak yang tak punya rasa minder dan malu. Sebab rasa peraya diri sangat dibutuhkan untuk menghadapi pertandingan penting bertaraf internasional.

“Jadi kalau jago tembak tapi gampang demam panggung buat apa. Aspek seperti ini sangat kami pikirkan,” kata Mulyono.

Walhasil terpilihlah 14 penembak kontingen TNI AD. Mereka terdiri dari sembilan prajurit Kostrad, empat prajurit Kopassus, dan seorang prajurit dari Kodam Mulawarman. Mereka menjalani latihan keras selama tiga bulan di markas Cilodong.

Salah satunya adalah Sersan Dua Misran yang sukses mengantongi tujuh medali emas dan satu medali perunggu. Misran yang bertugas di Infanteri Lintas Udara Kostrad itu mengaku digembleng tanpa kenal libur. “Hari libur pun kami tetap latihan,” kata Misran kepada wartawan di Mabes TNI AD.

Panglima Kostrad Letjen Mulyono membenarkan pengakuan Misran. Menurut Mulyono sejak pagi hingga sore, 14 prajurit pilihan itu tak henti-hentinya memuntahkan timah panas dari senjata mereka. Istirahat hanya diberikan pelatih untuk makan siang jam 14.00 WIB dan waktu ibadah shalat.

“Pokoknya mereka nembak terus sampai mukanya jelek,” kata Mulyono sambil tersenyum.

Jenderal bintang tiga itu juga mengatakan bahwa masing-masing penembak sudah dijatah menghabiskan sekian peluru. Namun sayang Mulyono tak hapal berapa jumlah jatah peluru untuk satu hari latihan. “Latihan berat mereka tak sia-sia, membuat prestasi yang sangat kami banggakan,” kata Mulyono.

Sebelumnya, dalam lomba Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM), perwakilan Indonesia mampu mengalahkan tim tuan rumah, Amerika Serikat, dan Inggris dengan nilai telak. Pada klasemen akhir, kontingen Indonesia berhasil mendapat 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu.

Sedangkan Angkatan Darat Australia, yang duduk di posisi dua, mengantongi 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Perwakilan Amerika Serikat yang bertengger di posisi ketiga mendapat 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.

Tempo.co

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait