Jenderal TNI Berjaket & Bawa Pistol Nekat Menyusup Dalam Misi Kopassus, Aksinya di Luar Dugaan

Jenderal TNI Berjaket & Bawa Pistol Nekat Menyusup Dalam Misi Kopassus, Aksinya di Luar Dugaan

Kisah seorang jenderal TNI berjaket dan membawa pistol menyusup ke dalam misi kopassus terjadi saat operasi pembebasan pesawat Woyla, yang saat itu tengah ditimpa aksi pembajakan

Sosok jenderal TNI yang menyusup ke dalam misi Kopassus saat itu tak lain adalah Letnan Jenderal (Letjen) TNI Benny Moerdani

Dalam aksinya, Jenderal TNI itu menyusup ke dalam misi Kopassus dengan hanya mengenakan jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur

Dilansir dari buku 'Benny Moerdani Yang Belum Terungkap' ,Tempo, PT Gramedia, 2015, terjadi pembajakan pesawat DC 9 Woyla dengan rute Jakarta-Medan pada 28 Maret 1981

Operasi pembebasan pun dilakukan oleh pasukan Grup 1 Koppasandha di bawah komando Kepala Pusat Intelijen Strategis, Letjen Benny Moerdani.

Saat penyerbuan, pasukan Kopassus terbagi dalam lima tim.

Tiga tim bertugas menyerbu ke dalam pesawat, dua lainnya bersiaga di luar.

Tim pertama dipimpin Kapten Untung Suroso yang akan masuk dari pintu darurat depan.

Jenderal TNI Berjaket & Bawa Pistol Nekat Menyusup Dalam Misi Kopassus, Aksinya di Luar Dugaan

Tim kedua dipimpin Letnan Dua Rusman AT yang bertugas menyerbu dari pintu darurat atas sayap kiri pesawat.

Adapun pemimpin tim ketiga adalah calon perwira Ahmad Kirang yang masuk melalui pintu ekor pesawat.

Sekitar pukul 02.00, tim-tim Kopassus itu bergerak mendekati pesawat dengan menaiki mobil VW Komi.

Para pasukan Kopassus, termasuk Benny Moerdani berdesak-desakan dalam mobil itu.

"Saya duduk di atas anak-anak. Injek-injekan," kata Benny Moerdani dalam buku Benny: Tragedi Seorang Loyalis.

Berjarak sekitar 500 meter dari ekor pesawat, para pasukan pun mulai berjalan kaki.

Saat itulah Benny Moerdani menyusup ke barisan tim Ahmad Kirang.

Penampilannya berbeda dari yang lain. Benny Moerdani memakai jaket hitam dan menenteng pistol mitraliur.

Letkol Infanteri Sintong Panjaitan yang menjadi pemimpin operasi lapangan menjelaskan bahwa kehadiran Benny itu di luar skenario.

"Ini di luar skenario," ujarnya dalam buku 'Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando.'

Namun pada akhirnya Sintong membiarkan Benny Moerdani untuk tetap dalam pasukan.

Setelah pesawat berhasil dikuasai pasukan Kopassus, Benny Moerdani lagi-lagi melakukan aksi tak terduga.

Benny Moerdani tiba-tiba masuk ke pesawat sambil menenteng pistol bersama Kolonel Teddy.

Benny Moerdani kemudian menuju kokpit dan menyuruh Teddy untuk memeriksa panel elektronik Woyla.

Setelah dinyatakan aman dari ancaman bom yang diaktifkan melalui sirkuit pesawat, Benny Moerdani lantas mengambil mikrofon.

"This is two zero six. Could I speak to Yoga, please?" kata Benny.

Yoga Soegomo yang berada di ruang crisis center di menara bandara pun merespons.

"Operasi berhasil, sudah selesai semua," ujar Benny Moerdani melapor.

Operasi pembebasan itupun berjalan sukses.

Kopassus hanya butuh waktu tiga menit untuk menumpas para pembajak dan membebaskan para sandera.

Bukan sekali ini Benny Moerdani melakukan aksi nekat dan berbahaya

Sumber : Tribunnews

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait