Walau jumlahnya tidak banyak, namun TNI AL tidak ingin semakin banyak anggotanya yang terlibat jaringan narkoba.
"Tidak sampai angka 100-lah, mereka cuma pengguna atau konsumen. Bahaya narkoba ini sudah darurat negara," kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi, di Jakarta, Kamis.
Pada kesempatan itu, Kasal memimpin upacara serah terima jabatan komandan Pusat Polisi Militer TNI AL, dari Brigadir Jenderal (Marinir) Gunung Heru kepada Laksamana Pertama TNI Muchammad Richad. Hadir juga banyak sesepuh dan senior TNI AL, di antaranya Laksamana TNI (Purnawirawan) Bernard Sondakh dan Laksamana TNI (Purnawirawan) Slamet Soebiyanto.
Sejauh ini, ada 2.450 personel Korps Polisi Militer TNI AL dengan 80 orang di antaranya perempuan. "Jumlah itu sangat kurang, karenanya didukung dengan anggota provost di satuan masing-masing," kata Heru, secara terpisah. Sebagai gambaran, TNI AL saat ini memiliki sekitar 58.000 personel dari berbagai korps.
Jumlah itu juga menjadi hal relevan dengan tantangan membasmi peredaran narkoba di lingkungan TNI AL, kata Supandi. TNI AL juga mencanangkan pencegahan penyelundupan narkoba lewat laut.
"Ini susah karena kita harus periksa satu per satu kapal, harus masuk ke setiap ruangan kapal. Kami butuh personel yang pahami selukbeluk konstruksi kapal. Ini operasi yg tergantung cuaca juga, makanya intensitas operasi bukan cuma di laut tapi di pelabuhan resmi dan pelabuhan tikus juga, saat bongkar muat," kata dia.
Di lingkungan internal, kata Supandi, mereka juga mengetatkan razia yang juga sampai ke dalam kompleks perumahan anggota TNI AL.
"Termasuk perumahan pensiunan agar tak jadi sarang narkoba. Walaupun biasanya perumahan ada ronda dari pangkalan utama TNI AL," kata dia.
Mengingat modus jaringan pengedar narkoba ini semakin inovatif, dia juga menyatakan, sudah menjalin kerja sama dengan BNN untuk membekali personel Polisi Militer TNI AL tentang berbagai jenis narkoba baru yang terus dikembangkan berikut pemakaian alat-alat penguji agar penegakan hukum bisa semakin maksimal.
Pada sisi lain, Supandi mengemukakan “efek lain” dari peningkatan penghasilan prajuritnya melalui renumerasi itu.
"Mereka banyak sekali yang punya motor, ini bagus-bagus saja. Tapi masalahnya beda kalau sudah menyangkut perilaku berkendar. Ini masalahnya, banyak juga yang terpancing emosi, lalu kecelakaan di jalan. Ini yang juga pasti dicegah semaksimal mungkin. Kuncinya disiplin di jalan," kata dia.
Tentang itu, Heru menyatakan, "Memang paling banyak menyangkut kecelakaan lalu-lintas. Selama saya menjabat, ada 100-an kasus dan semuanya sudah dilimpahkan ke Oditurat Militer, dan kebanyakan tentang lalu-lintas ini. Pelanggaran susila, sebagai misal, menurun jauh," kata dia. (Antara)