Operasi Woyla dan kisah senjata MP5 Kopassus yang macet (Selesai)

Kopassus
Sintong dan anak buahnya diberi kesempatan untuk mencoba senapan tersebut. Mereka berdiri berjajar dan menembak target kertas yang ditempel.

Namun apa yang terjadi. Pakh! Pakh! Pakh! tak ada peluru yang meledak. Semuanya macet.

Dengan gugup Sintong melapor pada Benny. "Pak, macet semua. Pelurunya..."

Dalam biografinya, Benny Moerdani menceritakan peluru macet tersebut sangat mengejutkan. Untung pasukan belum berangkat, bagaimana pula jika pasukan harus menghadapi teroris dengan peluru majal yang tak mau meletus.

Kenapa peluru tersebut macet? Ada beberapa dugaan. Tapi mungkin karena peluru kaliber 9 mm buatan Jerman itu tak cocok disimpan terlalu lama di tempat dengan kelembaban yang tinggi.

Benny segera memerintahkan anak buahnya untuk mengambil stok peluru baru di markasnya.

Kembali anak buah Sintong mencoba menembakannya. Ternyata setelah peluru diganti, semua senjata berfungsi dengan sempurna. 

Dengan senapan inilah para personel baret merah itu kemudian menyerbu masuk kabin DC-9 Woyla. Mereka membebaskan semua sandera dan menewaskan lima pembajak.

Kelak Kopassus menamakan pasukan antiterornya dengan nama Sat-81 Gultor. Angka 81 ini diambil dari tahun terjadinya peristiwa Woyla.(Merdeka)

   

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait