Pantau Laut dan Darat, Lapan Dukung Satelit Lokal

Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin. (Dok. CNN Indonesia/Hani Nur Fajrina)
Sebagai badan antariksa Tanah Air, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan siap memfasilitasi permintaan kerja sama teknologi yang diajukan oleh pemerintah daerah yang membutuhkan satelit operasional penginderaan jarak jauh.

Lapan berencana menempatkan satelit penginderaan jarak jauh di setiap daerah dan berfungsi sebagai alat identifikasi cuaca.

"Contoh di daerah Yogyakarta, mereka ingin meningkatkan pantauan kemaritiman. Maka satelit kami memberi panduan. Salah satunya juga sebagai navigasi nelayan," ujar Ketua Lapan, Thomas Djamaluddin, saat ditemui di kantor pusat Lapan di Jakarta Timur, Rabu (18/2)

Satelit penginderaan jauh bisa memberikan informasi rinci aman atau tidaknya kondisi laut bagi nelayan yang ingin berlayar, serta lokasi yang memiliki banyak ikan untuk ditangkap.

Selain itu, teknologi antariksa dan sains dari Lapan ini juga bisa membantu perencanaan daerah di sektor kelautan hingga pertanian.

Di sektor pertanian, satelit penginderaan jauh bisa mengidentifikasi daerah yang kekurangan pupuk atau siap panen. Hal paling penting lain, pemantauan lingkungan seputar bencana.

"Dengan citra satelit, kami bisa tanggap darurat untuk segera dikirimkan ke pihak pemerintah setempat," lanjut Thomas.

Lapan berharap bisa memberikan data citra lautan atau dataran yang telah dianalisis kepada pemerintah daerah. Lembaga ini mengaku telah bekerjasama dengan sejumlah pemerintah daerah, antara lain dengan pemerintah Aceh, Pemkab Tanah Datar Sumatera Barat, Pemkab Tulang Bawang Barat Lampung, Pemkad Kotabaru Kalimantan Selatan, Pemkab Kediri, dan PemKab Blitar Jawa Timur.

Pada hari ini, Lapan juga menandatangani perjanjian kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia sebagai bentuk dukungan eksperimen pengembangan satelit nano dan piko bernama Tel-USAT. Beberapa universitas itu adalah Universitas Telkom, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan Universitas Udayana Bali.

Satelit piko dan nano adalah satelit kecil. Piko berukuran kurang dari lima kilogram dan nano di bawah sepuluh kilogram.

Anggaran Lapan untuk penelitian dan pengembangan satelit ini sekitar Rp 50 sampai 70 miliar yang sepenuhnya berasal dari APBN.

Sumber

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait