Korea Selatan telah membuat komando kapal selam dan meluaskan armadanya yang kecil untuk membela negara terhadap ancaman kekuatan kapal selam Korea Utara yang jauh lebih besar.
Pada 1 Februari, AL Korea Selatan meresmikan komando kapal selam sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuannya di bawah air dan kesiapan tempur melawan Korea Utara, demikian yang dilaporkan kantor berita resmi Yonhap di Korea Selatan.
“Armada komando, berpangkalan di kota pelabuhan bagian selatan, Jinhae [di Gyeongsang Selatan] dan dipimpin oleh laksamana muda, terdiri atas 13 kapal selam di bawah Armada Kapal Selam Kesembilan,” Yonhap melaporkan.
AL memiliki sembilan kapal selam berbobot 1.200-ton dan empat yang berbobot 1.800-ton, dan tengah merencanakan untuk menambah lima lagi kapal selam berbobot 1.800-ton pada tahun 2019. Selain itu, negara ini berencana mengerahkan sembilan kapal selam berbobot 3.000-ton yang mampu meluncurkan rudal balistik, mulai pada tahun 2020, Yonhap melaporkan.
Korea Selatan, yang memesan kapal selam pertamanya dari Jerman pada tahun 1992, adalah negara keenam di dunia dengan komando kapal selam setelah Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris dan India.
Analis: Korea Selatan akan memperoleh keuntungan dengan membangun armada kapal selam
Seorang analis dan pakar keuangan tentang perekonomian negara berkembang, Martin Hutchinson mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa Korea Selatan berada di tempat yang tepat untuk memenuhi beban industri, teknologi dan keuangan dari pembangunan armada kapal selam yang lebih besar, dan kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dengan melakukannya.
“Tidak setiap negara dapat membuat kapal selam: Pada kenyataannya, sejumlah negara industri yang mampu membuatnya, hanya segelintir. Namun demikian, Korea Selatan memiliki salah satu industri pembuatan kapal terbesar di dunia, dan sukses dalam pengalaman membangun kapal selam,” kata Hutchinson. "Selain itu, persentase pembelanjaan pemerintah dan bidang pertahanan terhadap PDB sangat rendah, jauh lebih rendah daripada Jepang, misalnya. Jadi, dengan secara cepat meluaskan kekuatan kapal selam, bukan merupakan beban signifikan bagi pemerintah.”
Malahan, dengan meluaskan kemampuannya untuk membangun kapal selamnya sendiri, kemungkinan akan memberikan kesempatan luas kepada Korea Selatan untuk membangun dan menjual kapal salam untuk ekspor di pasar global, kata seorang analis.
Korea JoongAng Daily di Seoul menafsirkan perluasan angkatan kapal selam negeri ini sebagai bagian dari perlombaan senjata umum dan perluasan kekuatan bersenjata di seluruh Asia Timur Laut. Perluasan ini hadir di tengah-tengah persaingan yang intensif di Asia Timur Laut untuk meningkatkan kemampuan militer bawah air.
“Dengan meningkatkan kemampuan armada ke pusat komando independen, Angkatan Laut memberikan wewenang yang setara dengan armada yang pertama, kedua dan ketiga. Komando kapal selam akan dikendalikan oleh laksamana muda [paruh atas] – satu peringkat lebih tinggi daripada sebelumnya – dan Yun Jeong-sang akan menjadi komandan perdana," kata surat kabar.
Kapal selam dianggap sebagai senjata strategis
“Sampai sekarang, komandan operasi AL bertanggung jawab atas pengoperasian kapal selam, sedangkan komandan armada bertanggung jawab atas pendidikan dan pelatihan," demikian yang disampaikan oleh purnawirawan Kapten AL, Mun Geun-sik kepada Korea JoongAng Daily. “Komando Perbekalan AL tadinya bertanggung jawab atas perbaikan dan pemeliharaan kapal selam, jadi kami pernah mengalami beberapa kesulitan. Dengan dibangunnya komando kapal selam, maka semua kapal selam akan mampu melaksanakan operasi yang semakin tidak tercela, dan menerima bantuan logistik yang lebih baik.”
Karena kapabilitas kapal siluman mereka dan kemampuan untuk membawa rudal dengan jangkauan lebih dari 1.000 kilometer [sekitar 620 mil], kapal selam dianggap sebagai senjata strategis. Korea adalah negara ke-12 di dunia yang merancang dan membangun kapal selamnya sendiri. Namun demikian, negara ini masih mengimpor komponen kunci, termasuk mesin dan sistem sonar, kata surat kabar.
“Dengan tujuan untuk mengerahkan kapal selam secara operasional pada tahun 2020, Angkatan Laut Korea Selatan juga mulai membangun kapal selam 3.000 ton yang dirancang secara domestik, dengan tujuan untuk mengerahkannya pada tahun 2020. Kapal selam ini akan dilengkapi dengan sistem peluncuran vertikal untuk menembakkan rudal balistik dari bawah air, suatu peningkatan dramatis dalam kemampuan serang jangkauan jauh Korea Selatan, demikian yang dilaporkan Korea Herald tanggal 3 Februari.
Korea Utara mengoperasikan sekitar 20 kapal selam kelas Romeo yang dulu dikembangkan oleh Uni Soviet pada tahun 1950. Negara ini juga memiliki 40 kapal selam kelas Shark diesel-listrik berbobot 300 ton dan 10 kapal selam kelas salmon berbobot 120 ton, menurut otoritas militer Korea Selatan.
Pada tahun 2010, penyelidikan internasional menyimpulkan bahwa kapal selam kerdil Korea Utara menembakkan torpedo ke kapal perusak Korea Selatan, ROKS Cheonan pada Maret 2010, yang menewaskan 46 orang yang berada di kapal. Korea Utara telah menyangkal keterlibatannya dalam bencana tersebut.
Pada tahun 2014, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin tengah membangun rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam. Intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat melaporkan telah mendeteksi tanda dari Korea Utara yang membangun tabung peluncuran rudal vertikal untuk kapal selam.
AL Korea Selatan bertekad memenuhi tantangan
“Peluncuran komando kekuatan kapal selam adalah tampilan yang jelas dari keinginan kami untuk secara sempurna membela laut kami di bagian Timur, Barat dan Selatan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan kapal selam kami," kata Angkatan Laut Korea Selatan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 1 Februari.
Korea Selatan tidak sendirian di antara bangsa-bangsa Asia Timur dalam meluaskan kekuatan kapal selamnya. Jepang dan Vietnam juga telah mengumumkan rencana untuk menambah armada kapal selam mereka selama beberapa tahun ke depan, karena kedua negara ini masih khawatir atas peningkatan ancaman maritim dari Tiongkok.
Tiongkoktengah meningkatkan kemampuan persenjataan kapal selamnya dan bahkan telah menyoroti armada kapal selam nuklirnya.
Pada 1 Februari, AL Korea Selatan meresmikan komando kapal selam sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuannya di bawah air dan kesiapan tempur melawan Korea Utara, demikian yang dilaporkan kantor berita resmi Yonhap di Korea Selatan.
“Armada komando, berpangkalan di kota pelabuhan bagian selatan, Jinhae [di Gyeongsang Selatan] dan dipimpin oleh laksamana muda, terdiri atas 13 kapal selam di bawah Armada Kapal Selam Kesembilan,” Yonhap melaporkan.
AL memiliki sembilan kapal selam berbobot 1.200-ton dan empat yang berbobot 1.800-ton, dan tengah merencanakan untuk menambah lima lagi kapal selam berbobot 1.800-ton pada tahun 2019. Selain itu, negara ini berencana mengerahkan sembilan kapal selam berbobot 3.000-ton yang mampu meluncurkan rudal balistik, mulai pada tahun 2020, Yonhap melaporkan.
Korea Selatan, yang memesan kapal selam pertamanya dari Jerman pada tahun 1992, adalah negara keenam di dunia dengan komando kapal selam setelah Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Inggris dan India.
Analis: Korea Selatan akan memperoleh keuntungan dengan membangun armada kapal selam
Seorang analis dan pakar keuangan tentang perekonomian negara berkembang, Martin Hutchinson mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum [APDF] bahwa Korea Selatan berada di tempat yang tepat untuk memenuhi beban industri, teknologi dan keuangan dari pembangunan armada kapal selam yang lebih besar, dan kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dengan melakukannya.
“Tidak setiap negara dapat membuat kapal selam: Pada kenyataannya, sejumlah negara industri yang mampu membuatnya, hanya segelintir. Namun demikian, Korea Selatan memiliki salah satu industri pembuatan kapal terbesar di dunia, dan sukses dalam pengalaman membangun kapal selam,” kata Hutchinson. "Selain itu, persentase pembelanjaan pemerintah dan bidang pertahanan terhadap PDB sangat rendah, jauh lebih rendah daripada Jepang, misalnya. Jadi, dengan secara cepat meluaskan kekuatan kapal selam, bukan merupakan beban signifikan bagi pemerintah.”
Malahan, dengan meluaskan kemampuannya untuk membangun kapal selamnya sendiri, kemungkinan akan memberikan kesempatan luas kepada Korea Selatan untuk membangun dan menjual kapal salam untuk ekspor di pasar global, kata seorang analis.
Korea JoongAng Daily di Seoul menafsirkan perluasan angkatan kapal selam negeri ini sebagai bagian dari perlombaan senjata umum dan perluasan kekuatan bersenjata di seluruh Asia Timur Laut. Perluasan ini hadir di tengah-tengah persaingan yang intensif di Asia Timur Laut untuk meningkatkan kemampuan militer bawah air.
“Dengan meningkatkan kemampuan armada ke pusat komando independen, Angkatan Laut memberikan wewenang yang setara dengan armada yang pertama, kedua dan ketiga. Komando kapal selam akan dikendalikan oleh laksamana muda [paruh atas] – satu peringkat lebih tinggi daripada sebelumnya – dan Yun Jeong-sang akan menjadi komandan perdana," kata surat kabar.
Kapal selam dianggap sebagai senjata strategis
“Sampai sekarang, komandan operasi AL bertanggung jawab atas pengoperasian kapal selam, sedangkan komandan armada bertanggung jawab atas pendidikan dan pelatihan," demikian yang disampaikan oleh purnawirawan Kapten AL, Mun Geun-sik kepada Korea JoongAng Daily. “Komando Perbekalan AL tadinya bertanggung jawab atas perbaikan dan pemeliharaan kapal selam, jadi kami pernah mengalami beberapa kesulitan. Dengan dibangunnya komando kapal selam, maka semua kapal selam akan mampu melaksanakan operasi yang semakin tidak tercela, dan menerima bantuan logistik yang lebih baik.”
Karena kapabilitas kapal siluman mereka dan kemampuan untuk membawa rudal dengan jangkauan lebih dari 1.000 kilometer [sekitar 620 mil], kapal selam dianggap sebagai senjata strategis. Korea adalah negara ke-12 di dunia yang merancang dan membangun kapal selamnya sendiri. Namun demikian, negara ini masih mengimpor komponen kunci, termasuk mesin dan sistem sonar, kata surat kabar.
“Dengan tujuan untuk mengerahkan kapal selam secara operasional pada tahun 2020, Angkatan Laut Korea Selatan juga mulai membangun kapal selam 3.000 ton yang dirancang secara domestik, dengan tujuan untuk mengerahkannya pada tahun 2020. Kapal selam ini akan dilengkapi dengan sistem peluncuran vertikal untuk menembakkan rudal balistik dari bawah air, suatu peningkatan dramatis dalam kemampuan serang jangkauan jauh Korea Selatan, demikian yang dilaporkan Korea Herald tanggal 3 Februari.
Korea Utara mengoperasikan sekitar 20 kapal selam kelas Romeo yang dulu dikembangkan oleh Uni Soviet pada tahun 1950. Negara ini juga memiliki 40 kapal selam kelas Shark diesel-listrik berbobot 300 ton dan 10 kapal selam kelas salmon berbobot 120 ton, menurut otoritas militer Korea Selatan.
Pada tahun 2010, penyelidikan internasional menyimpulkan bahwa kapal selam kerdil Korea Utara menembakkan torpedo ke kapal perusak Korea Selatan, ROKS Cheonan pada Maret 2010, yang menewaskan 46 orang yang berada di kapal. Korea Utara telah menyangkal keterlibatannya dalam bencana tersebut.
Pada tahun 2014, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin tengah membangun rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam. Intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat melaporkan telah mendeteksi tanda dari Korea Utara yang membangun tabung peluncuran rudal vertikal untuk kapal selam.
AL Korea Selatan bertekad memenuhi tantangan
“Peluncuran komando kekuatan kapal selam adalah tampilan yang jelas dari keinginan kami untuk secara sempurna membela laut kami di bagian Timur, Barat dan Selatan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan kapal selam kami," kata Angkatan Laut Korea Selatan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada tanggal 1 Februari.
Korea Selatan tidak sendirian di antara bangsa-bangsa Asia Timur dalam meluaskan kekuatan kapal selamnya. Jepang dan Vietnam juga telah mengumumkan rencana untuk menambah armada kapal selam mereka selama beberapa tahun ke depan, karena kedua negara ini masih khawatir atas peningkatan ancaman maritim dari Tiongkok.
Tiongkoktengah meningkatkan kemampuan persenjataan kapal selamnya dan bahkan telah menyoroti armada kapal selam nuklirnya.