Jakarta – Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Moeldoko mengatakan keterbatasan bahan bakar minyak menjadi salah satu kendala kapal perang milik Angkatan Laut mengamankan wilayah perairan Indonesia dari pelaku pencurian ikan. Menurut dia, alokasi solar untuk kapal TNI AL tak sepadan dengan luas wilayah yang harus diamankan.
“Biaya solar kapal perang jelas lebih mahal dibanding kapal biasa,” kata Moeldoko kepada wartawan di Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 22 Desember 2014.
Moeldoko memberi contoh, satu unit kapal perang kelas fregat dengan panjang sekitar 100 meter butuh bahan bakar solar Rp 900 juta untuk berlayar sehari penuh. Biaya solar semakin membengkak jika wilayah patroli kapal luas.
Sebelumnya, Panglima Armada Barat TNI AL Laksamana Muda Widodo mengatakan setidaknya ada 49 unit kapal perang yang siap berpatroli di wilayah barat Indonesia. Sayangnya, tak semua kapal bisa dipakai untuk patroli keamanan laut. Musababnya, jatah bahan bakar dari pemerintah yang terlalu minim. Untuk tahun ini saja, Armada Barat hanya dapat 27 persen bahan bakar dari alokasi yang dibutuhkan.
Walhasil, Widodo harus pintar-pintar mengatur siasat memaksimalkan patroli pengamanan laut dengan bahan bakar yang terbatas. Pada tahun ini saja, Armada Barat menggelar 12 kali operasi pengamanan. “Jumlah armada yang dipakai tak tentu, ada yang satu kapal, dua kapal, atau dua kapal dengan satu helikopter,” katanya.
Sumber : TEMPO.CO