Sepuluh Tahun Lagi Semua Negara Punya Drone

Drone memang ampuh dalam menyerang markas musuh, namun senjata ini juga membunuh banyak warga sipil.
CNN Indonesia -- Pesawat nirawak atau drone kian menjadi kebutuhan bagi sistem pertahanan. Tidak hanya negara, bahkan kini pasukan militan bersenjata menggunakan drone untuk penyerangan ke wilayah musuh, seperti Hizbullah di Libanon.

Melihat tren saat ini, pengamat mengatakan bahwa dalam waktu 10 tahun lagi, hampir semua negara akan menguasai teknologi drone, termasuk yang berkemampuan untuk menghancurkan dan menyerang.

Beberapa negara saat ini sudah memiliki drone, di antaranya Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Israel, Iran, Pakistan dan Tiongkok. Negara seperti Korea Selatan dan India sebentar lagi akan masuk di deretan negara pemilik drone.

Menurut lembaga think tank pertahanan RAND, saat ini ada sekitar 23 negara yang tengah mengembangkan atau sudah membuat drone bersenjata.

Indonesia sendiri tengah mengembangkan drone, namun bukan untuk tujuan penyerangan tetapi untuk pengawasan perbatasan.

Menurut Noel Sharket, professor intelijen artifisial dan robot di Universitas Sheffield, Inggris, Mei lalu kepada Defense One, sebuah media yang khusus membahas soal militer dan ketahanan Amerika, Tiongkok akan segera memproduksi drone secara massal dan menjualnya ke seluruh negara.

"Jika negara seperti Tiongkok mulai mengekspornya, maka drone akan ada dimana-mana dengan cepat. Dalam waktu 10 tahun, semua negara akan punya drone. Tidak ada yang ilegal soal ini, kecuali kau menggunakannya untuk menyerang negara lain," kata Sharkey.

Amerika Serika sendiri punya anggaran khusus untuk mengembangkan teknologi drone, yaitu sebesar US$2,4 miliar pada tahun 2015.

Desember lalu, Kementerian Pertahanan AS mengeluarkan rencana jangka panjang 25 tahun, salah satunya adalah membuat sistem nirawak yang akan diturunkan di setiap medan perang.

Drone yang menjadi salah satu fokus AS, kendati anggaran pertahanan mereka disunat US$487 miliar dalam 10 tahun ke depan, menandakan pentingnya teknologi ini dalam perang di masa depan.

Korban sipil

AS sendiri telah menggunakan drone dalam mengincar tersangka teroris di Pakistan, Afganistan dan Yaman, salah satunya adalah MG-9 Reaper yang bisa terbang berjam-jam dalam mencari targetnya dan menyerangnya dengan bom dengan pemandu laser.

Namun kelemahan terbesar teknologi penyerangan ini adalah ketidakmampuannya mengurangi jumlah korban tewas, termasuk warga sipil yang turut meregang nyawa dalam misi perburuan teroris.

Menurut lembaga Biro Investigasi Wartawan, CIA di bawah pemerintahan Obama telah melancarkan 383 serangan drone si Pakistan antara 2004 hingga 2014, menewaskan warga sipil antara 416 hingga 957 orang, 168 di antaranya anak-anak.

Oktober tahun lalu, Human Right Watch mengecam serangan drone AS di Yaman.

Menurut HRW, enam dari 80 serangan drone AS di Yaman telah menewaskan 82 orang, 57 di antaranya, atau 70 persen, adalah warga sipil. 

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait