Taifib |
Sampai saat ini Suud Rusli belum tertangkap. POM TNI AL pun pusing tujuh keliling. Sebagai mantan anggota pasukan elit Marinir, Suud memang punya seribu macam keahlian. Minggu (6/11/2005) pagi, suasana Rumah Tahanan Militer (RTM) Cimanggis Depok, mendadak heboh.
Para anggota polisi militer yang bertugas terlihat sibuk. Semuanya terkaget-kaget saat mengetahui Suud Rusli, terpidana mati kasus pembunuhan bos PT Asaba, sudah tak ada lagi di ruang tahanannya. Bukan baru kali ini saja Suud Rusli membuat pusing tujuh keliling para petugas polisi militer, khususnya POM TNI AL.
Sewaktu ditahan di rumah tahanan POM TNI AL, Jakarta, dia bersama terdakwa lainnya dalam kasus yang sama, mantan Letnan Dua (Marinir) Syam Ahmad Sanusi, juga pernah melarikan diri. Suud berhasil ditangkap kembali pada 31 Mei 2005, sementara Syam sampai saat ini masih buron.
Siapa sebenarnya Suud Rusli? Sehebat apakah dia sehingga kuatnya jeruji besi dan ketatnya penjagaan petugas di RTM Cimanggis seolah tak ada artinya? Sebelum terlibat dalam kasus pembunuhan bos PT Asaba, Budyharto Angsono dan pengawalnya Edi Siyep (anggota Kopassus) pada 19 Juli 2003, Suud tercatat sebagai anggota Batalyon Pengintai Amfibi (Taifib), sebuah unit pasukan elit di dalam korps Marinir.
Setiap anggota Taifib adalah prajurit yang mempunyai kemampuan khusus dan berkualifikasi istimewa. Anggota Taifib direkrut dari parjurit Marinir yang sudah mempunyai 'basic tempur' yakni pendidikan dasar kemiliteran, taktik operasi darat, komando Marinir, menembak kualifikasi, operasi amfibi, serta penyelaman. Seleksi dilakukan super ketat dan keras, meliputi seleksi kesehatan dengan tingkat status kesehatan I. Tingkat Kesamaptaan, baik meliputi tes fisik Samapta A, B dan berenang. Tak ketinggalan adalah tes psikologi dengan standar pasukan khusus.
Khusus pemilihan calon prajurit Taifib untuk penyelaman, calon siswa harus lulus tes penyelaman kering di Lakesia TNI-AL, yakni dimasukan Chamber dengan tekanan sampai setara menyelam di kedalaman 20 meter di bawah permukaan laut. Mereka yang lolos seleksi calon siswa selanjutnya mengikuti pendidikan Taifib di sekolah khusus Pusat Pendidikan Marinir selama 9 bulan.
Program pendidikan mengarah pada kemampuan individu, di mana setiap siswa diarahkan untuk menjalankan tugas-tugas khusus dengan risiko tinggi yang tidak dapat dikerjakan pasukan biasa. Salah satu program pendidikan untuk para calon anggota Taifib yang paling terkenal adalah 'Minggu Neraka'. Di program yang merupakan tolok ukur untuk mengikuti program pendidikan lainnya, kemampuan para calon anggota Taifib digenjot habis-habisan.
Selama pendidikan, teori di kelas hanya 20 persen. Selebihnya di lapangan, seperti hutan, laut, bahkan udara. Mereka harus mempunyai kemampuan terbaik di darat, laut, dan udara. Mereka dituntut mampu melaksanakan tugas rahasia secara sempurna di ketiga medan tersebut. Salah satu latihan yang cukup keras adalah para calon prajurit Taifib dibuang ke laut dengan tangan dan kaki terikat. Mereka harus mampu bertahan sekaligus menyelamatkan diri.
Hal ini dimaksudkan sewaktu-waktu prajurit trimedia (menguasai medan darat, laut, dan udara) itu dibuang ke laut dalam keadaan tangan dan kaki terikat oleh musuh, mereka akan mampu menyelamatkan diri. Selain melawan ombak di laut, mereka juga dituntut bertahan hidup di hutan tanpa perbekalan sedikit pun. Para prajurit dilepas di tengah hutan beberapa hari dengan hanya bermodalkan garam. Air minum pun tidak diperkenankan dibawa.
Mereka dilepas untuk melatih ketahanan fisik dan kemampuan perorangan. Melihat itu semua, tak heran jika Suud Rusli menjadi begitu licin. Sebagai anggota Taifib, dia mempunyai banyak pengalaman dalam berbagai operasi khusus. Bahkan ada yang menganggap, kemampuan satu pasukan Taifib setara dengan sepuluh pasukan biasa. Konon, lulusan pendidikan Taifib disegani sekaligus juga ditakuti.