Biograpi Adolft Hitler [5]

Pecahnya Perang Dunia II
Dalam diskusi pribadi tahun 1939, Hitler menyatakan Britania sebagai musuh utama yang perlu dikalahkan dan pemusnahan Polandia adalah prasyarat yang diperlukan demi mencapai tujuan tersebut. Sisi timur akan diamankan dan daratannya dimasukkan dalam Lebensraum Jerman. Tersinggung oleh "jaminan" kemerdekaan Polandia oleh Britania pada 31 Maret 1939, Hitler berkata, "Aku harus membuatkan minuman iblis untuk mereka."  Dalam sebuah pidato di Wilhelmshaven pada acara peluncuran kapal perang Tirpitz tanggal 1 April, ia mengancam akan membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman jika Britania terus menjamin kemerdekaan Polandia, yang ia pandang sebagai kebijakan "pengepungan". Polandia akan menjadi negara satelit Jerman atau dinetralisasi untuk mengamankan sisi timur Reich dan mencegah kemungkinan blokade Britania. 


Hitler awalnya memilih ide negara satelit, tetapi karena ditolak pemerintah Polandia, ia memutuskan menginvasi Polandia dan menjadikannya tujuan utama kebijakan luar negerinya tahun 1939. Pada tanggal 3 April, Hitler memerintahkan pihak militer bersiap untuk Fall Weiss ("Kasus Putih"), yaitu rencana penyerbuan ke Polandia tanggal 25 Agustus. Dalam pidato di Reichstag tanggal 28 April, Hitler membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman dan Pakta Non-Agresi Jerman–Polandia. Pada bulan Agustus, Hitler memberitahu jenderal-jenderalnya bahwa rencana awalnya untuk tahun 1939 adalah "...membentuk hubungan baik dengan Polandia demi memerangi Barat." Sejumlah sejarawan seperti William Carr, Gerhard Weinberg, dan Ian Kershaw berpendapat bahwa alasan ketergesaan Hitler melancarkan perang adalah ia takut keburu meninggal duluan.

Hitler khawatir serangan militernya ke Polandia akan menciptakan perang lebih awal terhadap Britania. Akan tetapi, menteri luar negeri Hitler—dan mantan Duta Besar untuk London—Joachim von Ribbentrop menjamin bahwa baik Britania maupun Perancis tidak akan menghormati komitmen mereka ke Polandia. 

Karena dijamin seperti itu, pada tanggal 22 Agustus 1939 Hitler memerintahkan mobilisasi militer ke Polandia.  Rencana ini memerlukan bantuan rahasia dari Soviet dan pakta non-agresi (Pakta Molotov-Ribbentrop) antara Jerman dan Uni Soviet, dipimpin Joseph Stalin, termasuk perjanjian rahasia pembelahan Polandia untuk kedua negara tersebut. Menanggapi pakta yang baru terbentuk ini—dan berbeda dengan prediksi Ribbentrop bahwa aksi ini akan memperburuk hubungan Inggris-Polandia—Britania dan Polandia membentuk aliansi Inggris-Polandia pada 25 Agustus 1939. Manuver ini, bersamaan dengan berita dari Italia bahwa Mussolini tidak akan menghormati Pakta Baja, memaksa Hitler menunda serbuan ke Polandia dari 25 Agustus menjadi 1 September. Hitler gagal mengalihkan Britania ke posisi netral dengan menawarkan jaminan non-agresi ke Imperium Britania tanggal 25 Agustus; ia kemudian menginstruksikan Ribbentrop agar mengungkapkan rencana perdamaian menit-menit terakhir dengan batasan waktu yang sangat pendek agar bisa menyalahkan perang yang akan terjadi pada ketidaksigapan Britania dan Polandia. 

Meski gelisah akan intevensi Britania, Hitler melanjutkan rencana invasi Polandia. Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerbu Polandia barat dengan alasan klaimnya terhadap Kota Bebas Danzig dan haknya atas jalan ekstrateritorial melintasi Koridor Polandia ditolak, yang telah diserahkan Jerman sesuai Perjanjian Versailles. Merespon tindakan ini, Britania Raya dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3 September, mengejutkan Hitler dan memaksanya bertanya dengan nada marah kepada Ribbentrop, "Sekarang apa lagi?" Perancis dan Britania segera bertindak sesuai pernyataan mereka, dan pada 17 September, pasukan Soviet menyerbu Polandia timur. 

" Polandia takkan pernah bangkit lagi dalam bentuk Perjanjian Versailles. Ini dijamin tidak hanya oleh Jerman, tetapi juga ... Rusia. 

—Adolf Hitler, pidato umum di Danzig pada akhir September 1939 "


Jatuhnya Polandia diikuti oleh apa yang disebut sejumlah wartawan sebagai "Perang Palsu" atau Sitzkrieg ("perang duduk"). Hitler menginstruksikan dua Gauletier Polandia barat laut yang baru ditunjuk, Albert Forster dari Reichsgau Danzig-Prusia Barat dan Arthur Greiser dari Reichsgau Wartheland, untuk "menjermanisasikan" daerah mereka "tanpa pertanyaan" tentang bagaimana caranya. Ketika penduduk Polandia di daerah Forster harus menandatangani pernyataan bahwa mereka memiliki darah Jerman, Greiser melakukan kampanye pembersihan etnis brutal terhadap penduduk Polandia di daerahnya. Greiser mengeluh Forster mengizinkan ribuan orang Polandia diterima sebagai "ras" Jerman sehingga mengancam "kemurnian ras" Jerman. Hitler menolak terlibat, karena ingin menjadikannya contoh dari teori "bekerja untuk Führer": Hitler mengeluarkan instruksi yang tidak jelas dan mengharapkan semua bawahannya menjalankan kebijakan mereka sendiri.

Sengketa lain muncul tentang metode Himmler dan Greiser, yang memilih pembersihan etnis di Polandia, melawan metode Göring dan Hans Frank, Gubernur Jenderal teritori Pemerintah Umum Polandia, yang ingin mengubah Polandia menjadi "lumbung padi" Reich. Pada tanggal 12 Februari 1940, sengketa ini awalnya selesai melalui pelaksanaan metode Göring–Frank, yang mengakhiri pengusiran massal yang mengganggu arus ekonomi. Akan tetapi, pada 15 Mei 1940, Himmler menulis memo berjudul "Pemikiran tentang Penanganan Penduduk Asing di Timur" yang mengusulkan pengusiran seluruh penduduk Yahudi di Eropa ke Afrika dan mengucilkan penduduk Polandia menjadi "kelas buruh tanpa pemimpin." Hitler menyebut memo Himmler "bagus dan tepat,"  lalu menerapkan kebijakan Himmler–Greiser di Polandia, sambil mengabaikan Göring dan Frank.

Hitler mulai memusatkan militernya di perbatasan barat Jerman, dan pada April 1940, pasukan Jerman menyerbu Denmark dan Norwegia. Tanggal 9 April, Hitler mengumumkan kelahiran "Reich Jerman Raya", yaitu visinya akan sebuah imperium bangsa-bangsa Jermanik di Eropa yang bersatu, tempat orang Belanda, Flandria, dan Skandinavia bergabung dalam pemerintahan "ras murni" di bawah kepemimpinan Jerman. Bulan Mei 1940, Jerman menyerang Perancis, dan menduduki Luksemburg, Belanda, dan Belgia. Kemenangan tersebut memaksa Mussolini membawa Italia bergabung dengan Hitler pada 10 Juni. Perancis menyerah tanggal 22 Juni. 

Britania, yang tentaranya dipaksa meninggalkan Perancis melalui laut dari Dunkirk,[245] terus berperang bersama jajahan Britania yang lain pada Pertempuran Atlantik. Hitler menawarkan perdamaian kepada pemimpin Britania Raya yang baru, Winston Churchill, dan setelah ditolak ia memerintahkan serangan pengeboman ke Britania Raya. Rencana invasi Hitler ke Britania Raya dimulai dengan serangkaian serangan udara pada Pertempuran Britania terhadap sejumlah pangkalan udara dan stasiun radar Angkatan Udara Kerajaan (RAF) di Inggris Tenggara. Sayangnya, Luftwaffe Jerman tidak mampu mengalahkan Angkatan Udara Kerajaan. Pada akhir Oktober, Hitler menyadari bahwa superioritas udara untuk invasi Britania—Operasi Sea Lion—tidak dapat diraih, lalu ia melancarkan serangan udara malam terhadap kota-kota di Britania, termasuk London, Plymouth, dan Coventry. 

Pada tanggal 27 September 1940, Pakta Tiga Pihak ditandatangani di Berlin oleh Saburō Kurusu dari Kekaisaran Jepang, Hitler, dan menteri luar negeri Italia Ciano, kemudian meluas hingga Hongaria, Rumania, dan Bulgaria, sehingga memperkuat kekuatan Poros. Upaya Hitler dalam mengintegrasikan Uni Soviet dengan blok anti-Britania gagal pasca pertemuan buntu antara Hitler dan Molotov di Berlin pada bulan November, kemudian ia meminta semua pihak bersiap untuk invasi besar-besaran ke Uni Soviet. 

Pada musim semi 1941, aktivitas militer di Afrika Utara, Balkan, dan Timur Tengah mengalihkan Hitler dari rencananya di kawasan timur. Bulan Februari, pasukan Jerman tiba di Libya untuk memperkuat keberadaan pasukan Italia di sana. Bulan April, Hitler melancarkan invasi Yugoslavia, yang tidak lama kemudian diikuti dengan invasi Yunani. Bulan Mei, pasukan Jerman dikirim untuk membantu pasukan pemberontak Irak memerangi Britania dan menyerbu Kreta. Pada tanggal 23 Mei, Hitler mengeluarkan Surat Perintah Führer No. 30. 

Menjelang kekalahan
Tanggal 22 Juni 1941, melawan pakta non-agresi Hitler–Stalin tahun 1939, 5,5 juta tentara Poros menyerbu Uni Soviet. Tujuan dari serangan berskala besar ini (Operasi Barbarossa) adalah penghancuran total Uni Soviet dan perebutan semua sumber daya alamnya untuk upaya agresi masa depan terhadap negara-negara Barat.  Dalam invasi ini, Jerman berhasil mencaplok wilayah yang sangat luas, termasuk beberapa republik Baltik, Belarus, dan Ukraina Barat. Setelah keberhasilan Pertempuran Smolensk, Hitler memerintahkan Grup Angkatan Darat Tengah menghentikan lajunya ke Moskwa dan sementara mengalihkan grup Panzernya ke utara dan selatan untuk membantu pengepungan Leningrad dan Kiev. Keputusan Hitler ini menciptakan krisis besar di kalangan petinggi militer, karena para jenderal tidak setuju dengan perubahan target tersebut. Jeda yang diambil Hitler pada akhir musim panas memberikan Angkatan Darat Merah kesempatam memobilisasi cadangan-cadangan baru; sejarawan Russel Stolfi menganggap hal ini sebagai salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan serangan Moskwa, yang baru dilanjutkan bulan Oktober 1941 dan berakhir dengan kegagalan besar pada bulan Desember. 


Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor, Hawaii. Empat hari kemudian, Hitler secara resmi menyatakan perang melawan Amerika Serikat. 

Tanggal 18 Desember 1941, Himmler menanyai Hitler, "Apa yang perlu dilakukan terhadap kaum Yahudi Rusia?" Hitler menjawab, "als Partisanen auszurotten" ("musnahkan mereka sebagai partisan"). Sejarawan Israel Yehuda Bauer berkomentar bahwa pernyataan tersebut bisa jadi tanda-tanda yang hampir bisa dikatakan para sejarawan sebagai perintah langsung dari Hitler untuk melaksanakan genosida saat Holocaust. 


Pada akhir 1942, pasukan Jerman kalah dalam pertempuran El Alamein kedua, menggagalkan rencana Hitler merebut Terusan Suez dan Timur Tengah. Kelewat yakin atas kemampuan militernya sendiri pasca kemenangan awal tahun 1940, Hitler menjadi tidak percaya terhadap Komando Tinggi Angkatan Darat dan mulai ikut campur dalam militer dan perencanaan taktis dengan akibat yang menghancurkan. Pada bulan Februari 1943, penolakan Hitler yang berulang-ulang terhadap penarikan mereka dari Pertempuran Stalingrad mengakibatkan kehancuran total Angkatan Darat ke-6. Lebih dari 200.000 tentara Poros gugur dan 235.000 lainnya ditawan, hanya 6.000 di antaranya yang pulang ke Jerman setelah perang. Setelah itu, terjadi kekalahan mutlak pada Pertempuran Kursk. Pendapat militer Hitler mulai tidak jelas, dan posisi militer dan ekonomi Jerman ikut jatuh seiring memburuknya kesehatan Hitler. Kershaw dan sejarawan lain percaya Hitler mengalami penyakit Parkinson.

Pasca invasi Sekutu ke Sisilia tahun 1943, Mussolini digulingkan oleh Pietro Badoglio, yang menyerah kepada Sekutu. Sepanjang tahun 1943 dan 1944, Uni Soviet pelan-pelan memaksa pasukan Hitler mundur di sepanjang Front Timur. Tanggal 6 Juni 1944, pasukan Sekutu Barat mendarat di Perancis utara dalam salah satu operasi amfibi terbesar sepanjang sejarah, Operasi Overlord. Akibat serangkaian kemunduran besar yang dialami Angkatan Darat Jerman, banyak petingginya berkesimpulan bahwa kekalahan tak dapat dielakkan dan kesalahan perhitungan atau penolakan Hitler akan membawa perang ke dalam negeri dan menyebabkan Jerman hancur total. 

Antara 1939 dan 1945, ada banyak rencana untuk membunuh Hitler, beberapa di antaranya berlanjut sampai tingkatan tertentu. Upaya paling terkenal justru berasal dari Jerman sendiri dan didorong oleh kemungkinan bahwa Jerman akan kalah perang. Pada Juli 1944, rencana 20 Juli, bagian dari Operasi Valkyrie, dijalankan. Claus von Stauffenberg meletakkan sebuah bom di salah satu bangunan markas Hitler, Wolf's Lair di Rastenburg. Hitler nyaris terbunuh karena seseorang tidak sengaja mendorong kopor bom tersebut ke belakang kaki meja konferensi yang tebal. Saat bom meledak, meja itu memantulkan ledakan menjauhi Hitler. Setelah itu, Hitler memerintahkan balas dendam yang kejam yang berujung pada eksekusi lebih dari 4.900 orang. 

SEBELUMNYA                                                                                                    SELANJUTNYA

Sumber | Wikipedia

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait