Reich Ketiga
Ekonomi dan budaya
Pada bulan Agustus 1934, Hitler menunjuk presiden Reichsbank Hjalmar Schacht sebagai Menteri Ekonomi, dan pada tahun selanjutnya, sebagai Menteri Ekonomi Perang Berkuasa Penuh yang bertugas mempersiapkan ekonomi negara untuk perang. Rekonstruksi dan persenjataan kembali didanai oleh surat Mefo, pencetakan uang, dan penyitaan aset orang-orang yang ditahan sebagai musuh negara, termasuk kaum Yahudi. Pengangguran menurun dari enam juta orang pada tahun 1932 menjadi satu juta orang pada tahun 1936. Hitler mengoperasikan salah satu kampanye perbaikan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah Jerman, termasuk pembangunan bendungan, jalan bebas hambatan, rel kereta, dan pekerjaan umum lainnya. Upah agak rendah pada pertengahan sampai akhir 1930-an jika dibandingkan dengan upah pada masa Republik Weimar, sementara biaya hidup naik 25%. Minggu kerja rata-rata bertambah saat peralihan ke ekonomi perang; pada 1939, rata-rata orang Jerman bekerja antara 47 sampai 50 jam seminggu.
Pemerintah Hitler mensponsori arsitektur dalam skala besar. Albert Speer, terkenal karena mengimplementasikan reinterpretasi klasik Hitler terhadpa budaya Jerman, ditugaskan membuat rencana renovasi arsitektur Berlin. Tahun 1936, Hitler membuka Olimpiade Musim Panas di Berlin.
Persenjataan kembali dan aliansi baru
Dalam pertemuan dengan para pemimpin militer Jerman tanggal 3 Februari 1933, Hitler membicarakan "penaklukan untuk memperoleh Lebensraum di Timur dan Jermanisasi-nya yang kejam" sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya. Pada bulan Maret, Pangeran Bernhard Wilhelm von Bülow, sekretaris di Auswärtiges Amt (Kementerian Luar Negeri), mengeluarkan pernyataan berupa tujuan-tujuan utama kebijakan luar negeri: Anschluss dengan Austria, pengembalian perbatasan nasional Jerman tahun 1914, penolakan pembatasan militer Perjanjian Versailles, pengembalian bekas koloni Jerman di Afrika, dan zona pengaruh Jerman di Eropa Timur. Hitler melihat tujuan-tujuan yang dibuat Bülow terlalu sederhana. Dalam beberapa pidato selanjutnya, ia menekankan tujuan damai dari kebijakannya dan kemauan untuk bekerja sama dengan perjanjian internasional. Pada pertemuan pertama Kabinetnya tahun 1933, Hitler memprioritaskan anggaran militer ketimbang pembuatan lapangan kerja.
Jerman keluar dari Liga Bangsa-Bangsa dan Konferensi Pelucutan Senjata Dunia pada Oktober 1933. Bulan Maret 1935, Hitler mengumumkan perluasan Wehrmacht menjadi 600.000 anggota—enam kali lebih besar daripada yang diizinkan Perjanjian Versailles—termasuk pembentukan angkatan udara (Luftwaffe) dan perluasan ukuran angkatan laut (Kriegsmarine). Britania, Perancis, Italia, dan Liga Bangsa-Bangsa mengutuk pelanggaran perjanjian tersebut. Perjanjian Laut Inggris-Jerman (AGNA) tanggal 18 Juni 1935 mengizinkan peningkatan tonase Jerman menjadi 35%-nya AL Britania Raya. Hitler menyebut penandatanganan AGNA sebagai "hari paling membahagiakan dalam hidupnya," percaya bahwa perjanjian tersebut menandakan awal dari aliansi Inggris-Jerman yang ia prediksikan di Mein Kampf. Perancis dan Italia tidak diikutsertakan sebelum penandatanganan, sehingga secara langsung mengabaikan LBB dan menjadikan Perjanjian Versailles tidak berlaku lagi.
Jerman menduduki kembali zona demiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936, melanggar Perjanjian Versailles. Hitler juga mengirim tentara ke Spanyol untuk membantu Jenderal Franco setelah menerima permintaan bantuan pada bulan Juli 1936. Pada saat yang sama, Hitler melanjutkan upayanya membentuk aliansi Inggris-Jerman. Pada Agustus 1936, menanggapi krisis ekonomi yang semakin besar akibat upaya persenjataan kembali, Hitler meminta Göring memberlakukan Rencana Empat Tahun demi menyiapkan Jerman untuk perang dalam kurun empat tahun selanjutnya. Rencana ini merupakan perjuangan habis-habisan antara "Judeo-Bolshevisme" dan sosialisme nasional Jerman, yang dalam pandangan Hitler membutuhkan upaya persenjataan kembali tanpa memikirkan risiko ekonomi.
Conti Galeazzo Ciano, menteri luar negeri untuk pemerintahan Benito Mussolini, mengumumkan pembentukan aliansi antara Jerman dan Italia, dan pada 25 November, Jerman menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jepang. Britania, Cina, Italia, dan Polandia juga diundang untuk bergabung dengan Pakta Anti-Komintern, namun hanya Italia yang menandatanganinya pada tahun 1937. Hitler membatalkan rencana aliansi Inggris-Jermannya dan menyalahkan pemerintah Britania yang "tidak pas". Pada pertemuan di Reichskanzlei dengan menteri luar negeri dan pimpinan militernya November itu, Hitler menyatakan kembali keinginannya mengejar Lebensraum untuk bangsa Jerman. Ia memerintahkan persiapan perang di wilayah timur dimulai setidaknya tahun 1938 dan tidak melewati tahun 1943.
Menjelang kematiannya, menit-menit konferensi yang direkam sebagai Hossbach Memorandum tersebut dianggap sebagai "pernyataan politik"-nya. Ia merasa penurunan tajam standar hidup di Jerman diakibatkan oleh krisis ekonomi yang hanya bisa dihentikan oleh agresi militer terhadap Austria dan Cekoslowakia. Hitler menginginkan aksi cepat sebelum Britania dan Perancis unggul permanen dalam perlombaan senjata. Pada awal 1938, setelah Skandal Blomberg–Fritsch, Hitler mengambil alih kendali instrumen militer-kebijakan luar negeri, memecat Neurath sebagai Menteri Luar Negeri dan menunjuk dirinya sendiri sebagai Oberster Befehlshaber der Wehrmacht (komandan tertinggi angkatan bersenjata). Sejak awal 1938 sampai seterusnya, Hitler menerapkan kebijakan luar negeri dengan tujuan perang.
Perang Dunia II
Kesuksesan diplomatik pertama
Aliansi dengan Jepang
Pada Februari 1938, atas nasihat Menteri Luar Negeri yang baru ditunjuk, Joachim von Ribbentrop yang sangat pro-Jepang, Hitler mengakhiri aliansi Cina-Jerman dengan Republik Cina demi membentuk aliansi dengan Jepang yang lebih modern dan kuat. Hitler mengumumkan pemerintahannya mengakui Manchukuo, negara dudukan Jepang di Manchuria, dan menarik klaim Jerman terhadap bekas koloni mereka di Pasifik yang dimiliki Jepang. Hitler menyatakan berakhirnya pengiriman senjata ke Cina dan memulangkan semua pejabat Jerman yang bekerja di Angkatan Darat Cina. Sebagai tindak balasan, Jenderal Cina Chiang Kai-shek membatalkan semua perjanjian ekonomi Cina-Jerman, sehingga bahan mentah Cina tidak lagi masuk ke Jerman.
Austria dan Cekoslowakia
Pada tanggal 12 Maret 1938, Hitler mengumumkan penyatuan Austria dengan Jerman Nazi dalam program Anschluss. Hitler kemudian mengalihkan perhatiannya ke populasi etnis Jerman di distrik Sudetenland di Cekoslowakia.
Tanggal 28–29 Maret 1938, Hitler mengadakan serangkaian pertemuan rahasia di Berlin bersama Konrad Henlein dari Heimfront (Front Dalam Negeri) Sudeten, partai etnis Jerman di Sudetenland. Mereka setuju agar Henlein meminta otonomi yang lebih besar bagi penduduk Jerman Sudeten ke pemerintah Cekoslowakia, sehingga memberi legitimasi atas aksi militer Jerman ke Cekoslowakia. Pada April 1938, Henlein memberitahu menteri luar negeri Hongaria bahwa "apapun yang ditawarkan pemerintah Ceko, ia akan selalu meminta lebih tinggi lagi ... ia ingin menyabotase pemahaman dengan artian apapun karena inilah satu-satunya cara memecah Cekoslowakia dengan cepat". Secara pribadi, Hitler menganggap masalah Sudeten tidak penting; keinginan sebenarnya adalah melancarkan perang penaklukan terhadap Cekoslowakia.
Pada bulan April, Hitler meminta OKW bersiap-siap untuk Fall Grün ("Kasus Hijau"), kode invasi ke Cekoslowakia. Karena tekanan diplomatik bertubi-tubi dari Perancis dan Britania, pada tanggal 5 September Presiden Cekoslowakia Edvard Beneš meluncurkan "Rencana Keempat" untuk reorganisasi konstitusional negaranya yang menyetujui sebagian besar permintaan Henlein untuk otonomi Sudeten. Heimfront Henlein menanggapi tawaran Beneš dengan serangkaian kerusuhan melawan polisi Cekoslowakia dan berujung pada penerapan darurat militer di sejumlah distrik di Sudeten.
Jerman bergantung pada minyak impor; konfrontasi dengan Britania atas sengketa Cekoslowakia akan mengurangi suplai minyak Jerman. Hitler membatalkan Fall Grün yang awalnya direncanakan dilaksanakan tanggal 1 Oktober 1938. Pada 29 September, Hitler, Neville Chamberlain, Édouard Daladier, dan Benito Mussolini mengadakan konferensi satu hari di Munich dan menghasilkan Perjanjian Munich yang berisi penyerahan distrik Sudetenland ke Jerman.
Chamberlain puas dengan konferensi Munich dan menyebutnya "perdamaian untuk masa kini", sementara Hitler marah karena kehilangan kesempatan berperang pada tahun 1938; ia menyatakan ketidakpuasannya dalam sebuah pidato tanggal 9 Oktober di Saarbrücken. Dalam pandangan Hitler, perdamaian yang dibantu Britania ini, meski memenuhi permintaan Jerman, adalah kekalahan diplomatik yang menggagalkan keinginannya membatasi kekuasaan Britania untuk membuka jalan ekspansi Jerman ke timur. Karena pertemuan itu pula Hitler terpilih sebagai Man of the Year versi majalah Time tahun 1938.
Pada akhir 1938 dan awal 1939, krisis ekonomi yang berlanjut akibat persenjataan kembali memaksa Hitler memotong anggaran besar-besaran. Dalam pidato "Ekspor atau mati" tanggal 30 JAnuari 1939, ia meminta serangan ekonomi demi meningkatkan kepemilikan valuta asing Jerman untuk membeli bahan mentah seperti besi berkualitas tinggi untuk senjata-senjata militernya.
Pada tanggal 15 Maret 1939, melanggar Perjanjian Munich dan mungkin akibat krisis ekonomi yang menekankan perlunya aset tambahan, Hitler memerintahkan Wehrmacht menyerbu Praha dan memproklamasikan Bohemia dan Moravia sebagai protektorat Jerman dari Kastil Praha.
Sumber | Wikipedia