Intip Kemampuan JF-17 Thunder Baru Myanmar


Angkatan Udara Myanmar pada tanggal 15 Desember lalu dilaporkan menerima satu batch jet tempur ringan baru, JF-17 Thunder, yang diproduksi bersama oleh China-Pakistan, sebagai langkah untuk memodernisasi kemampuan tempur udara, seperti dilansir dari laman Military Watch.

Sementara negara-negara Barat telah lama menempatkan Rangoon dibawah sanksi ekonomi yang keras dan sangat tidak menyarankan pihak ketiga untuk menjual senjata ke Myanmar, yang telah lama bertahan terhadap pengaruh Barat, namun China, Pakistan dan juga Rusia tetap mempertahankan hubungan pertahanan yang kuat dengan negara itu.

Akuisisi jet tempur JF-17 Thunder berlangsung tak lama setelah Angkatan Udara Myanmar menempatkan pesanan untuk enam pesawat tempur superioritas udara Su-30 Rusia, dengan pesanan selanjutnya dilaporkan telah direncanakan, yang datang bersama langkah-langkah komprehensif untuk memperkuat hubungan pertahanan bilateral antara Moskow-Rangoon. Armada jet tempur Su-30 disiapkan sebagai pelengkap mematikan bagi jet tempur ringan.



Jet tempur superioritas udara Su-30 Flanker-C


Sebagai tulang punggung armada Angkatan Udara Myanmar saat ini terdiri dari varian yang lebih tua yakni jet tempur ringan J-7 Fishcan buatan China dan jet tempur MiG-29 Fulcrum buatan Rusia.

Sementara itu, jet tempur ringan JF-17 Blok II adalah didasarkan pada desain jet tempur J-7 tetapi jauh lebih canggih, akhirnya armada J-7 secara bertahap keluar dari layanan petarung garis depan, sementara armada MiG-29 dilaporkan sedang dimodernisasi untuk tetap layak bertugas di Angkatan Udara Myanmar.


JF-17 Thunder ini mampu membawa sejumlah amunisi tingkat tinggi yang sebelumnya tak dimiliki oleh Angkatan Udara Myanmar, amunisi yang diusungnya termasuk rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-12 dengan jangkauan hingga 100 km dan tingkat akurasi tinggi.

Senjata tangguh lainnya adalah rudal anti-kapal supersonik YJ-12 dengan jangkauan 400 km dan kecepatan hingga Mach 4 yang mampu menghadirkan ancaman besar bagi kapal perang musuh dari jarak sangat jauh.

Keunggulan lainnya adalah, JF-17 mampu mencapai ketinggian 17 km, lebih tinggi dari jet tempur saingan seperti F-16 atau F-35 buatan AS, sehingga menjadikan JF-17 ini platform peluncur yang efektif untuk lebih dari 15 jenis rudal udara-ke-udara, rudal udara-ke-darat serta rudal anti-kapal jarak jauh maupun rudal jarak dekat.

Hal ini menjadikannya sebagai pesawat tempur sangat serbaguna, meskipun jenisnya ringan dan bentuk airframe tidak mengesankan. JF-17 sangat dihargai karena syarat pemeliharaan dan biaya operasionalnya yang terkenal rendah, membuatnya menjadi jet tempur ideal bagi negara-negara dengan anggaran pertahanan terbatas namun memungkinkan pilotnya untuk lebih banyak waktu berlatih di udara daripada membeli jet yang lebih mahal.


Jet tempur JF-17 Thunder Angkatan Udara Myanmar


Myanmar saat ini adalah salah satu dari dua pelanggan ekspor yang dikonfirmasi dari JF-17 Thunder buatan Pakistan, tetapi beberapa negara lain termasuk Azerbaijan, Mesir dan Sri Lanka telah menunjukkan minat yang cukup besar dalam memperoleh platform ini.

Apakah Angkatan Udara Myanmar akan melanjutkan untuk memperoleh jet tempur yang lebih canggih namun lebih mahal, yakni JF-17 Blok III yang sekarang masih dalam tahap pengembangan?

Itu semua masih harus dilihat, akan tetapi pejuang baru ini akan jauh lebih mampu dan memiliki sejumlah fitur generasi mendatang termasuk radar AESA dan mesin baru yang memungkinkan armada JF-17 terbang hingga melebihi Mach 2.

Pesawat Blok III juga akan menggunakan lebih banyak material komposit, membuat badan pesawat (airframe) mereka lebih ringan dan tentunya lebih tangguh.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait