Alat Sensor Biang Tragedi Lion Air, AS Keluarkan Arahan Darurat


Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat (AS) mengeluarkan arahan darurat setelah alat sensor yang tak berfungsi dianggap sebagai penyebab tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di Indonesia. 

Temuan baru Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia menyatakan, sebelum pesawat Lion Air yang membawa 189 orang jatuh di perairan Karawang alat sensornya telah diganti.

Panduan darurat FAA berisi tentang bagaimana menangani data yang salah dari alat sensor Boeing yang tak berfungsi. Panduan itu tercakup dalam buletin peraturan keamanan Boeing yang dikirim ke operator pesawat Boeing 737 MAX 8 dan MAX 9.

FAA membenarkan bahwa arahan darurat itu berdasarkan temuan dari KNKT Indonesia yang menyelidiki kecelakaan pesawat Lion Air JT610 pada 29 Oktober. Arahan FAA biasanya diikuti oleh regulator maskapai penerbangan internasional lainnya.

FAA mengatakan data yang salah dari sensor "angle of attack", yang membantu mencegah pesawat dari stalling dan diving, dapat menyebabkan awak pesawat mengalami kesulitan untuk mengendalikan pesawat. "Dan mengarah ke gerak hidung yang berlebihan, kehilangan ketinggian yang signifikan, dan kemungkinan berdampak dengan medan," bunyi penjelasan dalam arahan FAA, yang dilansir AP, Kamis (8/11/2018).

Arahan FAA menginstruksikan maskapai untuk membuat perubahan spesifik pada prosedur manual penerbangan untuk menanggapi masalah. Buletin Boeing juga mengarahkan awak penerbangan ke pedoman yang ada.

Pada hari Rabu, KNKT mengatakan alat sensor pesawat Lion Air JT610 diganti sehari sebelum penerbangan yang fatal. Hal itu diduga ikut memperparah masalah lain dengan pesawat tersebut.

Pesawat Lion Air Boeing 737 MAX 8 yang baru berumur 2 bulan jatuh ke Laut Jawa 13 menit setelah tinggal landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju ke Pangkalpinang. Pesawat itu pada 28 Oktober, yakni saat terbang dari Bali ke Jakarta, memiliki kecepatan dan ketinggian yang tidak menentu setelah lepas landas.

KNKT pada awal pekan ini mengumumkan bahwa pesawat tersebut memiliki indikator kecepatan udara yang tidak berfungsi pada empat penerbangan terakhir. Analisa itu berdasarkan perekam data penerbangan.

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan indikator kecepatan udara dan masalah sensor terkait. "Dua upaya pertama Lion Air untuk mengatasi masalah kecepatan udara tidak berhasil, dan untuk penerbangan kedua kedua, sensor 'angle of attack' diganti," kata Tjahjono.

Sumber : SINDO

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait