Inilah Yang Paling Ditakuti Pasukan Israel Dibanding Serangan Rudal

Tank Merkava, Angkatan Bersenjata Israel, 3 Agustus 2014.

Menanggapi serangan cyber global secara besar-besaran yang menggunakan alat mata-mata milik NSA yang telah dicuri dan mempengaruhi lebih dari 200.000 server Windows di lebih dari 200 organisasi, termasuk sejumlah besar jaringan medis, pejabat senior militer Israel menyatakan bahwa peretasan lebih berbahaya daripada serangan rudal, seperti dilansir dari Sputnik News.
Meski jaringan militer Israel dianggap belum terpengaruh, namun serangan cyber yang luas menggunakan alat peretas milik NSA yang memanfaatkan kelemahan sistem operasi pada server Microsoft Windows sepertinya menghidupkan kembali kekhawatiran akan penutupan jaringan global serta menyerukan dukungan keamanan cyber, hal ini menyiratkan bahwa senjata virtual jauh lebih berbahaya dibanding senjata konvensional.

Pejabat senior Israel tersebut menyarankan bahwa “Upaya melumpuhkan infrastruktur Israel menggunakan serangan cyber, jauh lebih berbahaya daripada menggunakan rudal untuk menyerang pembangkit listrik”.

“Serangan rudal atau bom hanya akan menyebabkan beberapa jam pemadaman listrik, dan lebih besar peluang untuk bisa dihentikan. Jaringan sipil diketahui jauh lebih rentan terhadap cybercrime daripada instalasi militer. Dan tentunya sistem perlindungan jaringan internal militer Israel jauh lebih kuat dari jaringan sipil manapun. Tidak ada jaringan sipil Israel yang terlindungi seperti jaringan militernya”, menurut Benjamin Netanyahu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu menyatakan bahwa jaringan infrastruktur negara tersebut tidak terpengaruh oleh serangan cyber.

Setelah serangan cyber secara besar-besaran, sebagian besar jaringan server milik Angkatan Bersenjata Israel yang kritis pada hari Minggu dikabarkan sedang dilakukan “pemeliharaan” sampai setidaknya pukul 17:00 waktu setempat.

Serangan cyber secara global menggunakan alat peretas milik NSA yang telah dicuri itu mempengaruhi sejumlah jaringan perusahaan, rumah sakit dan pemerintah berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Rusia.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait