ITB Kembangkan Bio Avtur Bahan Bakar Pesawat

ITB Kembangkan Bio Avtur Bahan Bakar Pesawat
ilustrasi (Everyone Sinks Starco)

Tim penelitian Institut Teknologi Bandung sedang mengembangkan riset untuk memproduksi bahan bakar penerbangan ramah lingkungan atau bio-avtur yang bahan dasarnya dari minyak kelapa.

Peneliti senior dari Kelompok Keahlian Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia ITB Tatang H Soerawidjaja di Jakarta, 10/4/2017, mengatakan tim penelitiannya sudah bisa menghasilkan bahan bakar bio-avtur yang hampir sempurna dari bahan baku minyak kelapa dan minyak inti sawit.

“Bio-avtur itu harus hidrokarbon yang panjang rantai karbonnya C10-C14, yang dipakai tengah-tengahnya yaitu C12. Minyak kelapa atau minyak inti sawit asam lemaknya persis hidrokarbon C11, C12,” kata Tatang.

Dengan pengolahan tertentu, lanjut Tatang, minyak inti sawit dan minyak kelapa bisa menjadi hidrokarbon yang memiliki senyawa sama dengan avtur berbahan dasar fosil.

Tatang menyebutkan saat ini hidrokarbon hasil pengembangan tim penelitiannya masih terdapat senyawa oksigen sekitar 5 persen pada hidrokarbonnya. Sedangkan bahan bakar pesawat menuntut hidrokarbon tanpa oksigen, mesti dalam teorinya masih ada toleransi sedikit oksigen.

“Tim saya sudah bikin, memang masih belum sempurna, masih ada oksigennya sedikit. Kita sedang menyempurnakan lagi biar tidak ada oksigennya, persis avtur,” kata Tatang yang juga sebagai Ketua Ikatan Ahli Bio-energi Indonesia (IABI).

Tatang mengakui bio-fuel untuk pesawat yang dibuat oleh timnya lebih unggul daripada riset di Amerika Serikat yang membuat bio-avtur berbahan dasar kayu.

Bahan bakar yang dihasilkan dari kayu menghasilkan senyawa karbon C18 yang harus diproses lagi untuk menjadi C12 sesuai dengan senyawa avtur.

Proses tersebut tentu memakan biaya dan waktu yang tidak lebih praktis ketimbang memproduksinya dari minyak inti sawit atau minyak kelapa.

Bahan bakar bio-avtur yang sedang dikembangkan oleh tim penelitinya bisa menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 70 persen dibandingkan avtur berbahan dasar minyak bumi. Tatang mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara dengan produksi kelapa sawit melimpah di dunia. Oleh karena itu teknologi bio-avtur dari bahan baku minyak inti sawit merupakan sumber daya yang berkelanjutan.

Beli atau Produksi Bio Avtur

Indonesia harus membuat keputusan untuk memilih memproduksi sendiri atau membeli bio-avtur sebagai produk bahan bakar pesawat terbang yang ramah lingkungan, kata pakar penerbangan Wendy Aritenang.

“Bahan bakar bio-avtur itu sebuah keniscayaan. Ke depan tinggal memilih, mau produksi atau membeli,” kata pakar penerbangan dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Wendy Aritonang di Jakarta, 10/4/2017.

Penggunaan bio-avtur sebagai bahan bakar penerbangan cepat atau lambat akan diterapkan, mengingat ICAO telah menetapkan target penurunan emisi dari penerbangan internasional yaitu kesepakatan “Carbon Neutral Growth” pada 2020 dan penurunan emisi dari penerbangan hingga 50 persen pada 2050 dibandingkan 2005.

Wendy menjelaskan bila ingin memproduksi sendiri produk bio-avtur, maka Indonesia harus mempersiapkan berbagai hal mulai saat ini.

Indonesia memiliki beragam keanekaragaman hayati yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pengembangan bio-avtur.

Namun, apabila tidak mempersiapkan diri sejak dini, maka pilihannya ialah membeli bio-avtur dari negara lain dengan biaya yang lebih tinggi dibandingkan produksi sendiri.

Bio-avtur untuk penerbangan memang bisa diproduksi melalui beberapa metoda dan dari berbagai bahan baku. Namun, kelayakan bahan bakunya harus sesuai kategori seperti bahan baku yang keberlanjutan, tingkat kesiapan teknologi yang dipakai, dan kelayakan dari sisi ekonomi.

Oleh karena itu Kemnterian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengembangan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, dan melibatkan ICAO, perguruan tinggi, lembaga riset, dan industri penerbangan melakukan konsolidasi dan koordinasi guna membahas pengembangan bio-avtur.

Terlebih untuk saat ini riset tentang pengembangan bio-avtur masih terbilang sedikit di Indonesia.

Dengan adanya pertemuan tersebut diharapkan mendapatkan dukungan kebijakan pemerintah dalam pengembangan bio-avtur, mengidentifikasi pengembangan penelitian terkait bahan baku dan teknis produksi bio-avtur, serta membentuk satuan tugas riset pengembangan bio-avtur.

Antara

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait