Tidak Efektif Sebagai Platform “Close Air Support”
F-35 memiliki banyak kekurangan melakukan misi interdisksi udara-ke-darat cukup jauh dari medan pertempuran langsung, bahkan lebih buruk dalam peran yang dimaksudkan lainnya seperti serangan udara-ke-darat secara langsung dalam mendukung pasukan yang terlibat pertempuran,yaitu dukungan udara (CAS ). DOT & E menyimpulkan bahwa F-35 dalam konfigurasi saat ini belum bisa menunjukkan kemampuan CAS yang setara dengan pesawat tempur generasi keempat.
Pernyataan ini sangat mengganggu, mengingat pernyataan Kepala Staf Angkatan Udara AS baru-baru ini yang menyebutkan bahwa layanan bermaksud untuk membatalkan upaya upgrade pesawat tempur CAS yang telah terbukti yaitu A-10 “Warthog” pada tahun 2021.
CAS (Close Air Support) adalah misi utama lainnya dimana kurangnya meriam yang efektif secara signifikan akan membatasi kempuan dan kegunaan tempur F-35.
"Kanon bahkan lebih penting ketika pasukan kita sedang disergap atau dikuasai oleh musuh pada jarang hanya beberapa meter, dalam situasi yang “dekat dengan bahaya” dimana hanya berpengaruh oleh serangan tembakan paling sangat akurat yang membantu pihak kami dan membunuh atau membubarkan musuh."
Sebuah kanon (meriam) yang efektif sangat penting dalam banyak misi CAS di mana bom berukuran apapun, baik dipandu atau tidak, akan menimbulkan bahaya bagi pasukan teman didarat atau dimana ada kekhawatiran tentang jaminan kerusakan, seperti di lingkungan perkotaan misalnya. Kanon bahkan lebih penting ketika pasukan kita sedang disergap atau dikuasai oleh musuh pada jarang hanya beberapa meter, dalam situasi yang “dekat dengan bahaya” dimana hanya berpengaruh oleh serangan tembakan paling sangat akurat yang membantu pihak kami dan membunuh atau membubarkan musuh.
Komandan di darat yang diwawancarai sebagai bagian dari studi RAND baru-baru ini mengatakan bahwa mereka lebih suka dukungan tembakan dari meriam A-10 bahkan untuk amunisi dipandu karena 80 persen dari peluru meriam yang ditembakkan mampu mengenai dalam radius 20 kaki dari titik bertujuan, memberikan persis serangan presisi dalam situasi yang benar-benar bahaya. Kanon juga paling berguna untuk memukul target bergerak karena ledakan meriam dapat menyebabkan target untuk mengantisipasi gerakan.
Tak satu pun dari tiga model F-35 dalam armada saat ini dapat menggunakan meriam dalam pertempuran. Bahkan, tidak satupun dari mereka menyelesaikan ujicoba untuk kesesuaian keamanan operasional airframe, akurasi dan mematikan target. Yang lebih buruknya lagi, berdasarkan pengalaman ujicoba pendahuluan, tampak bahwa parahnya ketidak-akuratan dari helm yang digunakan untuk menembak pada ketiga versi F-35 tersebut yang membuat kemampuan tempur meriam tidak akan efektif dalam misi CAS.
Persyaratan akurasi meriam untuk misi CAS jauh lebih ketat daripada pertempuran di udara, bahkan masalah akurasi kecil dapat memiliki konsekuensi yang tragis. Seperti disebutkan sebelumnya, pod kanon untuk F-35B Korps Marinir dan F-35C Angkatan Laut kemungkinan akan menambah sumber lain ketidak-akuratan dan tetap belum teruji untuk melaksanakan misi CAS. Kesesuaian tempur kanon F-35 untuk CAS tidak akan diketahui sampai software Blok 3F yang tidak mungkin selesai sebelum tahun 2021. Kegagalan untuk menyelesaikan ujicoba CAS ini sangatlah realistis dan pasti membahayakan nyawa pasukan Amerika.
Selain masalah kritikal ketidak-tepatan meriam, kekacauan seperti munculnya simbol aneh di layar helm pilot F-35 sangat berbahaya dalam peran CAS. DOT & E mengatakan bahwa sistem saat ini secara operasional tidak dapat digunakan dan berpotensi tidak aman untuk menyelesaikan pengujian seperti direncanakan karena kombinasi dari simbol kacau yang menutupi target, kesulitan membaca informasi kunci, dan stalilitas pada pipper [aimpoint]. Bahkan ketika simbol-simbol yang ditampilkan oleh helm tidak mengaburkan kemampuan pilot untuk melihat target, kanopi F-35 bisa saja mengganggu para pilot. Kanopi jet adalah bahan akrilik tebal dengan lapisan “low observable” untuk kemampuan siluman. Lapisan ini membuat kanopi kurang transparan dan sesuai dengan kesimpulan DOT & E tampaknya lapisan itu mendistorsi pandangan pilot.
Pembatasan lebh lanjut dari efektivitas meriam di setiap versi F-35 adalah jumlah peluru kaliber 25 mm yang dibawa, untuk F-35A membawa 182 butir sedangkan F-35B dan F-35C membawa 220 butir. Ini bahkan sangat tidak cukup untuk melakukan misi CAS, terutama bila dibandingkan dengan pesawat tempur A-10 “Warthog” yang membawa amunisi 30 mm sebanyak 1.100 butir.
"Karena ukuran yang kecil, sayapnya kelebihan beban, F-35 tidak bisa bermanuver pada kecepatan lambat untuk mencari target tersembunyi dan disamarkan."
Secara kontras, A-10 secara khusus dirancang untuk bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan rendah dan lambat, dirancang memiliki kemampuan bertahan hidup yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pejabat Angkatan Udara telah sering berpendapat bahwa kurangnya efektif kanon atau ketidakmampuan untuk melakukan manuver rendah dan lambat, bahkan dalam peperangan masa depan karena Angkatan Udara bermaksud untuk melakukan misi CAS yang berbeda yaitu pada ketinggian tinggi menggunakan amunisi presisi yang lebih kecil. Namun F-35 tidak akan mampu untuk mengusung senjata tersebut, setidaknya lima tahun kedepan.
Sementara itu, F-35 sekarang dapat membawa dua bom berpemandu, dan mereka adalah bom seberat 500 pon atau lebih besar. Tak satu pun dari model-model bom yang dimiliki Angkatan Bersenjata AS dapat digunakan di dekat pasukan teman. Berdasarkan tabel estimasi risiko militer, pada ketinggian 250 meter, bom seberat 500 pon memiliki peluang 10 persen melumpuhkan pasukan teman. Ini berarti bahwa dalam gelembung itu, musuh bisa bermanuver dengan bebas dari tembakan CAS. Sebuah bom diameter kecil (SDB-II) seberat 250 pon, sekarang dalam produksi tingkat rendah dan diijinkan untuk digunakan pada jet tempur F-15E, meski begitu bom tersebut masih terlalu besar untuk digunakan dalam misi CAS sementara perangkat lunak dan rak bom yang diperlukan untuk dipakai pada F-35 tidak akan tersedia dan diijinkan untuk pertempuran sampai awal 2021.
Agar benar-benar efektif, misi CAS memerlukan koordinasi taktis yang rinci antara pilot dan pasukan darat. Selama beberapa dekade, ini telah dilakukan secara efektif dilakukan melalui komunikasi radio, dan dalam beberapa tahun terakhir, pesawat operasional telah ditingkatkan dengan link komunikasi digital untuk suara dan data melalui sistem jaringan disebut “Variable Message Format” dan “Link-16”.
Dalam tes penerbangan, link data digital F-35 ini telah mengalami kesulitan yang signifikan, termasuk mengirim pesan atau informasi yang ditransmisikan dalam format yang salah. Ini telah memaksa pilot dan pusat kendali darat untuk mengulangi informasi dengan suara melalui radio. Dalam baku tembak jarak dekat, ketika hitungan hanya dalam hitungan detik, ini adalah penundaan yang berbahaya bagi pasukan bisa terluka.
Para pendukung F-35 selalu gesit menunjuk kepada kemampuan untuk mematikan sistem pertahanan udara musuh sebagai pembenaran untuk menggunakan F-35 dalam misi CAS serta dalam misi pemboman interdiksi. Memperkenalkan perspektif taktis, Kolonel Mike Pietrucha menunjukkan bahwa skenario misi CAS diwilayah dengan ancaman pertahanan udara berat bukanlah cara yang terbaik.
Pilot CAS kami jauh lebih mungkin untuk menghadapi pertahanan udara mobile dan ringan seperti senapan mesin, senjata ringan anti pesawat dan rudal pencari panas seperti yang mereka hadapi selama Perang Dunia II, perang Korea, perang Vietnam, perang Desert Storm, dan perang dari 15 tahun terakhir.
Untuk memberikan CAS yang memadai, para pembayar pajak akan jauh lebih baik dalam menghabiskan biaya untuk mempertahankan pesawat A-10 yang telah terbukti dalam pertempuran, lebih efektif dan lebih terjangkau.