Pesawat Tempur Generasi Ke Enam Marinir AS Hanyalah Super “Super” Hornet?

Pesawat Tempur Generasi Ke Enam Marinir AS Hanyalah Super “Super” Hornet?
Lockheed Martin melakukan uji terbang F-35C
Angkatan Laut Amerika Serikat tampaknya tidak memiliki rencana yang koheren tentang bagaimana pesawat taktis berbasis kapal induknya akan beroperasi dalam lingkungan ancaman pasca-2030. Sumber mengatakan pada National Interest bahwa rencana Angkatan Laut terhadap F/A-XX tidak akan menyelesaikan tantangan layanan untuk beroperasi dilingkungan yang dilengkapi pertahanan udara terpadu dan pesawat tempur generasi terbaru milik musuh. Sementara itu, Angkatan Laut tetap skeptis terhadap F-35C yang merupakan satu-satunya pesawat yang mungkin memenuhi sebagian besar kebutuhan selama masa itu.

“Penerbang Angkatan Laut telah mendapatkan ancaman diluar harapan bahwa desain yang lebih tua tidak akan mampu menjaga kapal induk dalam lingkungan keamanan masa depan yang akan didominasi oleh sistem rudal pertahanan permukaan-ke-udara yang canggih seperti S-300 dan S-400”, tutur Jerry Hendrix , direktur Strategi Pertahanan dan Program Penilaian di Pusat Keamanan Amerika, kepada The National Interest.

Melihat ancaman itu, Angkatan Laut AS hanya akan menggunakan pesawat tempur siluman Lockheed Martin F-35C JSF pada tahun 2030-an. Menurut sumber yang dekat dengan Angkatan Laut, sementara ini tidak perlu khawatir tentang kemampuan pesawat tempur siluman bermesin tunggal, baik Direktorat Tempur Udara N98 di Pentagon dan Naval Air Systems Command (NAVAIR) tetap mengkhawatirkan biaya F-35C. “Mereka melihat itu dengan cara yang sangat jelas. Mereka masih skeptis karena biaya belum turun ke tingkat yang mereka inginkan”, jelas sumber tersebut. “Skuadron pesawat yang baru telah dibeli namun jumlahnya lebih sedikit dari skuadron Hornet yang seharusnya digantikan – 10 berbanding 12 pesawat – hanya karena mereka tidak bisa membelinya”.
Hendrix mengatakan bahwa masalah sebenarnya sederhana. Yaitu Angkatan Laut memiliki anggaran yang terbatas dan pesawat baru jauh lebih mahal, sehingga Angkatan laut tidak bisa menyediakan lebih banyak pesawat”. Jika Anda tidak memiliki anggaran tambahan, maka Anda hanya mampu membeli sedikit pesawat”, kata Hendrix. “Dengan sedikitnya anggaran, maka tidak ada uang tambahan sehingga Anda harus memotong jumlah keseluruhan aset”.

“Karena biaya F-35C yang menyimpang, seandainya Angkatan Laut bisa menemukan cara untuk meninggalkan program Joint Strike Fighter, pasti itu akan dilakukan”, kata sumber itu. Idealnya, Angkatan Laut ingin melewati F-35C dan bergerak langsung ke F/A-XX yang baru lahir dimana secara teknis masih dalam analisis fase alternatif.

“Mereka benar-benar ingin menunda itu (F-35C) sampai mereka dapat beralih ke F/A-XX karena mereka pikir pesawat itu akan dirancang lebih sesuai dengan keinginan mereka,” kata sumber itu. “Tetapi kenyataannya adalah bahwa F/A-XX hanya mimpi di selembar kertas saat ini dan berharap bahwa mimpi mereka mendapatkan dorongan dari pimpinan DOD (Departemen Pertahanan)”.

Sementara banyak pengamat luar berasumsi bahwa masa depan F/A-XX akan menjadi semacam pesawat jelajah supersonik, dilengkapi semua-aspek pesawat tempur siluman generasi keenam atau bahkan bomber siluman jarak jauh tanpa awak yang baru, visi Angkatan Laut untuk pesawat tempur F/A-XX jauh lebih biasa. Angkatan Laut memiliki visi  F/A-XX tidak hanya sebagai pesawat berawak, Angkatan Laut tidak bertujuan untuk membangun sebuah jet yang secara signifikan memiliki kemampuan melebihi Super Hornet yang ada. Memang, F/A-XX akan menawarkan kemampuan tempur yang sedikit lebih baik dari F/A-18E/F dengan beberapa pengurangan RCS dan meningkatkan jangkauan. “Apa yang benar-benar mereka inginkan – sayangnya – hanya merupakan sesuatu yang sangat tampak seperti F/A-18 Super Hornet – hanya saja lebih super dan modern. Pesawat tersebut pada dasarnya hanya sebuah Super “Super” Hornet, kata sumber itu. “Pesawat itu tidak akan dapat beroperasi dilingkungan anti-pesawat S-300/S-400. Ia tidak memiliki RCS yang memungkinkan untuk melakukan itu. ”

Alasan dibalik konsep F/A-XX yang aneh adalah komplotan internal pilot Angkatan Laut Super Hornet dan petugas sistem persenjataan – yang digambarkan oleh sumber sebagai lobi F/A-18. “Lobi Super Hornet memiliki armada Angkatan Laut tertulis besar,” kata sumber itu. “Mereka sangat dekat dengan Boeing dan mereka sepertinya cenderung kembali ke desain Boeing”.

Memang, salah satu alasan komunitas penerbang Angkatan Laut semakin mundur kebelakang di era kepemimpinan Departemen Pertahanan senior dan Sekretaris Angkatan Laut Ray Mabus karena F/A-XX sedang dibayangkan sebagai desain yang sangat konservatif yang kurang canggih bila dibandingkan dengan beberapa batasan dari F-35C, kata sumber itu. Wakil Sekretaris Departemen Pertahanan – khususnya Deputi Pertahanan Robert Work – dan Mabus keduanya menginginkan bomber siluman tanpa awak jarak jauh, dimana komunitas Super Hornet tidak sesuai untuk itu.

Sumber: National Interest

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait