![]() |
DCNS Perancis Gagal Tawarkan Teknologi AIPS Ke India |
Sumber dari Departemen Pertahanan India mengatakan bahwa teknologi AIPS yang diusulkan oleh DCNS Perancis mirip dengan apa yang sedang digunakan dalam kapal selam kelas Scorpene.
Apa yang menjadi kemunduran besar bagi perusahaan kapal perang Perancis, DCNS, adalah bahwa proposal untuk mendirikan anak perusahaan untuk pembuatan sistem propulsi udara-independen (AIPS) 100% India untuk kapal selam kemungkinan akan ditolak oleh pemerintah India.
Amit Cowshish, mantan penasihat keuangan Kementerian Pertahanan mengatakan, “Mereka (DCNS) menawarkan sesuatu yang sudah tersedia di India”. Organisasi Pengembangan Riset Pertahanan (DRDO) sudah mengembangkan AIPS bekerjasama dengan DCNS untuk kapal selam kelas Scorpene.
Dewan Promosi Investasi Asing (FIPB) telah meminta pandangan Kementerian Pertahanan mengenai teknologi yang diusulkan untuk pembuatan AIPS kapal selam. FIPB adalah sebuah badan antar-kementerian yang bertanggung jawab untuk memproses proposal FDI dan membuat rekomendasi untuk persetujuan pemerintah.
FIPB telah menangguhkan keputusan perihal dua usulan sebelumnya. “Keputusan telah ditangguhkan pada persetujuan untuk mendirikan sebuah anak perusahaan DCNS di India (IndiaCo) untuk tujuan melakukan bisnis melakukan studi desain dan industrialisasi, kegiatan penelitian dan pengembangan serta manufaktur dan pemeliharaan dalam kaitannya dengan sistem propulsi udara independen (AIPS) untuk kapal selam”, kata FIPB setelah pertemuan ke 236 yang diselenggarakan pada 10 Juni 2016, pertemuan berikutnya pada tanggal 12 Juli dan 3 Agustus tidak lagi menyebutkan usulan DCNS dalam agendanya.
Cowshish mengatakan, “Kementerian Pertahanan tidak mendukung ini (proposal DCNS) karena ini adalah sesuatu yang sudah dikembangkan oleh DRDO. Oleh karena itu, investor asing juga harus ingat. Sesuatu yang sudah tersedia atau sedang dikembangkan di India, bahkan di daerah dimana ada 100% investasi asing langsung (FDI), tidak akan berarti apa-apa. Jadi, (proposal) itu haruslah sesuatu yang dibutuhkan India”.
Sistem propulsi udara independen sangat mahal dan bisa untuk retrofit kapal tua guna meningkatkan kemampuan bertahan dari kapal selam. Menggunakan sejumlah terbatas gas cair yang tersimpan untuk digunakan mengisi baterai kapal selam. Karena ini, kapal selam dapat tetap berada di dalam air dalam waktu yang lebih lama. Jika tidak, kapal selam harus kembali ke permukaan untuk mengisi baterai mereka.
Pada bulan Juni tahun ini, India telah merevisi aturan FDI untuk sektor pertahanan. Menurut aturan baru, “investasi asing diatas 49% kini telah diizinkan melalui rute persetujuan pemerintah, dalam kasus-kasus yang mengakibatkan akses ke teknologi modern di negara ini atau karena alasan lainnya akan dicatat. Kondisi akses ke teknologi utama di negara ini telah disiapkan jauh sebelumnya”.
Cowshish mengatakan, “proposal FDI untuk 100% harus di daerah di mana India kurang memiliki kemampuan untuk itu atau bahkan sedang tidak mengembangkannya”.
Sumber: Sputniknews
Apa yang menjadi kemunduran besar bagi perusahaan kapal perang Perancis, DCNS, adalah bahwa proposal untuk mendirikan anak perusahaan untuk pembuatan sistem propulsi udara-independen (AIPS) 100% India untuk kapal selam kemungkinan akan ditolak oleh pemerintah India.
Amit Cowshish, mantan penasihat keuangan Kementerian Pertahanan mengatakan, “Mereka (DCNS) menawarkan sesuatu yang sudah tersedia di India”. Organisasi Pengembangan Riset Pertahanan (DRDO) sudah mengembangkan AIPS bekerjasama dengan DCNS untuk kapal selam kelas Scorpene.
Dewan Promosi Investasi Asing (FIPB) telah meminta pandangan Kementerian Pertahanan mengenai teknologi yang diusulkan untuk pembuatan AIPS kapal selam. FIPB adalah sebuah badan antar-kementerian yang bertanggung jawab untuk memproses proposal FDI dan membuat rekomendasi untuk persetujuan pemerintah.
FIPB telah menangguhkan keputusan perihal dua usulan sebelumnya. “Keputusan telah ditangguhkan pada persetujuan untuk mendirikan sebuah anak perusahaan DCNS di India (IndiaCo) untuk tujuan melakukan bisnis melakukan studi desain dan industrialisasi, kegiatan penelitian dan pengembangan serta manufaktur dan pemeliharaan dalam kaitannya dengan sistem propulsi udara independen (AIPS) untuk kapal selam”, kata FIPB setelah pertemuan ke 236 yang diselenggarakan pada 10 Juni 2016, pertemuan berikutnya pada tanggal 12 Juli dan 3 Agustus tidak lagi menyebutkan usulan DCNS dalam agendanya.
Cowshish mengatakan, “Kementerian Pertahanan tidak mendukung ini (proposal DCNS) karena ini adalah sesuatu yang sudah dikembangkan oleh DRDO. Oleh karena itu, investor asing juga harus ingat. Sesuatu yang sudah tersedia atau sedang dikembangkan di India, bahkan di daerah dimana ada 100% investasi asing langsung (FDI), tidak akan berarti apa-apa. Jadi, (proposal) itu haruslah sesuatu yang dibutuhkan India”.
Sistem propulsi udara independen sangat mahal dan bisa untuk retrofit kapal tua guna meningkatkan kemampuan bertahan dari kapal selam. Menggunakan sejumlah terbatas gas cair yang tersimpan untuk digunakan mengisi baterai kapal selam. Karena ini, kapal selam dapat tetap berada di dalam air dalam waktu yang lebih lama. Jika tidak, kapal selam harus kembali ke permukaan untuk mengisi baterai mereka.
Pada bulan Juni tahun ini, India telah merevisi aturan FDI untuk sektor pertahanan. Menurut aturan baru, “investasi asing diatas 49% kini telah diizinkan melalui rute persetujuan pemerintah, dalam kasus-kasus yang mengakibatkan akses ke teknologi modern di negara ini atau karena alasan lainnya akan dicatat. Kondisi akses ke teknologi utama di negara ini telah disiapkan jauh sebelumnya”.
Cowshish mengatakan, “proposal FDI untuk 100% harus di daerah di mana India kurang memiliki kemampuan untuk itu atau bahkan sedang tidak mengembangkannya”.
Sumber: Sputniknews