Kritik Terhadap T-50 Golden Eagle

Kritik Terhadap T-50 Golden Eagle
T-50 Golden Eagle
Dalam buku otobiografinya yang berjudul ‘Dingo: Menembus Limit Angkasa’, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), Marsekal Agus Supriatna, menyampaikan rasa tidak puasnya terhadap pesawat T-50 Golden Eagle. Jet yang dibeli dengan nilai kontrak sebesar 400 juta dolar AS atau sekitar Rp 5,27 triliun itu dianggap memiliki banyak kekurangan.
“T-50 dari Korea Selatan misalnya, bukan pesawat tempur. Kalau pesawat tempur itu radarnya harus lengkap, juga ada rudalnya. Radarnya aja enggak ada. Mana ada pesawat tempur enggak ada radarnya? Bagaimana dia nanti melakukan perang di udara menangkap musuh? Ia hanya punya rato, radar moto. Bayangkan, beli pesawat tempur tapi enggak ada radarnya,” kata Marsekal Agus.

Marsekal Agus menjelaskan bahwa salah satu alasan minimnya kemampuan tempur TNI AU adalah kurangnya anggaran. Kondisi itulah yang membuat T-50i yang dibeli Indonesia memiliki kemampuan tempur yang minim. Ia menyebut T-50 Golden Eagle lebih pantas digunakan untuk flypass karena minimnya kemampuan pertahanan.

“Kasihan adik-adik (penerbang) masih memakai radar moto. Kalau hujan, peyang dia,” ungkap Marsekal Agus.

T-50 Golden Eagle menjadi salah satu pesawat jet yang memperkuat TNI AU. Sejak tiba di tanah air pada bulan September 2013, sudah terdapat 16 unit pesawat jenis itu. Pembelian T-50 Golden Eagle dilakukan untuk menggantikan BAE Hawk Mk 53 dan OV-10 Bronco.

Sumber : Merdeka.com

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait