Rudal balistik dipamerkan selama parade militer Hari Jadi Pakistan di Islamabad. |
Kekhawatiran yang semakin memuncak akan kehadiran kelompok ISIS di Pakistan telah menyoroti keamanan senjata nuklir di negara itu.
Pada Februari, Direktur Jenderal Biro Intelijen Pakistan Aftab Sultan mengatakan ratusan orang dari negaranya bergabung dengan kelompok ISIS di Suriah, menimbulkan kekhawatiran tentang keterkaitan dan kegiatan mereka ketika kembali ke negara asal.
Ia juga mengatakan jaringan yang dirahasiakan di Pakistan telah porak-poranda. Baru-baru ini, pada pertemuan puncak nuklir di Washington DC, Presiden AS Barack Obama menyatakan "Ancaman dari teroris yang mencoba meluncurkan serangan nuklir begitu nyata. Ini akan mengubah dunia."
Peringatan itu telah memicu perdebatan di Pakistan tentang kemungkinan adanya bom nuklir 'gelap'. "Ada kemungkinan tentang pembuatan bom gelap jika militan menculik beberapa ilmuwan nuklir, metalurgis dengan beberapa material fisil dan uranium dari Irak dan Suriah," kata pensiunan Brigadir Said Nazir.
Brigadir, yang kini seorang analis pertahanan, ini menghabiskan sebagian besar karirnya di Wilayah Kesukuan Federal Pakistan (FATA), yang berbatasan dengan Afghanistan. Menurut Aftab, FATA adalah rumah bagi 60 organisasi militan, beberapa di antaranya bersimpati kepada kelompok ISIS.
Zia Ur Rahman Zia, seorang profesor politik internasional di Universitas Qurtuba Peshawar, mengatakan ia yakin ISIS bisa membuat bom gelap.
"Mereka memiliki tempat berlindung yang aman di Irak dan Suriah di mana mereka bisa menciptakan laboratorium untuk menjalankan rencana jahat mereka," sebutnya.
Ia menguraikan, "Senjata nuklir Pakistan mungkin aman tapi tak terjamin. Bahaya yang berkembang seputar kelompok militan itu bermain-main dengan persenjataan nuklir Pakistan terus mengancam."
Profesor Zia merujuk hak tersebut ke sejumlah serangan dalam beberapa tahun terakhir di markas besar Angkatan Darat Pakistan di Rawalpindi dan pangkalan udara di Mehran, Karachi, Kamra dan Peshawar.
"Ini bukan sasaran empuk, dengan tetap melihat rekam jejak dari serangan militan pada instalasi yang sangat aman di Pakistan, seseorang bisa mengukur ancaman itu," ujarnya.
Serangan Nuklir tak Memungkinkan
Namun demikian, menurut pensiunan Letnan Jenderal Talat Masood, analis pertahanan di Islamabad, serangan nuklir yang dipicu teroris secara"teknis tak mungkin terjadi.
"Hulu ledak nuklir, mekanisme keamanan dan kode elektronik semua ada di tangan yang berbeda. Bagaimana bisa para militan tahu bagaimana mengaktifkannya?" tanyanya.
Sebagai bukti lebih lanjut dari keamanan gudang senjata saat ini, pensiunan tentara yang kini menjadi dekan ilmu sosial di Universitas Sains dan Teknologi Nasional, Tughral Yamin menunjuk pada rekam jejak Pakistan.
"Dibandingkan dengan insiden kebocoran tahun 2000 di seluruh dunia, Pakistan tak pernah mengalami insiden senjata nuklir atau bahan fisil dicuri satu pun. Teknik peluncurannya sangat rumit dan sulit untuk dipicu, setidaknya oleh mereka yang tak memiliki pengetahuan," sebutnya.
Militer Pakistan telah lama dituduh memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok teroris dan memicu kebangkitan Taliban di Afghanistan, yang bertetangga dengan wilayah FATA mereka yang tanpa hukum dan memiliki celah.
Tetapi beberapa ahli mengabaikan kemungkinan ISIS memiliki kontrol perintah dan struktur pengendalian di Pakistan, atau Afghanistan.
"Berapa banyak militan yang kita bicarakan di lapangan. Di sisi lain kita berbicara lebih dari 700.000 profesional di Angkatan Darat, terlatih dan dipersenjatai dengan baik," kata Brigadir Mehmood Shah, mantan Sekretaris Keamanan untuk FATA.