Terungkap, Inilah Pengakuan Anak Anggota Gafatar

Rumah yang diduga digunakan organisasi Gafatar, di Dusun Kadisoka RT2 RW1 Purwomartani, Kalasan, Sleman nampak kosong dan kotor
YOGYA - Kabar beredar pada akhir-akhir ini yang menyebut beberapa orang hilang di sejumlah daerah karena mengikuti Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), diamini oleh salah seorang anggota keluarga yang ibu dan adiknya juga menjadi anggota gerakan itu. Bahkan saat ini, anggota dari organisasi tersebut kini diminta hijrah ke Indonesia bagian timur.

Anggota keluarga yang kakak dan ibunya menjadi anggota Gafatar, R mengaku sudah tidak bisa lagi menasehati adiknya untuk keluar dari organisasi yang dilarang pemerintah tersebut. Terlebih adiknya, Lt mengajak ibunya untuk masuk ke Gafatar.

“Saya kewalahan ngasih tahunya. Kalau dikasih tahu, pasti pinter ngelesnya. Semisal memang nggak mau dikasih tahu, jangan ajak-ajak orang,” ucap R saat ditemui di kantor Tribun Jogja, Minggu (10/1).

Dia menceritakan, adik kandungnya itu berangkat ke Pontianak pada 17 Desember 2015 lalu. Menurut info yang diketahuinya dari percakapan Lt dengan temannya di sambungan telepon, keberangkatannya ke Pontianak dalam rangka melakukan hijrah atau menurut bahasa Gafatar yakni eksodus.

Pun pada 27 Januari 2016 mendatang, isteri dari adiknya dan ibunya akan menyusul ke Pontianak. Sebab isteri dari adiknya tersebut tengah hamil. Namun saat ditanya terkait kepulangan, mereka mengaku akan kembali ke Yogyakarta seusai adik iparnya melahirnya.

“Ibu belum kasih tau jawaban, lama apa engga. Kalau adik ipar bilang nunggu sampai melahirkan,” sambung dia.
R menambahkan, ketidaksetujuannya dengan keputusan adik dan ibunya mengikuti Gafatar bukanlah tanpa sebab. Dia menemui keganjilan setelah adiknya masuk dalam Gafatar, semula yang rajin beribadah menjadi jauh dari agama. Hal itu juga ditemuinya saat berjumpa dengan teman dari adiknya.

“Anggota Gafatar nggak beribadah. Adik saya yang awalnya salat rajin, setelah itu nggak ada. Temennya orang batak, bapaknya baru pulang haji dikomentarin. Ngapain Pak naik haji, buang-buang uang,” lanjut R.
Selain itu yang membuatnya menaruh curiga, seluruh rapat maupun kegiatan internal dari organisasi tersebut selalu bersifat tertutup. Apalagi ketika rapat berlangsung, tiap pintu selalu dijaga sejumlah orang. Pun kantor dari Gafatar selalu berpindah tempat tiap tahunnya.

Dia menambahkan, Gafatar setiap bulannya juga mengeluarkan buletin dan tabloid. Saat R baca, gerakan ini seperti menjadikan Abraham atau Ibrahim sebagai panutan. Pun Gafatar saat ini memiliki sekolah yang bernama Sekolah Berbasis Rumah (SBR) di Yogyakarta yang disinyalirnya sebagai tempat untuk menyebarkan paham ini.

“Yang saya paham dari kelompok ini, mereka harus menikah dengan sesama. Pemakaman anggotanya bahkan sudah disiapkan sendiri dilakukan di Pontianak. Sepengetahuan saya selain hijrah ke Pontianak, mereka juga meminta anggotanya ke Sulawesi, Papua sama Kalimantan bagian lain,” jelasnya.

Menurut sepengetahuannya, anggota Gafatar berasal dari berbagai kalangan. Termasuk mahasiswa. Meski tidak mengetahui mengenai tujuan pasti dari organisasi ini, namun dirinya khawatir bahwa Gafatar merupakan organisasi radikal. Sebab menurut penuturan ibunya, Gafatar pernah melakukan pelatihan fisik di Kaliurang.
“Anggotanya juga tertutup. Ibu saya dilarang ikut arisan juga. Intinya seperti tidak diperbolehkan bermasyarakat,” tukas R. 

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait