| Pengeras suara di 11 lokasi di sepanjang perbatasan memasang pop Korea, berita, laporan cuaca, serta kritik atas Korea Utara. |
Korea Selatan melancarkan siaran propaganda ke Korea Utara sebagai balasan atas klaim Pyongyang yang sedang menguji bom hidrogen.
Korea Selatan menyalakan pengeras suara pada pukul 12 siang waktu setempat (10.00 WIB) pada Jumat (08/01).
Pengeras suara, yang ditempatkan di 11 lokasi di sepanjang perbatasan, memasang musik pop Korea, berita dan laporan cuaca serta kritik atas Korea Utara ke arah perbatasan.
Siaran tersebut mengganggu pemerintah Korut di Pyongyang. Bahkan, Korut sudah mengancam untuk menggunakan kekuatan untuk menghentikannya.
Namun pejabat keamanan presiden Cho Tae-yong pada Kamis (07/01) mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan siaran, dan mengatakan bahwa uji bom tersebut adalah "pelanggaran serius" dari kesepakatan.
Siaran propaganda serupa pernah dilakukan Korsel tahun lalu. Namun, Seoul sepakat untuk menghentikan siaran tersebut tahun lalu untuk menyelesaikan ketegangan antara kedua negara.
Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, dalam kunjungan ke Jepang, meminta Korea Selatan menahan diri, dan mengatakan bahwa melanjutkan siaran "hanya termakan umpan".
Langkah ini diprediksi akan memicu kemarahan Korea Utara, yang dilaporkan tengah memindahkan lebih banyak tentara ke perbatasan.
PBB sudah sepakat untuk menyusun rencana baru melawan Korea Utara.
Meski ada keraguan bahwa benar Korea Utara melakukan uji coba bom tersebut, namun aksi mereka mendapat kecaman internasional.
Jika tes bawah tanah membenarkannya, maka ini akan menjadi uji nuklir keempat dari Korea Utara dan pertama kali melakukan pengujian bom hidrogen, yang lebih kuat dari bom atom.
Pemasangan pengeras suara di sepanjang perbatasan dengan Korea Utara pernah dilakukan Korea Selatan pada Agustus 2015 lalu.
Pada Kamis (07/01), Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan pemimpin Korea Selatan serta Jepang "sepakat untuk bekerja bersama membangun respons internasional yang menyatu dan kuat terhadap perilaku berbahaya Korea Utara."
Kantor kepresidenan Korea Selatan juga mengatakan bahwa komunitas internasional "harus memastikan bahwa Korea Utara membayar harga setimpal" untuk uji nuklir tersebut, menurut kantor berita Yonhap.
Korea Selatan pun mulai membatasi izin masuk ke kawasan industri Kaesong di Korea Utara, yang dikelola bersama oleh dua negara. Hanya mereka yang langsung terlibat dalam operasi boleh masuk dari Selatan, kata Kementerian Penyatuan Seoul.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan bahwa tes tersebut adalah "ancaman serius terhadap keamanan bangsa dan sama sekali tak bisa ditoleransi".
Bom hidrogen lebih kuat dan lebih canggih daripada bom atom, menggunakan fusi atau penyatuan atom untuk melepaskan energi dalam jumlah besar.
Bom atom, seperti yang menghancurkan dua kota di Jepang dalam Perang Dunia Dua, menggunakan fisi atau pemisahan atom.
Banyak pakar, termasuk dari Korea Selatan dan AS, mengatakan bahwa kekuatan ledakan pada Rabu jauh dari apa yang diharapkan dari bom hidrogen.
Amerika Serikat dan negara-negara di sekitar Korea Utara, termasuk Jepang, melakukan sampel atmosfer, berusaha untuk menemukan bocoran materi radioaktif yang dapat memberi petunjuk jenis alat apa yang diuji.
BB
C
C