![]() |
Din Minimi (tengah, memegang senjata) beserta anak buahnya. |
Kelompok eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka, GAM, yang dianggap melakukan sejumlah tindak kekerasan di wilayah Aceh belakangan ini, telah menyerahkan diri kepada otoritas keamanan Indonesia.
Kepala Badan Intelijen Negara, BIN, Sutiyoso, mengatakan, kelompok eks kombatan GAM yang dipimpin Din Minimi telah menyerahkan diri secara resmi pada Selasa (29/12) pagi setelah melalui proses negosiasi.
"Saya datang ke markas mereka, saya memerlukan tiga sampai empat jam untuk sampai ke kamp mereka, dan kita negosiasi tadi malam (Senin, 28/12)," kata Sutiyoso kepada wartawan BBC Indonesia, Rizki Washarti, melalui sambungan telepon, Selasa (29/12) siang.
Sutiyoso berada di kota Lhokseumawe, Aceh, setelah menggelar negosiasi dengan Din Minimi di sebuah tempat di Aceh.
Rentetan aksi kekerasan bersenjata di Aceh, yang terjadi sejak awal 2014 lalu, sebagian diarahkan kepada kelompok Din Minimi sebagai pelaku utamanya.
Kepala Badan Intelijen Negara, BIN, Sutiyoso, mengatakan, kelompok eks kombatan GAM yang dipimpin Din Minimi telah menyerahkan diri secara resmi pada Selasa (29/12) pagi setelah melalui proses negosiasi.
"Saya datang ke markas mereka, saya memerlukan tiga sampai empat jam untuk sampai ke kamp mereka, dan kita negosiasi tadi malam (Senin, 28/12)," kata Sutiyoso kepada wartawan BBC Indonesia, Rizki Washarti, melalui sambungan telepon, Selasa (29/12) siang.
Sutiyoso berada di kota Lhokseumawe, Aceh, setelah menggelar negosiasi dengan Din Minimi di sebuah tempat di Aceh.
Rentetan aksi kekerasan bersenjata di Aceh, yang terjadi sejak awal 2014 lalu, sebagian diarahkan kepada kelompok Din Minimi sebagai pelaku utamanya.
![]() |
Kelompok eks kombatan GAM yang dipimpin Din Minimi melakukan aksi kekerasan di Aceh sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah Aceh yang dianggap tidak memperhatikan nasib eks tentara GAM. |
Walaupun membantah tuduhan yang diarahkan kepadanya, aparat kepolisian di Aceh menyebut berbagai tindak kekerasan, seperti merampok, membunuh dan meneror, dilakukan oleh kelompok eks kombatan GAM tersebut.
Salah satunya adalah kasus penculikan dan pembunuhan dua aparat intelijen Kodim 0103 Aceh Utara, Maret 2015 silam, yang dikaitkan dengan kelompok ini, walaupun dibantah oleh Din dan kawan-kawan.
Dalam berbagai kesempatan, Din Minimi mengatakan, aksi itu mereka lakukan sebagai protes terhadap kebijakan pemerintah Aceh yang dianggap tidak memperhatikan nasib eks kombatan GAM.
Pendekatan halus
Salah satunya adalah kasus penculikan dan pembunuhan dua aparat intelijen Kodim 0103 Aceh Utara, Maret 2015 silam, yang dikaitkan dengan kelompok ini, walaupun dibantah oleh Din dan kawan-kawan.
Dalam berbagai kesempatan, Din Minimi mengatakan, aksi itu mereka lakukan sebagai protes terhadap kebijakan pemerintah Aceh yang dianggap tidak memperhatikan nasib eks kombatan GAM.
Pendekatan halus
BBC Indonesia sampai pukul 14.00 WIB belum bisa menghubungi kelompok Din Minimi, tetapi Sutiyoso mengatakan, setelah melakukan perundingan, Din Minimi akhirnya bersedia menyerahkan diri secara resmi pada Selasa (28/12) pagi.
"Tadi pagi secara resmi mereka menyerahkan diri ke kita (BIN)," ungkapnya.
Remisi
Ditanya kompensasi seperti apa yang akan diberikan kepada Din Minimi dkk, Sutiyoso mengatakan, "Mereka akan kita berikan amnesti, seperti kelompok lainnya".
Pemberian pengampunan ini, lanjutnya, karena mereka bersedia menyelesaikan masalah ini dengan "baik-baik dan menyerahkan senjatanya".
Walaupun demikian, menurutnya, kasus Din Minimi akan tetap diselesaikan melalui proses hukum, tetapi nanti akan mendapat amnesti.
Ikuti kami di instagram @militerysindonesia
"Tadi pagi secara resmi mereka menyerahkan diri ke kita (BIN)," ungkapnya.
Menurutnya, penyerahan diri Din Minimi itu kemudian diikuti oleh 120 orang anak buahnya. Mereka kemudian menyerahkan 15 pucuk senjata, tambahnya.
Mantan Pangdam Jaya di masa pemerintahan Presiden Suharto ini menjelaskan, langkah negosiasi dengan kelompok Din Minimi ini dilakukan karena sesuai kebijakan pemerintah yang mengedepankan "pendekatan halus" (soft approach) dalam menghadapi kelompok separatis atau kelompok bersenjata.
"Dan ini akan kita jadikan percontohan nanti untuk di Papua dan sebagainya," katanya.
Mantan Pangdam Jaya di masa pemerintahan Presiden Suharto ini menjelaskan, langkah negosiasi dengan kelompok Din Minimi ini dilakukan karena sesuai kebijakan pemerintah yang mengedepankan "pendekatan halus" (soft approach) dalam menghadapi kelompok separatis atau kelompok bersenjata.
"Dan ini akan kita jadikan percontohan nanti untuk di Papua dan sebagainya," katanya.
Remisi
Ditanya kompensasi seperti apa yang akan diberikan kepada Din Minimi dkk, Sutiyoso mengatakan, "Mereka akan kita berikan amnesti, seperti kelompok lainnya".
Pemberian pengampunan ini, lanjutnya, karena mereka bersedia menyelesaikan masalah ini dengan "baik-baik dan menyerahkan senjatanya".
Walaupun demikian, menurutnya, kasus Din Minimi akan tetap diselesaikan melalui proses hukum, tetapi nanti akan mendapat amnesti.
![]() |
Proses perlucutan senjata GAM setelah disepakati kesepatan damai di Helsinki, 2005 lalu. |
"Pasti amnesti akan turun, dia akan bebas," kata Sutiyoso.
"Karena (mereka) bukan mau memisahkan diri, mereka bukan separatis. Tapi kecewa dengan elit GAM yang berkuasa," ungkapnya.
Ditanya apakah dirinya sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah Aceh dalam proses negosiasi dengan Din Minimi, Sutiyoso mengatakan: "Pastilah".
Sutiyoso mengharapkan agar tuntutan Din Minimi dkk -misalnya pemberian rumah kepada anak yatim pimpinan eks GAM- segera ditindaklanjuti oleh pemerintah Aceh.
"Karena (mereka) bukan mau memisahkan diri, mereka bukan separatis. Tapi kecewa dengan elit GAM yang berkuasa," ungkapnya.
Ditanya apakah dirinya sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah Aceh dalam proses negosiasi dengan Din Minimi, Sutiyoso mengatakan: "Pastilah".
Sutiyoso mengharapkan agar tuntutan Din Minimi dkk -misalnya pemberian rumah kepada anak yatim pimpinan eks GAM- segera ditindaklanjuti oleh pemerintah Aceh.