Tiga Bidang yang Memperkuat Kerja Sama Rusia-Indonesia

Pada September lalu, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membeli satu skuadron Su-35 milik Rusia secara bertahap demi menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika. Sementara, tiga bulan sebelumnya, pada Juni 2015 di Moskow, Indonesia dan Rusia menandatangani nota kesepahaman kerja sama di bidang energi nuklir. Kali ini, RBTH mengulas tiga bidang terpenting yang memperkuat hubungan Rusia-Indonesia dalam beberapa waktu terakhir ini.
Pembangkit listrik tenaga nuklir terapung ini dapat menghasilkan tenaga listrik dan panas serta mampu melakukan desalinasi air laut. Sumber: TASS
1. Senjata dan Militer

Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk membeli satu skuadron Su-35 milik Rusia secara bertahap pada September lalu. Pesawat tempur ini nantinya akan menggantikan pesawat tempur F-5 Tiger milik Amerika. Sepertinya, Indonesia pun akan mendapat pinjaman lunak senilai tiga miliar dolar AS atas pembelanjaan ini.

Selain itu, Kementerian Pertahanan Indonesia juga berencana membeli lima kapal selam Rusia. Sebelumnya, pihak Indonesia telah melakukan negosiasi dengan pihak Rusia mengenai pembelian kapal selam bekas proyek 877 Paltus, tetapi kemudian pihak Indonesia mengumumkan pembatalan kesepakatan ini dan memilih untuk membeli kapal selam bertenaga diesel terbaru Amur-1650. Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa kapal selam bertenaga diesel milik Rusia memiliki karakteristik terbaik. (Inilah Alasan Amerika Takut Menyerang Indonesia)

Menurut Perwakilan Pusat Analisis Perdagangan Senjata Dunia (TsAMTO), kemungkinan Indonesia juga tertarik untuk membeli sistem pertahanan udara jarak menengah. Pemberian kredit tersebut kepada pihak Indonesia akan mempermudah senjata Rusia masuk ke pasar Indonesia.

Sukhoi SU-35
Rusia dan Indonesia memiliki pengalaman positif dalam kerja sama di bidang militer. Sejak tahun 2000, TNI menerima beberapa modifikasi jet tempur Su, helikopter Mi-17-IV dan Mi-35M, BTR-80A, BMP-3F, dan senjata AK-101 serta AK-102.

2. Energi Nuklir

Kerja sama yang intens diamati dari industri nuklir. Pada bulan Juni 2015 di Moskow, Indonesia dan Federasi Rusia menandatangani nota kesepahaman kerja sama di bidang energi nuklir damai. Kemudian, pada bulan September 2015 di Jakarta, telah ditandatangani nota kesepahaman terkait pembangunan proyek PLTN berdaya tinggi dan PLTN terapung di Indonesia . (Rusia Demostrasikan Senjata Terbaiknya di Suriah)

Sebelumnya dilaporkan bahwa Indonesia tertarik bekerja sama aktif dengan Rusia pada proyek PLTN. Dalam sebuah wawancara dengan RBTH, Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa permintaan listrik di Indonesia meningkat dan pembangunan PLTN akan membantu memenuhi tingginya permintaan tersebut. “Kualitas layanan perusahaan Rosatom sangat bagus. Karena itu, kami sangat aktif bernegosiasi dalam bidang ini,” ujar sang dubes.

Yaroslav Shtrombakh, anggota Presidium dan sekaligus Ketua Seksi Dewan Ilmiah dan Teknis perusahaan milik negara Rosatom, turut menyampaikan bahwa Rosatom siap untuk membangun PLTN di Indonesia jika permintaan telah diterima. Menurut Shtrombakh, teknologi modern memungkinan pembangunan reaktor yang mampu memperhitungkan konsekuensi lanskap Indonesia dan dapat tetap berfungsi di tengah bencana alam. “Kami siap untuk membangun reaktor dengan mempertimbangkan permintaan khusus dari klien kami,” ujarnya. (Tiga Bidang yang Memperkuat Kerja Sama Rusia-Indonesia)

Selain itu, Indonesia juga berusaha untuk mengembangkan teknologi nuklir damai. Pada tahun 2016, universitas-universitas teknik Rusia berencana menerima 20 siswa dari provinsi Kalimantan Timur yang akan mempelajari energi atom di Rusia.

3. Proyek Infrastruktur

Setelah pertemuan antara Menteri Perekonomian Indonesia Hatta Rajasa dan Duta Besar Rusia Aleksander Ivanov pada 2011 silam, keinginan Rusia untuk berinvestasi dalam pembangunan kereta api di Indonesia menjadi jelas.

Perusahaan kereta api Rusia RZD (Russian Railways) telah resmi mengonfirmasi minat dalam proyek tersebut. Pembiayaan hingga senilai dua miliar dolar AS sebelumnya direncanakan akan dicanangkan dalam bentuk pinjaman dari bank-bank besar internasional. Sementara, investasi tambahan sebesar 500 juta dolar AS diharapkan dapat diperoleh dari para investor swasta. Pada tahun 2014, perwakilan Russian Railways menyampaikan bahwa proyek ini akan dibiayai oleh VEB, Gazprombank, dan beberapa lembaga keuangan lainnya.

Selain rel kereta api dan komponen bergeraknya, ada pula rencana pembangunan terminal laut untuk pengangkutan batubara dengan kapal dan pembangkit listrik tenaga batubara. Foto: Mikhail Tsyganov
Pembangunan jalur kereta api (dengan panjang sekitar 300 km) antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Timur menuju terminal batu bara akan dikerjakan oleh Kalimantan Rail. Dalam proyek ini, Russian Railways memiliki 50 persen + 1 saham perusahaan.

Pada kuartal IV 2018, Kalimantan Rail berencana membangun jalur kereta api (dengan panjang 190 km) dan terminal laut untuk ekspor batubara termal dari endapannya di Kalimantan Timur.

Pada bulan September 2015, Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak tiba di Moskow untuk membahas prospek kerja sama bilateral lebih lanjut. Ia menyampaikan bahwa selain batubara, direncanakan pula pengangkutan kelapa sawit, kayu, dan sumber daya alam lainnya. Selain itu, ada pula negosiasi terkait pembuatan kereta penumpang. Menurut sang gubernur, Russian Railways akan mempertimbangkan pembangunan beberapa kompleks industri di Kalimantan Timur, termasuk kompleks industri Kariangau di Balikpapan dan Buluminung di Penajam Paser Utara.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait