AS Larang Korea Selatan Ekspor Pesawat T-50 ke Ubzekistan

T-50
Pemerintah AS tidak mengizinkan Korea Selatan mengekspor jet latih supersonik T-50 Golden Eagle ke Uzbekistan. Ekspor tersebut bernilai 400 juta USD, untuk 12 unit pesawat. Penolakan izin ini menjadi pukulan lain bagi Program Korea Selatan dalam mengembangkan pesawat militer sendiri. Penolakan ini, datang di waktu yang sensitif, ketika pemerintah AS juga menolak menyerahkan teknologi kunci pesawat F-35 ke Korea Selatan, dan telah menjadi isu politik yang panas diantara kedua negara.

Korea Aerospace Industries ‘(KAI) mengembangkan pesawat T-50 Golden Eagle bersama Lockheed Martin pada tahun 2006 dengan, menggunakan teknologi inti perusahaan AS, termasuk sistem avionik dan mesin. Karena itu, Korea perlu mendapatkan persetujuan dari pemerintah AS untuk mengekspor pesawat sesuai dengan U.S. Arms Export Control Act.

“KAI telah bernegosiasi dengan pemerintah Uzbekistan untuk mengekspor jet latih supersonik, namun pemerintah AS menentang kesepakatan itu, karena khawatir kebocoran teknologi dan kebijakan diplomatik,” kata seorang sumber.

Penolakan AS ini menyakitkan bagi Korea Selatan, setalah badan pengadaan senjata Korea Selatan, gagal mendapatkan teknologi avionik kunci, sebagai imbalan dari pembelian 40 jet siluman F-35, offset.

Selain itu, AS juga menyatakan kekhawatirannya dengan pengadaan T-50 ke Uzbekistan akan meningkatkan ketegangan dengan negara-negara tetangga.

Militer percaya bahwa penolakan AS adalah karena keanggotaan Uzbekistan pada Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang muncul sebagai benteng anti-AS di Asia Tengah. Anggota lain SCO adalah China, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Rusia dan Tajikistan.

“Karena Uzbekistan memiliki hubungan dekat dengan Rusia, AS khawatir ekspor T-50 ke Uzbekistan dapat menyebabkan teknologi yang ditransfer ke Rusia,” kata seorang pejabat militer.

Hubungan AS-Rusia berada di titik terendah dalam beberapa dekade sejak aneksasi Moskow Semenanjung Krimea dari Ukraina pada Maret 2014.

Penolakan AS adalah pukulan besar bagi Korea, yang telah habis-habisan berupaya mencari kontrak dengan negara Asia Tengah.

Presiden Park Geun-hye dan Presiden Uzbekistan Islam Karimov dilaporkan membahas masalah itu selama pertemuan puncak mereka di Cheong Wa Dae, bulan Mei lalu.

Pada bulan April, Menteri Pertahanan Han Min-koo dan rekannya dari Uzbekistan, Kabul Berdiev menandatangani nota kesepahaman untuk mempromosikan kemitraan bilateral. FA-50 adalah varian serang ringan dari T-50 yang telah diekspor ke Irak, Filipina dan Thailand. KAI juga mengekspor 16 TA-50, varian lain dari T-50, ke Indonesia.

Meski ada penolakan AS, lembaga pengadaan senjata Korea Selatan masih berusaha menjaga pembicaraan dengan Uzbekistan tetap berlangsung.

“DAPA Korsel akan berupaya membujuk Washington untuk menyetujui kesepakatan itu,” kata pejabat militer.

KAI, yang berbasis di Sacheon, Gyeongsang Selatan, juga mempromosikan pesawat latih supersonik untuk program pelatihan Angkatan Udara AS, nama dengan nama kode “TX,” bertujuan menggantikan armada T-38s, pada tahun 2017. AS berencana membeli 350 pesawat, dengan nilai miliaran dolar.

Koreatimes.co.kr

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait