Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, kebijakan Indonesia menjalin kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat dan Rusia didasari sikap menjaga perdamaian di dunia. Kedua negara adidaya di bidang pertahanan itupun menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia.
“Tidak ada itu melakukan perimbangan kekuatan. Kita datang melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, kemudian dengan Rusia. Keduanya menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia,” kata Ryamizard Riyacudu dalam silahturahmi dengan wartawan media massa di Aula Kemenhan, Jakarta, Selasa (26/5).
Menhan menambahkan, dirinya telah membahas soal keamanan dunia dengan Menhan Amerika dan Rusia. Semua gagasan yang disampaikan disambut baik.
“Tinggal dengan RRC kita akan bertemu, nanti setelah bulan puasa,” terangnya.
Menurut Ryamizard ada dua ancaman di bidang pertahanan yang mesti disikapi. Pertama, ancaman perang besar, meski kemungkinan itu kecil terjadi. Apalagi di ASEAN sudah ada kesepakatan jika terjadi masalah diantara bangsa-bangsa di Asia Tenggara, persoalan itu diselesaikan melalui dialog. Demikian pula hubungan yang sudah terjalin baik dengan Australia.
“Tapi, kalau kemerdekaan 17 Agustus 1945 terganggu, kita akan perang mempertahankan negara bukan untuk melakukan agresi,” paparnya.
Kedua, adalah ancaman nyata dalam bentuk gangguan teroris, bencana alam, pencurian sumberdaya alam di laut, separatisme ataupun pemberontakan.
“Karena itu, bangsa ini harus bersatu, karena akan pecah kalau tidak dijaga,” imbuhnya.
Menhan juga mengungkapkan sejumlah ancaman lainnya, meliputi penyakit Ebola yang telah merengut banyak jiwa penduduk, perang cyber dan penyebaran Narkoba. Soal Narkoba, kata Ryamizard, data mengungkapkan 50 orang mati setiap hari atau 18 ribu jiwa mati sia-sia. Makanya para pengedar Narkoba itu pantas dihukum mati.
“Mereka itu penjahat, masa mau dibela. Kalau karena gara-gara menghukum mati pengedar narkoba terus hubungan negara menjadi tegang dan perang, itu menyengsarakan rakyat. Makanya, saya sebagai Menhan hubungi Menhan negara-negara yang warganya di hukum mati di Indonesia, kita biasa-biasa saja dan situasi membaik lagi,” bebernya.
Dia juga menegaskan, kesan dirinya digambarkan tentara garis keras yang hanya berkonotasi menyelesaikan masalah dengan perang tidak benar. “Kalau sebagai tentara bisa perang iyalah. Kalau tentara nggak bisa perang, Hansip namanya. Tapi sekarang, saya tunjukkan untuk menjaga perdamaian dengan sikap-sikap diplomasi,” pungkas bekas Kepala Staf TNI-AD dan Panglima TNI itu.
RMOL.co
“Tidak ada itu melakukan perimbangan kekuatan. Kita datang melakukan kerjasama dengan Amerika Serikat, kemudian dengan Rusia. Keduanya menyambut baik kerjasama pertahanan dengan Indonesia,” kata Ryamizard Riyacudu dalam silahturahmi dengan wartawan media massa di Aula Kemenhan, Jakarta, Selasa (26/5).
Menhan menambahkan, dirinya telah membahas soal keamanan dunia dengan Menhan Amerika dan Rusia. Semua gagasan yang disampaikan disambut baik.
“Tinggal dengan RRC kita akan bertemu, nanti setelah bulan puasa,” terangnya.
Menurut Ryamizard ada dua ancaman di bidang pertahanan yang mesti disikapi. Pertama, ancaman perang besar, meski kemungkinan itu kecil terjadi. Apalagi di ASEAN sudah ada kesepakatan jika terjadi masalah diantara bangsa-bangsa di Asia Tenggara, persoalan itu diselesaikan melalui dialog. Demikian pula hubungan yang sudah terjalin baik dengan Australia.
“Tapi, kalau kemerdekaan 17 Agustus 1945 terganggu, kita akan perang mempertahankan negara bukan untuk melakukan agresi,” paparnya.
Kedua, adalah ancaman nyata dalam bentuk gangguan teroris, bencana alam, pencurian sumberdaya alam di laut, separatisme ataupun pemberontakan.
“Karena itu, bangsa ini harus bersatu, karena akan pecah kalau tidak dijaga,” imbuhnya.
Menhan juga mengungkapkan sejumlah ancaman lainnya, meliputi penyakit Ebola yang telah merengut banyak jiwa penduduk, perang cyber dan penyebaran Narkoba. Soal Narkoba, kata Ryamizard, data mengungkapkan 50 orang mati setiap hari atau 18 ribu jiwa mati sia-sia. Makanya para pengedar Narkoba itu pantas dihukum mati.
“Mereka itu penjahat, masa mau dibela. Kalau karena gara-gara menghukum mati pengedar narkoba terus hubungan negara menjadi tegang dan perang, itu menyengsarakan rakyat. Makanya, saya sebagai Menhan hubungi Menhan negara-negara yang warganya di hukum mati di Indonesia, kita biasa-biasa saja dan situasi membaik lagi,” bebernya.
Dia juga menegaskan, kesan dirinya digambarkan tentara garis keras yang hanya berkonotasi menyelesaikan masalah dengan perang tidak benar. “Kalau sebagai tentara bisa perang iyalah. Kalau tentara nggak bisa perang, Hansip namanya. Tapi sekarang, saya tunjukkan untuk menjaga perdamaian dengan sikap-sikap diplomasi,” pungkas bekas Kepala Staf TNI-AD dan Panglima TNI itu.
RMOL.co