Presiden AS Barack Obama (Foto: AFP) |
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengancam untuk menembak jatuh jet Israel, jika Negara Yahudi itu menyerang fasilitas nuklir Iran tahun lalu.
Laporan ini datang dari suratkabar Kuwait, Al-Jarida. Dalam laporan itu disebutkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berniat untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
Pemerintahan Netanyahu memutuskan untuk menyerang Iran setelah menemukan bahwa AS dan Iran terlibat dalam diskusi rahasia, mengenai program nuklir Negeri Paramullah. AS dan Iran dilaporkan akan menandatangani perjanjian tanpa sepengetahuan Israel.
Berdasarkan Al-Jarida, seorang menteri Israel menyuarakan rencana ini kepada Menteri Luar Negeri AS John Kerry, pada 2014 lalu. Obama pun mendengar rencana itu dan mengancam untuk menembak jatuh jet tempur Israel, sebelum mampu mencapai Iran.
Netanyahu dikabarkan memerintah Kepala Staf Benny Gantz untuk mempersiapkan operasi yang ditujukan kepada program nuklir Iran. Sebagai tambahan, Netanyahu dan menterinya memutusakan untuk melakukan berbagai cara agar Iran dan AS mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran yang dianggap mengancam Israel.
"Gantz dan anak buah mempersiapkan penyerangan dan jet tempur Israel melakukan latihan, guna memastikan rencana itu berhasil. Jet tempur Israel bahkan melakukan penerbangan uji coba di wilayah udara Iran dan berhasil menghindari radar," lapor Al-Jarida, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (3/3/2015).
Presiden Obama yang mendengar kabar ini kemudian bertindak. Dirinya mengancam Netanyahu untuk segera menghentikan rencana serangan tersebut.
Obama pun mengancam akan menjatuhkan seluruh jet tempur Israel, sebelum mereka mencapai Iran. Pada akhirnya serangan itu dihentikan.
Menghentikan Iran dalam membangun program nuklirnya, menjadi tantangan bagi Obama dan Netanyahu. Namun kedua pemimpin ini memiliki cara pikir yang berbeda.
Bagi Obama, mencari bukti terpercaya bahwa Iran tidak membuat senjata nuklir merupakan tujuannya. Ini dilakukan akan dirinya mendapatkan dukungan kuat terkait kebijakan luar negeri yang akan diambil.
Sementara Netanyahu tidak bisa menerima kesepakatan apapun dengan Iran, yang tidak bisa menghentikan program nuklirnya. Netanyahu juga menentang cara diplomatik untuk mengatasi ancaman bagi Israel.
Sumber
Laporan ini datang dari suratkabar Kuwait, Al-Jarida. Dalam laporan itu disebutkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berniat untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.
Pemerintahan Netanyahu memutuskan untuk menyerang Iran setelah menemukan bahwa AS dan Iran terlibat dalam diskusi rahasia, mengenai program nuklir Negeri Paramullah. AS dan Iran dilaporkan akan menandatangani perjanjian tanpa sepengetahuan Israel.
Berdasarkan Al-Jarida, seorang menteri Israel menyuarakan rencana ini kepada Menteri Luar Negeri AS John Kerry, pada 2014 lalu. Obama pun mendengar rencana itu dan mengancam untuk menembak jatuh jet tempur Israel, sebelum mampu mencapai Iran.
Netanyahu dikabarkan memerintah Kepala Staf Benny Gantz untuk mempersiapkan operasi yang ditujukan kepada program nuklir Iran. Sebagai tambahan, Netanyahu dan menterinya memutusakan untuk melakukan berbagai cara agar Iran dan AS mencapai kesepakatan mengenai program nuklir Iran yang dianggap mengancam Israel.
"Gantz dan anak buah mempersiapkan penyerangan dan jet tempur Israel melakukan latihan, guna memastikan rencana itu berhasil. Jet tempur Israel bahkan melakukan penerbangan uji coba di wilayah udara Iran dan berhasil menghindari radar," lapor Al-Jarida, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (3/3/2015).
Presiden Obama yang mendengar kabar ini kemudian bertindak. Dirinya mengancam Netanyahu untuk segera menghentikan rencana serangan tersebut.
Obama pun mengancam akan menjatuhkan seluruh jet tempur Israel, sebelum mereka mencapai Iran. Pada akhirnya serangan itu dihentikan.
Menghentikan Iran dalam membangun program nuklirnya, menjadi tantangan bagi Obama dan Netanyahu. Namun kedua pemimpin ini memiliki cara pikir yang berbeda.
Bagi Obama, mencari bukti terpercaya bahwa Iran tidak membuat senjata nuklir merupakan tujuannya. Ini dilakukan akan dirinya mendapatkan dukungan kuat terkait kebijakan luar negeri yang akan diambil.
Sementara Netanyahu tidak bisa menerima kesepakatan apapun dengan Iran, yang tidak bisa menghentikan program nuklirnya. Netanyahu juga menentang cara diplomatik untuk mengatasi ancaman bagi Israel.
Sumber