Enam Penembak Jitu Paling Berbahaya di Dunia


Indonesia memiliki Tatang Koswara, penembak jitu atau sniper terbaik di dunia seperti dimuat buku karya Peter Brookesmith: Sniper Training, Techniques and Weapon, yang terbit pada 2000. Nama Tatang masuk dalam daftar 14 besar Sniper’s Roll of Honour di dunia.

Dalam buku tersebut, Tatang tercatat telah menembak 41 anggota Fretilin saat pertempuran di Timor Timur selama 1977-1978. Tatang bertugas di Remexio, Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro, di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat. Tatang mengikuti pendidikan sniper dari Kapten Conway anggota Green Barets Amerika Serikat pada 1973. Tatang meninggal pada 3 Maret 2015, malam.

Berikut lima sniper terbaik dunia menurut buku Peter dan yang dikutp dari berbagai pemberitaan media internasional.

1. Simo Hayha

Simo disebut penembak jitu paling berbahaya sejagad. Dijuluki orang putih mematikan. Dia membunuh sekitar 505 tentara dalam 100 hari. Ia lahir di kota Rautajärvi, Filandia tahun sekitar 1905-1906. Kota kelahirannya merupakan kota terdekat ke Rusia. Ia lahir dari orang tua petani pekerja keras.

Pada 1925, Simon ikut wajib militer di Finlandia. Ia meraih peringkat terbaik. Sejak itu karir militernya melesat. Ia mendapat pelatihan menembak saat menjadi pasukan Finnish Civil Guard, semacam pasukan pasukan Garda Nasional di Amerika Serikat.

Simo memang sangat menyukai kemampuan menembak. Senjata pertamanya senapan buatan Rusia, M19 . Dia mampu menembak 16 target per menit dalam jarak 500 kaki. Ia kemudian bertempur untuk negaranya Finlandia melawan Uni Sovyet pada perang dingin 1939-1940.

Dalam menjalankan tugasnya Hayha mengenakan seragam warna putih dan menyamar menjadi salju lantaran suhu saat itu sekitar minus 12 derajat celsius. Hayha tersohor membunuh ratusan tentara merah Sovyet.

Ia membunuh 705 orang pasukan merah atau setara dengan satu batalion infanteri TNI. Sejak Finlandia merdeka, dia pensiun menjadi penembak jitu dan menghabiskan masa tuanya dengan tenang. Ia meninggal di usia 97 tahun.

2. Vasily Gregorievich Zaytsev

Ia lahir pada 1915 di Yeleninskoye, Rusia. Besar di Urals, kakeknya mengajar Vasily berburu dan menembak. Kemudian masuk tentara ditempatkan di unit infanteri dan pindah menjadi penembak jitu setelah seorang brigadir melihatnya menembak dengan cepat tiga pasukan Jerman. Penembak jitu berbahaya asal Rusia dan dikenang sebagai pahlawan negeri Beruang Merah.

Dia bergabung dalam pasukan tentara merah saat Rusia masih menjadi wilayah Uni Sovyet. Vasily dikenang sebagai orang paling berjasa dalam pertempuran di Kota Stalingrad, ketika berkecamuk perang antara Jerman dan sekutunya melawan Sovyet memperebutkan wilayah itu di puncak PD II. Antara Oktober 1942 hingga 10 November 1942, Vasily berhasil menewaskan 32 tentara Jerman.

Kemampuan Vasily sebagai salah satu penembak jitu terbaik semakin diakui setelah antara 10 November hingga 17 Desember 1942, Vasily berhasil menewaskan 225 tentara Jerman. Dari 225 yang berhasil dibunuh tersebut, 11 di antaranya penembak jitu Jerman yang terkenal. Secara keseluruhan, Vasily rata-rata menewaskan 6 prajurit musuh per hari selama 38 hari.

Kisah legendarisnya adalah ketika terjadi duel dengan penembak jitu dari satuan elit Schutzstaffel (SS) Nazi Jerman, Erwin Konig, yang berlangsung selama tiga hari. Duel ini dimenangkan Vasily. Pertempuran Konig dan Vasily Zeitsev sempat difilmkan dengan judul Enemy at the Gates pada 2001.

Umur Vasily sangat pendek. Dia tewas pada 1943 di tengah kontak senjata dengan tentara Jerman. Dia tewas di Ukraina pada 1991 dan dimakamkan di sana. Namun pada 2006, jasadnya dimakamkan kembali dengan upacara militer di Mamayev Kurgan, pekuburan khusus tentara yang bertempur di Stalingrad.

3. Erwin Konig

Ia merupakan penembak dari Jerman saat Perang Dunia II meletus pada 1940-an. Ketika itu Jerman menginvasi Eropa hingga ke daratan Rusia. Dalam buku Peter Brookesmit, Sniper Training, Techniques and Weapon, disebutkan Erwin Konig berhasil menembak sekitar 500 musuh. Tetapi dari pihak Jerman, tidak mengakui ada nama Erwin Konig yang pernah bertempur saat perang itu.

Nama Konig sendiri disebut-sebut dalam catatan Vasily Zeitsev yang berjudul Notes of a Sniper. Vasily Zeitsev merupakan sniper dari Rusia yang mengklaim telah terjadi duel antara dirinya dengan seorang sniper Jerman, Erwin Konig, yang berlangsung selama tiga hari di reruntuhan Kota Stalingrad. Data-data ini ia dapatkan berdasarkan dokumen-dokumen yang dirampas dari jenazah König.

4. Chris Kyle

Penembak jitu ini diklaim paling banyak mencabut nyawa yang berasal dari kesatuan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat. Chris Kyle dalam salah satu biografinya tercatat menjadi tentara yang berani, terhormat, dan dedikasi untuk negaranya di atas segala urusan apa pun. Pada akhir karir militernya dia telah membunuh 160 orang selama bertugas di Irak pada 2003.

Dengan predikatnya itu membuat Kyle ditahbiskan menjadi penembak jitu paling
berbahaya sepanjang sejarah militer Amerika. Tembakannya mematikan sehingga ia dijuluki sebagai iblis dari Ramadi, Irak. Ia terlibat dalam pertempuran di Ramadi dan Fallujah. Sejak itu ia dijuluki iblis atau setan.

Namun, hidupnya berakhir tragis. Dia justru tertembak oleh rekannya sendiri Eddie Ray Routh, 25 tahun, yang mengalami stres. Kyle tewas di rumahnya di negara bagian Texas. Routh merupakan anggota pasukan marinir yang pernah ditugaskan ke Irak pada 2007 dan Haiti pada 2007.

5. Carlos Hathcock

Carlos adalah penembak jitu dari kesatuan angkatan darat Amerika Serikat. Dia
berperan besar dalam kemenangan Amerika saat perang Vietnam. Dia spesialis penembak jitu di hutan dan telah membunuh sekitar 93 orang. Pemerintah Vietnam saat itu menghargai kepala Hathcock dengan Rp 300 juta. Banyak film tentang dia dan menjadikan Hathcock penembak jitu paling tersohor sejagad.

6. Rob Furlong

Furlong berasal dari kota Newfoundland, Kanada. Ia merupakan tentara angkatan darat berpangkat kopral dan ikut berperang di Afganistan dalam operasi Anakonda yang paling tersohor itu. Saat kelompok pemberontak Afganistan mengancam akan menyerang pasukan Kanada dan Amerika memakai mortar, dia dikirim menetralisir keadaan itu. Bukan soal berapa nyawa yang sudah lenyap di ujung senapan Furlong namun jarak tembak saat itu yakni sekitar 2,4 kilometer, jarak terjauh masa itu. Furlong berhasil membidik sasarannya dengan tepat.

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait