Sebuah peluncur rudal taktis 'Tochka' melewati museum Negara Hermitage usai latihan parade militer Hari Kemenangan di Dvortsovaya (Istana) Square in St Petersburg, Rusia (7/5). (AP/Dmitry Lovetsky) |
Rusia dikabarkan telah menawari Iran sebuah rudal anti-pesawat Antey-2500, versi lebih canggih dari S-300. Kesepakatan ini, jika terealisasi, bisa berdampak pada pembicaraan nuklir antara Iran dengan enam negara besar dunia yang mendekati tenggat waktu bulan depan.
Sergei Chemezov, kepala perusahaan senjata milik Rusia, Rostec, seperti dikutip oleh kantor berita Tass, mengatakan pihaknya bersedia memasok Teheran dengan rudal Antey-2500 yang memiliki kemampuan mencegat dan menghancurkan rudal balistik dan rudal jelajah serta pesawat. Chemezov mengatakan Teheran sedang mempertimbangkan tawaran itu.
Jika penjualan berlanjut, rudal itu akan menjadi pertahanan yang signifikan terhadap serangan udara di masa depan yang ditujukan oleh negara asing terhadap fasilitas nuklir Iran. Secara teori, ini juga akan mengurangi tekanan terhadap Iran untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi nuklir.
Sebaliknya, jika pembicaraan gagal, kesepakatan rudal bisa meningkatkan tekanan dari Israel dan dari Amerika Serikat untuk melakukan aksi militer sebelum pengiriman senjata Rusia itu dilakukan dan membuat serangan udara terhadap negara yang dipimpin para Mullah itu makin berisiko dan kurang efektif.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang akan menyampaikan pidato di Kongres AS pekan depan diperkirakan akan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah keras terhadap Iran.
Sebelumnya, Rusia punya kesepakatan untuk menjual sistem rudal permukaan ke udara S-300, versi di bawah Antey-2500. Penjualan itu dibatalkan pada 2010 setelah ada tekanan dari Israel dan AS kepada Moskow. Namun, sejak Vladimir Putin kembali ke kursi kepresidenan menggantikan Dmitry Medvedev, hubungan Moskow dengan Barat memburuk secara dramatis selama konflik Ukraina dan penurunan tajam harga minyak bersamaan dengan sanksi ekonomi Barat yang kian keras terhadap Rusia.
"Kami menawarkan Antey-2500 bukan S-300. Mereka sedang memikirkannya. Belum ada keputusan yang dibuat, " kata Chemezov, seperti dikutip kantor berita Tass. "Saya tidak menyembunyikannya dan semua orang memahami hal ini, bahwa semakin banyak konflik, semakin mereka akan membeli senjata dari kami. Volume terus tumbuh meskipun ada sanksi (terhadap Rusia), terutama dari Amerika Latin dan Timur Tengah."
Di Jenewa, Senin, 23 Februari 2015, pembicaraan nuklir ditunda setelah serangkaian panjang pertemuan terbaru antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan kolega Iran-nya, Mohammad Javad Zarif. Negosiasi Iran dengan negara-negara besar dunia itu bertujuan menemukan formula dimana Iran menerima pembatasan pada program nuklirnya, terutama pengayaan uranium, untuk beberapa tahun dengan imbalan diringankannya sanksi terhadap negara itu.
Rencana penjualan rudal tampaknya telah dibahas oleh Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Sergey Shoigu ketika ia mengunjungi Teheran bulan lalu. Kedua negara bersengketa sejak pembatalan pengiriman S-300 lima tahun lalu. Namun, rudal yang akan dijual saat ini, Antey-2500, adalah versi perbaikan dari S-300 dengan jangkauan yang lebih panjang dan kemampuan yang lebih canggih.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberi label rudal ini sebagai SA-23 Gladiator. Ini adalah sistem rudal bergerak yang diluncurkan dari kendaraan berpelacak lengkap dengan radar dan pos komando. Sistem ini dapat meluncurkan berbagai rudal anti-balistik, tergantung pada sifat dari target yang akan dicegat. Rusia mengklaim bahwa rudal itu tidak hanya bisa menghentikan rudal dan pesawat, tetapi juga drone (pesawat tanpa awak) dan bom berpemandu. Rusia telah menjual sistem rudal yang sama ke Cina, Vietnam, dan Siprus.
Sergei Chemezov, kepala perusahaan senjata milik Rusia, Rostec, seperti dikutip oleh kantor berita Tass, mengatakan pihaknya bersedia memasok Teheran dengan rudal Antey-2500 yang memiliki kemampuan mencegat dan menghancurkan rudal balistik dan rudal jelajah serta pesawat. Chemezov mengatakan Teheran sedang mempertimbangkan tawaran itu.
Jika penjualan berlanjut, rudal itu akan menjadi pertahanan yang signifikan terhadap serangan udara di masa depan yang ditujukan oleh negara asing terhadap fasilitas nuklir Iran. Secara teori, ini juga akan mengurangi tekanan terhadap Iran untuk mencapai kesepakatan dalam negosiasi nuklir.
Sebaliknya, jika pembicaraan gagal, kesepakatan rudal bisa meningkatkan tekanan dari Israel dan dari Amerika Serikat untuk melakukan aksi militer sebelum pengiriman senjata Rusia itu dilakukan dan membuat serangan udara terhadap negara yang dipimpin para Mullah itu makin berisiko dan kurang efektif.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang akan menyampaikan pidato di Kongres AS pekan depan diperkirakan akan mendesak pemerintah untuk mengambil langkah keras terhadap Iran.
Sebelumnya, Rusia punya kesepakatan untuk menjual sistem rudal permukaan ke udara S-300, versi di bawah Antey-2500. Penjualan itu dibatalkan pada 2010 setelah ada tekanan dari Israel dan AS kepada Moskow. Namun, sejak Vladimir Putin kembali ke kursi kepresidenan menggantikan Dmitry Medvedev, hubungan Moskow dengan Barat memburuk secara dramatis selama konflik Ukraina dan penurunan tajam harga minyak bersamaan dengan sanksi ekonomi Barat yang kian keras terhadap Rusia.
"Kami menawarkan Antey-2500 bukan S-300. Mereka sedang memikirkannya. Belum ada keputusan yang dibuat, " kata Chemezov, seperti dikutip kantor berita Tass. "Saya tidak menyembunyikannya dan semua orang memahami hal ini, bahwa semakin banyak konflik, semakin mereka akan membeli senjata dari kami. Volume terus tumbuh meskipun ada sanksi (terhadap Rusia), terutama dari Amerika Latin dan Timur Tengah."
Di Jenewa, Senin, 23 Februari 2015, pembicaraan nuklir ditunda setelah serangkaian panjang pertemuan terbaru antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan kolega Iran-nya, Mohammad Javad Zarif. Negosiasi Iran dengan negara-negara besar dunia itu bertujuan menemukan formula dimana Iran menerima pembatasan pada program nuklirnya, terutama pengayaan uranium, untuk beberapa tahun dengan imbalan diringankannya sanksi terhadap negara itu.
Rencana penjualan rudal tampaknya telah dibahas oleh Menteri Pertahanan Rusia Jenderal Sergey Shoigu ketika ia mengunjungi Teheran bulan lalu. Kedua negara bersengketa sejak pembatalan pengiriman S-300 lima tahun lalu. Namun, rudal yang akan dijual saat ini, Antey-2500, adalah versi perbaikan dari S-300 dengan jangkauan yang lebih panjang dan kemampuan yang lebih canggih.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memberi label rudal ini sebagai SA-23 Gladiator. Ini adalah sistem rudal bergerak yang diluncurkan dari kendaraan berpelacak lengkap dengan radar dan pos komando. Sistem ini dapat meluncurkan berbagai rudal anti-balistik, tergantung pada sifat dari target yang akan dicegat. Rusia mengklaim bahwa rudal itu tidak hanya bisa menghentikan rudal dan pesawat, tetapi juga drone (pesawat tanpa awak) dan bom berpemandu. Rusia telah menjual sistem rudal yang sama ke Cina, Vietnam, dan Siprus.