Setelah gagal mendapatkan kontrak pengadaan kapal selam baru beberapa tahun lalu, pemerintah Rusia kembali "merayu" pemerintah Indonesia untuk kapal selam Kelas Kilo dari Project 636 untuk memperkuat pertahanan maritim Indonesia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kolonel Djundan mengatakan bahwa pada hari Kamis lalu Duta Besar Rusia MY Galuzin telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu guna membahas kerjasama militer dan kemitraan pertahanan antara kedua negara.
"Rusia siap menyediakan beberapa sistem persenjataan penting, termasuk kapal selam Tipe 636, jet tempur Su-35, dan helikopter Mi-17," kata Djundan kepada The Jakarta Post pada hari Jumat, menambahkan bahwa Rusia juga siap untuk mentransfer teknologi.
Mengenai tawaran tersebut, Djundan mengatakan bahwa saat ini pihak Kementerian Pertahanan masih menimbang sistem senjata baru apa yang terbaik bagi negara.
Kapal selam adalah mesin perang yang efektif, yang dapat bertindak sebagai pencegah karena kapasitasnya yang tersembunyi di bawah air. Kapal selam Rusia Tipe 636 utamanya difungsikan untuk misi anti-kapal permukaan dan anti-kapal selam di perairan dangkal. Tipe ini juga cocok di segala kondisi cuaca.
Negara-negara yang tercatat telah mengoperasikan kapal selam dari kelas ini adalah Aljazair, China, India, Rumania, dan Vietnam.
Indonesia memiliki sejarah panjang dalam mengoperasikan kapal selam bekas Uni Soviet. Pada tahun 1967, Indonesia mengakuisisi 12 kapal selam Kelas Whiskey dari Uni Soviet.
"Indonesia telah memiliki kerjasama militer dengan Rusia sejak pemerintahan Presiden Rusia sebelumnya. Saya berharap kemitraan militer akan terus berkembang di masa depan," kata Ryamizard saat pertemuan dengan MY Galuzin.
Pada tahun 2009 lalu, Rusia dan Korea Selatan bersaing untuk mendapatkan kontrak pengadaan kapal selam untuk TNI AL, pada akhirnya Korea Selatan-lah yang menjadi pemenang dengan kapal selam Kelas Chang Bogo-nya.
Pada tahun 2011, Indonesia menandatangani kontrak dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) dari Korea Selatan untuk pembangunan tiga kapal selam Kelas Chang Bogo senilai USD 1,07 miliar. Dua kapal akan dibangun di Korea Selatan sementara kapal yang ketiga akan dibangun sendiri oleh Indonesia di fasilitas galangan kapal PT PAL di Surabaya sebagai bagian dari skema transfer teknologi.
Pada tahun 2013 lalu, Indonesia juga sempat melakukan pembicaraan dengan Rusia untuk pengadaan sejumlah kapal selam kelas Kilo, saat itu masih dibawah kepemimpinan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Namun, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
TNI AL saat ini diketahui hanya mengoperasikan dua kapal selam buatan Jerman, KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402, yang dibangun di era 80-an. Keduanya akan dinonaktifkan pada tahun 2020.
"Indonesia membutuhkan sedikitnya 12 kapal selam untuk mengontrol wilayah," kata KSAL Laksamana Marsetio pada Desember lalu.
Dalam pertemuannya dengan Duta Besar Rusia, Ryamizard juga mengatakan minatnya untuk pengadaaan pesawat amfibi. Ryamizard mengatakan bahwa pesawat amfibi sangat penting untuk melakukan operasi pengawasan di wilayah laut negara Indonesia.
"Pesawat ini dapat digunakan untuk memerangi illegal fishing dan evakuasi di laut," katanya.
Sebelumnya dilaporkan bahwa Presiden Jokowi dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah bertemu saat pertemuan APEC akhir tahun lalu, dan keduanya sepakat untuk melanjutkan kerjasama pertahanan dan teknologi militer.
Presiden Jokowi juga bertemu dengan Direktur Jenderal badan senjata Rusia Rosoboronexport dan duta besar Rusia pada 8 Desember. Dalam pertemuan tersebut presiden menegaskan bahwa Indonesia tertarik bermitra dengan Rusia untuk teknologi militer.