Kisah Xu Zengping yang Membelikan Kapal Induk untuk Angkatan Laut China


Xu Zengping untuk pertama kalinya mengungkapkan bagaimana negosiasi di balik pembelian kapal induk Liaoning untuk Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) dan rahasia di balik mesin yang digunakannya.

Misi yang diemban Xu ini berbeda seperti skema pembelian senjata lainnya. Sebagai buntut dari runtuhnya Uni Soviet, seorang pengusaha yang 'dipersenjatai' dengan uang dan latar belakang bisnis dunia kasino mengejutkan dunia karena akan membeli kapal induk Ukraina yang belum selesai dibangun yang nantinya akan menjadi pusat kekuatan Angkatan Laut PLA.

Berbicara kepada media untuk pertama kalinya, pengusaha yang jantung usahanya berlokasi di Hongkong ini mengungkapkan kisah di belakang layar tentang pengembaraan China dalam mewujudkan impian lamanya untuk memiliki kapal induk tersebut.

Xu Zengping, sebelumnya adalah seorang mantan anggota tim basket Komando Militer Guangzhou. Ia kemudian didekati oleh petinggi Angkatan Laut PLA untuk membeli kapal induk atas namanya, tapi Xu harus membelinya dengan uangnya sendiri dan tanpa dukungan dari Beijing. Sebelumnya juga dikabarkan bahwa Xu membeli kapal induk tersebut untuk dijadikan kasino terapung, namun tampaknya ini hanya dalih Angkatan Laut PLA untuk memuluskan pembelian kapal induk tersebut, terutama dari tekanan Barat.

Xu mengungkapkan bahwa mesin asli kapal induk militer Uni Soviet tersebut masih ada saat Ukraina menjualnya pada bulan April 1998. Hal ini jelas bertolak belakang dengan apa yang Beijing ungkapkan kepada dunia kala itu. Empat mesin kapal induk Varyag masih dalam keadaan sempurna dan dilapisi pelumas setelah pekerjaan pembangunannya terhenti pada tahun 1992.


Ini untuk pertama kalinya seseorang yang terkait dengan kesepakatan pembelian kapal induk tersebut mengungkapkan kepada publik bahwa mesin Varyag masih berada di tempat saat pembelian terjadi. Laporan-laporan sebelumnya mengatakan bahwa mesin kapal telah dilucuti di galangan kapal Ukraina di Laut Hitam berikut jaringan elektronik dan persenjataan sebelum Xu membelinya pada tahun 1998 dengan harga sebesar USD 20 juta.

"Ketika saya dibawa ke ruang mesin kapal induk oleh chief engineer galangan kapal, saya melihat empat mesin yang masih baru dan dilapisi pelumas, harga asli permesinnya adalah USD 20 juta dolar," kata Xu. Xu menambahkan bahwa proses melengkapi kembali Varyag selesai pada tahun 2011 dan empat mesinnya telah siap untuk dioperasikan.

Pekerjaan galangan kapal Ukraina untuk membangun kapal induk itu kala itu baru mencapai dua per tiga, yang terhenti akibat runtuhnya Uni Soviet. Lambung kapal pun terlantar hingga Xu membelinya. Xu mengatakan bahwa galangan kapal setuju menjualnya akibat gejolak politik dan krisis ekonomi hebat yang telah menelantarkannya.

Sekarang, di tangan Angkatan Laut PLA kapal induk Varyag Kelas Kuznetsov yang saat dibeli hanya berupa lambung dan mesin tersebut kini telah menjadi kapal induk yang sesungguhnya dengan nama baru Liaoning.

"Pihak China sengaja merilis informasi palsu mengenai mesin yang telah dilucuti untuk memudahkan pembeliannya," seorang sumber yang mengaku mengenal kesepakatan pembelian tersebut berkata kepada South China Morning Post.

Media Barat juga melaporkan bahwa Amerika Serikat menekan Ukraina agar melucuti segala sesuatu yang ada di kapal induk tersebut, hanya menyisakan lambung untuk dijual ke China, sumber tersebut menambahkan.

Seorang pensiunan Kolonel Angkatan Laut PLA mengatakan bahwa sangat mungkin Liaoning saat ini masih menggunakan mesin asli Ukraina. "Teknologi mesin Ukraina lebih baik dari China," kata mantan Kolonel tersebut.


Membeli kapal induk Varyag hanyalah awal. Butuh waktu empat tahun dan biaya sebesar USD 30 juta bagi China untuk membawanya dari galangan kapal Mykolaiv, Ukraina ke galangan kapal Dalian di Provinsi Liaoning, dan butuh waktu lebih dari satu dekade untuk melengkapinya hingga menjadi seperti saat ini.

Pengamat militer Antony Wong Dong di Macau mengatakan bahwa setelah perundingan bertahun-tahun, galangan kapal Ukraina akhirnya juga mentransfer teknologi mesin mereka ke China's Harbin Turbine Company, perusahaan China yang mengkhususkan diri dalam boiler, turbin, dan peralatan uap untuk militer. 

Butuh empat tahun untuk membawanya ke China 

Galangan kapal Ukraina telah menegaskan bahwa mereka tidak bertanggung jawab untuk pengiriman kapal tersebut dari Laut Hitam ke galangan kapal Dalian di Provinsi Liaoning, China.

Xu kemudian menggunakan jasa  International Transport Contractors (ITC) Belanda untuk membawa kapal tersebut, dan pada 14 Juni 1999, empat bulan setelah pembayaran, kru dan ITC mengangkat sauh. Perjalanan mereka mulus hingga mencapai Selat Bosphorus, selat yang membelah Turki menjadi Barat dan Timur, sekaligus memisahkan Eropa dan Asia.

Hubungan antara China dan Amerika Serikat memburuk dalam beberapa minggu sebelum kru Xu meninggalkan pelabuhan Ukraina. Pada tanggal 7 Mei,  AS membom kedutaan China di Belgrade selama kampanye udara NATO atas Yugoslavia, memicu protes anti-Amerika di China.

Turki, yang merupakan anggota NATO yang dipimpin oleh AS, tidak bersedia membiarkan kapal induk tersebut melintasi selat. Para kru Xu menunggu selama satu bulan, tapi Turki tetap bersikeras dan akhirnya kapal induk itu dibawa kembali ke Ukraina dan mendekam disana selama 15 bulan.

"Saya merasa sangat tidak berdaya ketika kapal ini terkatung-katung di mulut Selat Bosphorus. Di satu titik, saya sudah siap untuk skenario terburuk. Kami lebih suka kapal raksasa itu tenggelam di bawah selat daripada membiarkannya jatuh ke tangan negara yang bermusuhan dengan Beijing, seperti Jepang," kata Xu. 

Pada bulan April 2000, Presiden Jiang Zemin mengunjungi Ankara, Turki. Dia berjanji untuk mendorong wisatawan China untuk mengunjungi Turki dan membuka pasar untuk barang-barang Turki di China. Trik China ini rupanya meluluhkan 'hati' Turki. Akhirnya pada tanggal 25 Agustus 2001, Turki mengizinkan kapal induk tersebut melewati wilayahnya.

Kapal induk kemudian keluar lagi berlayar ke Laut Hitam untuk menuju Selat Bosphorus. Pihak berwenang Turki menutup selat pada tanggal 1 November untuk membiarkan kapal induk dan  pendampingnya 11 kapal tunda (towboat) dan 15 kapal darurat melewatinya.


Namun dalam perjalanan berikutnya, badai mengakibatkan masalah pada tali (dilaporkan putus) yang menghubungkan kapal induk ke kapal tunda, menjadikan perjalanan menjadi berbahaya. Kapal kemudian terombang-ambing selama empat hari di Laut Aegea dekat Pulau Skyros sebelum akhirnya kapal tunda mampu mengendalikannya kembali.

Menghabiskan tahun 2001, kapal induk dan serangkaian kapal tunda berjalan 'merangkak' melintasi Mediterania, Selat Gibraltar, dan keluar ke Atlantik. Mengitari Tanjung Harapan Afrika hingga ke Selat Malaka, dan pada tangal 3 Maret 2002, kapal induk ini tiba di Dalian, China.

Sampainya kapal induk ke Dalian membuat Xu sangat senang, dia mengungkapkan seperti melihat "anak hilang yang telah menemukan jalan pulang."

"Tapi saya belum merasa lega hingga ia secara resmi ditugaskan oleh Angkatan Laut PLA 12 tahun kemudian. Rasanya seperti melihat anak saya tumbuh dan menikah," ungkap Xu.

Sebagian ahli angkatan laut mengatakan bahwa bantuan Xu ini telah menghemat penelitian Angkatan Laut PLA untuk membantu membangun kapal induk setidaknya untuk 15 tahun penelitian. 

Ada indikasi bahwa mesin Liaoning telah diupgrade

Pengamat militer Antony Wong Dong mengungkapkan bahwa: "Sistem propulsi asli yang dirancang untuk Liaoning (Varyag) sama dengan kapal induk kelas Kuznetsov Rusia dengan kecepatan tertinggi 32 knot. Tapi Liaoning 6.000 ton lebih berat sehingga logikanya akan lebih lambat. Tapi uji coba baru-baru ini menunjukkan bahwa kecepatan tertinggi Liaoning mencapai 32 knot, hal ini mengindikasikan bahwa sistem propulsinya telah ditingkatkan."

Kapal induk Varyag berganti nama menjadi Liaoning setelah resmi diserahkan kepada Angkatan Laut PLA pada 25 September 2012, dan sejauh ini hanya digunakan untuk pelatihan kru dan uji coba pesawat berbasis kapal induk China.

Nomor pennant Lioaning adalah 16. "Apakah Anda tahu mengapa kapal induk Liaoning bernomor 16 (bukan no 1)?" tanya Xu Zengping. "Itu karena kami menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk menyelesaikannya, mulai dari pembelian hingga pembangunan kembali kapal induk tersebut."

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait