THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) merupakan salah satu sistem rudal pertahanan udara tercanggih di dunia yang mampu mencegat ancaman rudal balistik jarak pendek, menengah, dan jauh dengan tingkat keberhasilan hingga 100%.
THAAD dikembangkan dan diproduksi oleh raksasa pertahanan AS Lockheed Martin AS untuk kebutuhan Angkatan Darat AS. Utamanya, THAAD difungsikan sebagai perisai pertahanan udara berlapis untuk melindungi area-area taktis atau strategis, seperti fasilitas militer, lapangan udara, dan pusat populasi.
THAAD, dengan tingkat mobilitas dan presisi (ketepatan) yang mengesankan, dapat dengan mudah dikerahkan dan dioperasikan di seluruh dunia dalam situasi apapun. Seperti pada April 2013 lalu, Pentagon mengerahkan baterai THAAD ke Guam untuk menekan provokasi Korea Utara terhadap Korea Selatan sekaligus untuk mempertahankan dominasinya di wilayah Pasifik.
Infografik dari Raytheon ini menunjukkan bagaimana THAAD mengintersep rudal musuh dan minimal peralatan yang digunakan untuk melacak hingga mengintersepnya.
Satu baterai THAAD biasanya akan mengoperasikan hingga sembilan peluncur THAAD yang masing-masing membawa hingga delapan rudal. Peluncur THAAD hanyalah satu dari beberapa unsur THAAD lainnya seperti radar dan truk komando.
Yang unik, rudal THAAD tidak dilengkapi dengan hulu ledak. Untuk menghancurkan rudal balistik di dalam atau di luar atmosfer, rudal THAAD hanya mengandalkan energi kinetik murni "hit to kill". Hantaman atau benturan dengan energi kinetik ini, selain dimaksudkan untuk mengeliminasi biaya penggunaan hulu ledak, sekaligus untuk meminimalkan risiko meledaknya hulu ledak rudal balistik konvensional dan nuklir, meskipun hulu ledak kimia atau biologi kemungkinan akan tetap hancur atau meledak dan menimbulkan risiko mencemari lingkungan dan manusia.
Rudal THAAD memiliki panjang 6,17 meter, berbahan bakar padat satu tahap dengan daya dorong vectoring. Setelah diluncurkan, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang (reload) adalah 30 menit. Jangkauan rudal THAAD sendiri mencapai 200 kilometer dan ketinggian 150 kilometer.
THAAD mulai diproduksi pada tahun 2008, dan saat ini diperkirakan Angkatan Darat AS baru memiliki 24 peluncur dari total yang direncanakan sebanyak 80-99 peluncur dengan total jumlah rudal sebanyak 1.422 buah.
Sejauh ini baru Uni Emirat Arab (UEA) yang menjadi pembeli sistem THAAD setelah menandatangani kesepakatan dengan Departemen Pertahanan AS untuk kontrak pembelian senilai USD 3,4 miliar. Sementara itu, Arab Saudi dan Qatar juga telah menyatakan ketertarikannya pada THAAD.
Menurut Badan Pertahanan Rudal AS (MDA), saat ini terdapat lebih dari 6.000 rudal balistik diluar kendali AS, NATO, Rusia dan China. Jumlah rudal balistik ini diperkirakan akan terus bertambah menjadi sekitar 8.000 buah di tahun 2020 dengan tingkat akurasi dan jangkauan yang juga meningkat.