Berdasarkan keterangan Wakil Menteri Pertahanan Sekretaris Negara Jenderal Nikolay Pankov, jumlah tentara kontrak dalam angkatan bersenjata Rusia pada 2014 melampaui jumlah prajurit dan sersan yang bergabung melalui program wamil. Namun meski jumlah tentara kontrak akan terus ditingkatkan, instansi militer Rusia belum berencana beralih ke sistem perekrutan kontrak sepenuhnya.
Dalam barisan tentara Rusia saat ini terdapat 295 ribu tentara kontrak dan 273 ribu prajurit dan sersan wamil. Menurut Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoygu, jumlah tentara kontrak di Rusia meningkat 75 ribu dibanding tahun lalu. Peningkatan jumlah tentara kontrak tersebut disebabkan oleh masuknya berbagai senjata dan teknologi canggih ke dalam angkatan bersenjata Rusia. “Angka tersebut pun didapat setelah kami meningkatkan kualitas seleksi. Kini, 64 persen warga sipil yang menjadi anggota militer Rusia mememiliki tingkat pendidikan profesional kelas menengah dan tinggi,” terang Shoygu.
Tingkatkan Kemampuan Tempur
Meski demikian, Pankov menegaskan angkatan bersenjata Rusia tidak akan menghentikan perekrutan tentara melalui program wamil. “Pasukan yang terdiri dari kombinasi anggota wamil dan tentara kontrak biasanya memiliki kemampuan tempur yang luar biasa. Hal itu sudah ditunjukan oleh pengalaman negara-negara lain,” kata Pankov. Namun, jumlah tentara wamil kelak memang akan dikurangi.
Sistem perekrutan tentara Rusia telah menjadi perdebatan selama 25 tahun terakhir. Aleksander Khramchikhin, salah seorang pakar militer ternama Rusia, menyebutkan bahwa negara-negara yang menggunakan kekuatan militernya untuk bertempur di wilayah asing biasanya memilih sistem tentara kontrak. Sementara, negara yang hendak melindungi kedaulatan dan kemerdekaan di atas tanahnya sendiri cenderung menggunakan sistem rekrut wamil atau gabungan antara wamil dan kontrak.
“Jika kita lihat, negara-negara yang sampai saat ini tidak menghentikan program wamilnya adalah negara-negara yang tidak masuk ke dalam aliansi militer apapun, contohnya Swedia, Israel, Finlandia, Swiss, Siprus, dan Austria,” kata Khramchikhin. Namun, lanjut Kharamchikhin, ada dua negara anggota NATO yang tetap menjalankan program wamil yakni Yunani dan Turki. “Anda mungkin bisa menebak mengapa hal itu terjadi dengan melihat kembali sejarah konflik yang dialami kedua negara tersebut belum lama ini,” ujarnya.
Kharamchikhin juga menjelaskan, panggilan wamil tetap dilaksanakan oleh semua negara yang tergabung dalam Collective Security Treaty Organization, yakni Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgiztan, Tajikistan, dan Rusia.
Sementara, keputusan untuk menerapkan sistem perekrutan campuran dalam angkatan bersenjata Rusia telah lama ditetapkan di kalangan para petinggi militer Rusia. Presiden Vladimir Putin, Menteri Pertahanan Sergey Shoygu, Kepala Staff Umum Angkatan Bersenjata Jenderal Valeriy Gerasimov, serta pemimpin instansi militer lainnya pun telah berulang kali menyebutkan hal itu. Bahkan, angka konkret terkait perekrutan tersebut juga telah ditetapkan. Berdasarkan keputusan Presiden yang dikeluarkan pada 2012, badan tentara Rusia harus memiliki setidaknya 425 ribu tentara kontrak pada 2017. Sementara pada 2020, jumlah tentara kontrak harus mencapai lebih dari setengah juta orang.
Sistem Pertahanan Berbasis Teknologi Tingkat Tinggi
Peraturan hukum di Rusia menetapkan jumlah personel militer negara tersebut dalam satuan satu juta orang. Jika angkatan bersenjata memiliki 250 ribu perwira dan 500 ribu tentara kontrak, maka jumlah anggota militer dari program wamil tidaklah terlalu besar, yakni 250 ribu orang. Dengan demikian, angkatan bersenjata Rusia dapat memilih mereka yang benar-benar dibutuhkan di dalam barisan prajurit berdasarkan data fisik dan psikologi, tingkat pendidikan, keterampilan teknis, dan parameter lain.
Seperti yang telah disebutkan oleh Shoygu, angkatan bersenjata Rusia kini telah diperkuat dengan beragam teknologi canggih. Perbendaharaan senjata militer diisi oleh teknologi mutakhir yang perawatannya membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tinggi. Menguasai spesialisasi teknologi tersebut dalam waktu satu tahun wajib militer tentu merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, angkatan bersenjata Rusia kini tertarik untuk menambah jumlah prajurit dan sersan berbasis kontrak.
Pankov menjelaskan, tahun depan Rusia akan merekrut tentara kontrak setidaknya 55 ribu orang. Jumlah tersebut akan ditambah hingga mencapai angka 350-355 ribu orang. Mereka akan diarahkan masuk ke dalam satuan tempur khusus, marinir, pasukan lintas udara, pos-pos militer komando muda, serta divisi yang berhubungan dengan ekploitasi alat dan senjata teknologi tingkat tinggi dalam satuan roket strategis dan pertahanan udara-luar angkasa Rusia.