"Kami menyampaikan keprihatinan atas memburuknya situasi keamanan di Yaman." - Ban Ki-Moon
Merdeka.com - Situasi Yaman memanas, setelah kemarin sore, Selasa (20/1), pasukan pemberontak Syiah berhasil menguasai Istana Presiden di Ibu Kota Sanaa.
Dalam laporan stasiun televisi setempat, pemimpin pemberontak Abdul Malik al-Houthi menuntut pemerintah bersedia melakukan reformasi.
Presiden Abdurabuh Mansyur Hadi kabarnya berada di lokasi rahasia dan tidak mengalami luka apapun. Dilansir oleh Guardian, Rabu (21/1), pemberontak kini ganti membombardir rumah pribadi Presiden.
Seorang petinggi militer yang tidak disebut namanya mengatakan situasi di negara tetangga Arab Saudi itu menyerupai kudeta. "Pemerintahan sekarang mengarah pada kejatuhan," tuturnya.
Kepala Pasmpampres Yaman Saleh al-Jamalani meyakini mudahnya pasukan pemberontak menyerbu ibu kota, karena ada dukungan sebagian faksi militer. "Bisa dipastikan ini pemberontakan," tudingnya.
Akibat jatuhnya Ibu Kota Yaman ke tangan pemberontak, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tadi malam menggelar rapat darurat. Sekjen PBB Ban Ki-moon sejauh ini meminta kedua pihak menghentikan kekerasan.
"Kami menyampaikan keprihatinan atas memburuknya situasi keamanan di Yaman," ujarnya.
Rezim Abdurabuh Hadi selama beberapa tahun terakhir dipusingkan atas upaya pendongkelan dari pelbagai faksi. Selain pemberontak Syiah, Al Qaidah juga memiliki pengaruh luas di Provinsi Shabwa, selatan Yaman.
Tahun lalu, lusinan militan Al Qaidah bahkan sanggup menyerbu Ibu Kota Sanaa. Namun serangan ini berhasil dipadamkan paspampres setelah pertempuran dua hari.