Korut mungkin kembangkan rudal kapal selam, kata Korsel

SCUD A
Korea Utara mungkin sedang mengembangkan rudal balistik yang dapat diluncurkan dari kapal selam [SLBM], diperingatkan oleh Kepala Staf Gabungan [Kasgab] Korea Selatan.

“Belum ada intel bahwa Korea Utara memiliki SLBM yang telah beroperasi. Namun kemungkinan kapal selam Korea Utara dilengkapi dengan SLBM telah terdeteksi baru-baru ini,” kata laporan Kasgab, dikutip kantor berita resmi Yonhap.

Korea Selatan dan Amerika Serikat menganggap serius kemungkinan tersebut dan memantau perkembangan.

“Telah diketahui adanya tabung peluncur rudal untuk kapal selam, yang tampaknya dikembangkan di pangkalan kapal selam Korea Utara,” kata pejabat pemerintah senior Korea Selatan kepada Yonhap.

“Berdasarkan intel terbaru AS dan Korea Selatan, kami telah mendeteksi tanda-tanda Korea Utara mengembangkan tabung luncur vertikal rudal untuk kapal selam,” kata pejabat Kementerian Pertahanan [Kemenhan] Korea Selatan kepada Agence France-Presse [AFP].


Armada berisi kapal selam kuno

Korea Utara memiliki 72 kapal selam, jumlah terbanyak di dunia, menurut Global Firepower [GFP]. Sebagian besar kapal selamnya kuno dari era Soviet dan kapal Tiongkok.

Namun, kapal selam kelas Golf-nya yang berbobot 3.000 ton dapat dimodifikasi untuk menembakkan rudal balistik jarak menengah, kata perwakilan Kemenhan Korea Selatan Kim Min-seok dalam taklimat pers di Seoul pada 15 September.

“Belum ada informasi pasti bahwa sebuah kapal selam Korea Utara yang mampu meluncurkan rudal balistik telah beroperasi,” Kim mengingatkan.

“Korea Utara sedang mengembangkan susunan persenjataan yang dapat digunakan dalam serangan kejutan,” kata Kim. “Mereka memperburuk ancaman terhadap Korea Selatan dengan kemampuan asimetrisnya karena mereka memiliki tantangan dengan kemampuan konvensional.”

Chosun Ilbo melaporkan pada 28 Agustus bahwa Korea Utara mungkin telah “membeli dan memodifikasi secara diam-diam rudal Soviet lama SS-N-6 SLB agar mampu diluncurkan dari kapal selam.”

Surat kabar itu memperingatkan bahwa hanya dengan memperoleh satu kapal selam berkemampuan SLBM akan sangat memperluas kemampuan Pyongyang untuk melakukan serangan nuklir dadakan ke sasaran-sasaran di sekitar Samudra Pasifik.

Institut AS-Korea di Johns Hopkins University di Washington, DC, melaporkan di situs web 38north.org bahwa Korea Utara tampaknya telah memperoleh tiruan rudal jelajah Russia berbasis laut.

Korea Utara telah dilarang melakukan uji coba atau mengembangkan rudal balistik berdasarkan sanksi yang dijatuhkan Perserikatan Bangsa-Bangsa atas tiga uji coba nuklirnya sejak tahun 2006.

Pemimpin Korea Utara masih tak bisa diduga

Para analis intelijen Korea Selatan dan AS sudah cukup lama takut bahwa pemimpin muda Korea Utara yang tak terduga, Kim Jong-un, mungkin ingin mengembangkan kemampuan SLBM.

Ralph Winnie, kepala program Tiongkok di Eurasian Business Coalition di Washington, DC, mengatakan kepada Asia Pacific Defense Forum bahwa tekad Pyongyang untuk mengembangkan SLBM sendiri konsisten dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemimpinnya saat ini, Kim Jong-un, dan sang ayah Kim Jong-il, yang meninggal pada bulan Desember 2011.

“Para pemimpin Korea Utara saat ini, seperti pendahulu mereka, yakin bahwa mereka harus terus memperluas kemampuan rudal dan nuklir mereka guna menekankan pengaruh dan menarik pengakuan dari dunia luar,” kata Winnie. “Pengucilan internasional terhadap Pyongyang yang meningkat, bahkan dari sekutunya, Tiongkok, sepertinya semakin memperkuat kecenderungan ini.”


Kemampuan SLBM Korea Utara akan menimbulkan masalah tambahan bagi Tiongkok, meskipun jauh kemungkinannya Pyongyang akan mengancam Tiongkok dengan hal itu, kata Winnie.

“Tiongkok masih terus membutuhkan lingkungan umum yang damai dan aman untuk mengembangkan niaga, terus menarik investasi internasional yang besar, terutama dari Korea Selatan, dan menjaga pertumbuhan perekonomiannya sendiri,” kata Winnie. “Kemungkinan bahwa Korut bisa mengembangkan kemampuan SLBM bersenjatakan nuklir sehingga sangat memperluas potensi jarak serangannya akan sangat mengkhawatirkan dan berpotensi merusuhi perkembangan bagi Beijing dan juga negara-negara lain di kawasan.”

APDFORUM

Ikuti kami di instagram @militerysindonesia

Artikel Terkait